KREATIVITAS DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGAKEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2008 KATA PENGANTAR Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah berisi standar kualifikasi dan kompetensi pengawas sekolah. Standar kualifikasi menjelaskan persyaratan akademik dan nonakademik untuk diangkat menjadi pengawas sekolah. Standar kompetensi memuat seperangkat kemampuan yang harus dimiliki dan dikuasai pengawas sekolah untuk dapat melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya. Ada enam dimensi kompetensi yang harus dikuasai pengawas sekolah yakni: (a) kompetensi kepribadian, (b) kompetensi supervisi manajerial, (c) kompetensi supervisi akademik, (d) kompetensi evaluasi pendidikan, (e) kompetensi penelitian dan pengembangan, dan (f) kompetensi sosial. Dari hasil uji kompetensi di beberapa daerah menunjukkan kompetensi pengawas sekolah masih perlu ditingkatkan terutama dimensi kompetensi supervisi manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan dan kompetensi peneli- tian dan pengembangan. Untuk itu diperlukan adanya diklat peningkatan kompetensi pengawas sekolah baik bagi pengawas sekolah dalam jabatan terlebih lagi bagi para calon pengawas sekolah. Materi dasar untuk semua dimensi kompetensi sengaja disiapkan agar dapat dijadikan rujukan oleh para pelatih dalam melaksanakan diklat pening- katan kompetensi pengawas sekolah di mana pun pelatihan tersebut dilak-sanakan. Kepada tim penulis materi diklat kompetensi pengawas sekolah yang terdiri atas dosen LPTK dan widya iswara dari LPMP dan P4TK kami ucapkan terima kasih. Semoga tulisan ini ada manfaatnya. Jakarta, Juni 2008 Direktur Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK Surya Dharma, MPA., Ph.D DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI....................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Dimensi Kompetensi 2 C. Kompetensi yang Hendak Dicapai 2 D. Indikator Pencapaian ..... 2 E. Alokasi Waktu 2 F. Skenario Pelatihan 2 BAB II KONSEP KREATIVITAS 4 BAB III BERPIKIR KREATIF 12 A. Berpikir Kreatif 14 B. Tingkatan Berpikir Kreatif 15 C. Langkah-langkah Berpikir Kreatif 17 BAB IV KREATIF MENYELESAIKAN MASALAH 27 DAFTAR PUSTAKA 32 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kedudukan seorang Pengawas Satuan Pendidikan adalah laksana "guru" bagi para guru dan kepala sekolah. Dengan kedudukan tersebut maka seorang pengawas merupakan resource person yang setiap saat diharapkan dapat membantu kesulitan, dan menunjukkan jalan bagi peningkatan mutu secara berkelanjutan di sekolah-sekolah yang dibinanya. Pengawas tidak lagi berwajah inspektur yang lebih cenderung mencari kesalahan, namun lebih sebagai seorang pembimbing atau counselor, yang siap mendengar permasalahan kepala sekolah dan guru, serta bersama-sama menemukan jalan keluarnya. Peran di atas tidak hanya mempersyaratkan kemampuan teknik supervisi dan pembinaan, baik akademik maupun manajerial, namun juga kepribadian yang sesuai. Seperti kata ungkapan bahwa yang penting adalah "The singer not the song" (penyanyinya, bukan lagunya), maka kepribadian pengawas lebih menentukan keberhasilannya dalam membina warga sekolah daripada keterampilan teknis yang dikuasainya. Apabila ia dapat bersikap egaliter, ramah, dan terbuka maka para kepala sekolah dan guru akan bersikap terbuka pula kepadanya. Salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dari kepribadian seorang pengawas dalam konteks pelaksanaan tugasnya, adalah kreativitas. Seorang pengawas yang memiliki kreativitas tinggi, akan selalu dapat menemukan sisi-sisi lain dari setiap permasalahan yang muncul. Permasalahan yang oleh orang lain dianggap sangat sulit atau menemui jalan buntu, baginya selalu ada alternatif jalan keluar. Hal ini tentunya harus dimiliki pengawas tidak hanya dalam menjalankan tugas, namun juga dalam kehidupan pribadinya. Dengan latar belakang di atas, maka materi pelatihan pengembangan kreativitas ini penting untuk dikuasai oleh para pengawas, demi meningkat- kan kompetensi kepribadian mereka. B. Dimensi Kompetensi Dimensi kompetensi yang diharapkan dibentuk pada akhir pendi- dikan dan pelatihan ini adalah dimensi kepribadian. C. Kompetensi yang Hendak Dicapai Setelah menyelesaikan pelatihan ini, pengawas diharapkan memahami berbagai dimensi kreativitas serta penerapannya baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam melaksanakan tugas jabatannya. D. Indikator Pencapaian Hasil Setelah menyelesaikan materi pelatihan ini, pengawas diharapkan dapat: 1. Menjelaskan konsep kreativitas dan dimensi-dimensinya dalam kehidupan dan pekerjaan. 2. Mendeskripsikan langkah-langkah berpikir kreatif. 3. Memberikan ilustrasi cara berpikir kreatif dalam menyelesaikan masalah pribadi dan pekerjaan. 4. Menunjukkan langkah-langkah dan memfasilitasi orang lain dalam menggunakan pemikiran kreatif. E. Alokasi Waktu No. Materi Diklat Alokasi 1. Konsep kreativitas dan dimensi-dimensinya 2 jam 2. Berpikir kreatif dan langkah-langkahnya 3 jam 3. Kreativitas dalam menyelesaikan masalah 3 jam 4. Langkah-langkah Pengembangan Kreativitas 2 jam F. Skenario 1. Perkenalan 2. Penjelasan tentang dimensi kompetensi, indikator, alokasi waktu dan skenario pendidikan dan pelatihan pengembangan kreativitas. 3. Pre-test 4. Eksplorasi pemahaman peserta berkenaan dengan makna kreativitas dalam kehidupan pribadi maupun pekerjaan melalui pendekatan andragogi. 5. Penyampaian Materi Diklat: 6. Post test. 7. Refleksi bersama antara peserta dengan pelatih mengenai jalannya pelatihan pengembangan kreativitas. 8. Penutup BAB II KONSEP KREATIVITAS Idealnya seorang pengawas memiliki citra yang baik dan wibawa akademik di hadapan guru dan kepala sekolah yang dibinanya sehingga kehadirannya di sekolah dapat melaksanakan fungsi pengawasan akademik dan manajerial sebagaimana mestinya. Kepada pengawas lah guru dan kepala sekolah akan mengonsultasikan berbagai permasalahan yang dihadapi di sekolah baik sebagai pribadi maupun sebagai pendidik profesional. Beragam persoalan yang dikemukakan memerlukan pemikiran yang berbeda dan cara penyelesaian yang tepat sehingga dicapai hasil yang diharapkan. Implikasinya seorang pengawas harus memahami konsep kreativitas dan belajar bersikap kreatif agar dapat memandang permasalahan secara komprehensif dan merekomendasi solusi yang paling tepat. A. Definisi Kreativitas Kreativitas adalah kemampuan individu untuk mempergunakan imaginasi dan berbagai kemungkinan yang diperoleh dari interaksi dengan ide atau gagasan, orang lain dan lingkungan untuk membuat koneksi dan hasil yang baru serta bermakna. Suatu saat seseorang dihadapkan pada sebuah permainan atau masalah yang menuntut kreativitas berpikir dalam menyelesaikan. Orang tersebut tidak mampu menyelsaikan karena hanya berkutat pada satu jalan keluar kemudian ada seseorang yang dapat membantunya melalui cara yang tidak terpikir olehnya. Ia mungkin berkomentar "Kenapa tidak terpikir sampai kesana ya ?" Komentar seperti tadi dan mungkin disertai kekaguman juga pernah terlontar pada saat anda melihat sebuah hasil karya seseorang, tanggapan atau ide yang disampaikan seseorang pada suatu forum tertentu. Mengapa orang dapat berpikir atau dapat menghasilkan suatu karya yang tidak terpikir oleh kita? atau mengapa orang mampu menyelesaikan persoalan dengan lebih cepat dengan cara yang unik dan mencapai hasil yang baik?. Hal tersebut dapat terjadi karena seseorang memiliki keterampilan berpikir memecahkan masalah secara kreatif. Apakah seseorang dapat belajar mengembangkan keterampilan berpikir memecahkan masalah?. Ya, Setiap orang dapat belajar untuk mengembangkan berpikir kreatif dan mengintegrasikan kemampuan tersebut dengan keterampilan-keterampilan berpikir tingkat tinggi lain sehingga mampu menyelesaikan berbagai permasalahan. Belajar mengeksplorasi mimpi dan berbagai kemungkinan dengan mengembangkan kepekaan terhadap petualangan, kejutan, kenyamanan dan kesenangan sehingga memfasilitasi ide-ide baru dan pemecahan masalah secara inovatif sesuai kebutuhan. Ide-ide tersebut berbeda dan menunjukkan kualitas yang tinggi. Saat ini perubahan kehidupan berlangsung sangat cepat dan kompleks dengan berbagai permasalahan dan tantangan. Setiap orang dituntut untuk fleksibel, kritis dan terampil berpikir kreatif sehingga mampu menangani permasalahan dan menemukan solusi yang melibatkan lingkungan sosial maupun fisik. Jadi apa itu kreativitas ?, bagaimana mengembangkan keterampilan berpikir kreatif, bagaimana memecahkan masalah secara kreatif dan bagaimana kita mampu memfasilitasi orang lain untuk berpikir kreatif dan bertindak kreatif ? Kreativitas menurut Lumsdaine (1995: 14) adalah mempergunakan imaginasi dan berbagai kemungkinan yang diperoleh dari interaksi dengan ide atau gagasan, orang lain dan lingkungan untuk membuat koneksi dan hasil yang baru serta bermakna. Artinya mengembangkan pemikiran alternatif atau kemungkinan dengan berbagai cara sehingga mampu melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang dalam interaksi individu dengan lingkungan sehingga diperoleh cara-cara baru untuk mencapai tujuan yang lebih bermakna. Pernahkah anda merasa pemikiran kosong atau merasa tidak berdaya karena tidak dapat berbuat apa-apa?. Kreativitas merupakan aktivitas dinamis dalam diri kita yang melibatkan proses mental pada alam sadar maupun di bawah sadar. Pada saat kita mengatakan dalam alam bawah sadar tidak mampu melakukan maka secara sadar kita menjadi tidak mampu melakukan. Sebaliknya pada saat kita menunjukkan kemampuan kita melakukan sesuatu secar sadar maka akan tumbuh keberhargaan diri pada alam bawah sadar dan tertampilkan kembali dalam sikap percaya diri. Kreativitas melibatkan keseluruhan otak. Seseorang akan bertindak kreatif manakala mempergunakan potensi otak dengan optimal. Mempergunakan kedua belahan otak, otak kiri dan otak kanan. Otak kiri yang mengatur kemampuan logika dan otak kanan yang mengatur humanistis. Implikasinya setiap persoalan yang datang dilihat tidak hanya dari kacamata logika tetapi berbagai dimensi yang menyertainya. Contoh sederhana, jika ditanyakan pada Bapak ibu apa guna pensil?. Jawaban secara logika adalah alat untuk menulis atau menggambar sesuai dengan fungsi utama. Mari kita menggunakan otak kanan, dengan bentuk dan kondisinya pensil dapat dipergunakan untuk mengganjal jendela, konde rambut ataupun membolongi kertas. Kreativitas mengekspresikan kualitas solusi penyelesaian masalah. Kunci kreativitas adalah kemampuan menilai permasalahan dari berbagai sudut pandang sehingga menjadi solusi yang lebih baik. Sudut pandang yang berbeda akan menstimulasi beragam ide dan mengembangkan struktur kognitif baru. Contoh seorang anak mungkin dipandang bodoh oleh guru manakala memperoleh nilai 2 pada saat ulangan Matematika. Pertanyaannya mengapa?, akan merujuk pada berbagai kemungkinan kondisi anak. Apakah anak tidak mengalami gangguan fisik yang menghambat penerimaan materi belajar? Apakah anak tidak memiliki alat penunjang belajar?. Ada berapa anak yang memperoleh nilai 2?. Pada pelajaran lain berapa nilai yang dapat diperoleh?. Itu beberapa pertanyaan yang dapat kita ajukan jika kita melihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Jawaban berbeda dari beragam pertanyaan akan memberikan gambaran masalah utama yang dihadapi anak sehingga memfasilitasi kita untuk menetapkan solusi bantuan yang paling mungkin dilakukan. Menurut Mamat Supriatna (2006), kreativitas adalah kemampuan cipta, karsa dan karya seseorang untuk dapat menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru itu dapat ditemukan dengan menghubungkan atau menggabungkan sesuatu yang sudah ada. Kreativitas adalah bakat yang dimiliki oleh setiap orang yang dapat dikembangkan dengan pelatihan dan aplikasi yang tepat. Banyak studi telah dilakukan tentang perilaku kreatif dari para musisi, ilmuwan besar, arsitek, pujangga, dan pelukis. Hasilnya adalah bahwa proses kreativitasnya sama, baik kreativitas itu terpusat pada pemecahan masalah seharihari, atau penemuan ilmiah tingkat tinggi. Menurut Need Herrmann pada dasarnya jika kita melibatkan secara penuh pikiran yang dimiliki sehingga membangkitkan ide dan kenyataan tentang sesuatu yang diinginkan atau ingin dicapai kita memfasiliasi berkembangnya kreativitas. Kekuatan pikiran membayangkan berbagai kemungkinan dalam mencapai apa yang diinginkan dalam koridor norma-norma yang dapat ditoleransi. Artinya orang kreatif tahu apa yang diinginkan dan dapat menetapkan tujuan berperilaku. Lakukan berbagai cara yang beragam untuk melakukan suatu aktivitas, refleksi apakah memberi cara yang lebih efektif, efisien, dan pro- duktif?. Perhatikan reaksi atau komentar orang lain terhadap penampilan/ kinerja/unjuk kerja kita apakah menunjukkkan apresiasi yang positif dan kepuasan?. Hal tersebut merupakan indikator sederhana apakah kita kreatif atau tidak. Jika kita dan orang lain berusaha kreatif maka kita akan lebih kreatif. Mengembangkan perilaku kreatif dimulai dengan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. B. Mengapa Perlu Mengembangkan Kreativitas Manusia adalah makhluk yang diberi kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai situasi dan tantangan kehidupan. Perubahan yang terus menerus secara global menuntut manusia beradaptasi dengan cepat terhadap berbagai situasi dan kondisi yang seringkali tidak dapat diprediksi. Tingkat keragaman dan kedalam permasalahan sangat tinggi karena berada dalam koridor konteks yang kompleks. Manusia dituntut memikirkan dan bertindak dengan berbagai cara untuk dapat menguraikan kompleksitas tantangan dan memikirkan berbagai alternatif tndakan yang dapat dilakukan untuk menghadapi tantatangan, utuk itulah manusia membutuhkan kretaivitas. Kemampuan beradaptasi dipengaruhi oleh bagaimana manusia memandang suatu permasalahan. Apakah permasalahan dianggap sesuatu yang menyulitkan, merugikan dan mengancam diri atau permasalahan dipandang sebagai tantangan yang membuat diri menjadi lebih tahu, terampil atau mampu bertindak lebih baik. Orientasi memandang suatu persoalan merupakan kunci awal seseorang memiliki kreativitas. Pandangan positif memfasilitasi berkembangnya imajinasi tentang kondisi yang harus dihadapi sehingga persoalan dapat dilihat secara komprehensif. Imajinasi berbagai pengalaman sendiri dan atau orang lain yang dimaknai sebagai proses belajar memberi peluang pada inidividu melihat berbagai kemungkinan atau alternatif tindakan yang dapat dilakukan. Pola asuh orang tua maupun pendidikan di sekolah membuat banyak orang di Indonesia tidak dapat menunjukkan kreativitas. Orang tua bertindak atas dasar aturan-aturan baku yang tidak memfasilitasi adanya celah untuk berubah. Dengan berbagai alasan dari mulai tabu, pamali, kata orang tua, hingga menjadi instruksi yang berharga mati. Sebuah pelanggaran yang dilakukan anak pada aturan tersebut membuat anak dicap nakal oleh orang tua. Contoh anak usia taman kanak-kanak berada pada masa senang mencoret-coret apapun menjadi gambar yang belum jelas. Orang tua menganggap nakal karena mengotori tembok atau meja. Padahal jika orang tua memfasiliasi ruangan dengan menempel kertas roti setinggi badan anak di tembok yang diganti setiap waktu setelah penuh coretan yang dibuat anak pada kertas tersebut membuat keterampilan motorik halus tangan dan jari mencapai kematangan. Hal penting lain yang diperoleh anak dari kegiatan tersebut adalah berkebanggannya mencoretkan apapun sesuai bentuk yang ada pada anggannya. Pengalaman belajar yang diperoleh di sekolah tidak jauh berbeda, kurukulum dan proses pembelajaran menuntut anak bertindak sama atas stimulasi yang diberikan. Dari sejak taman kanak-kanak anak dipaksa untuk menggabar daun berwarna hijau padahal ada daun berwarna kuning, ada daun berwarna merah, atau malah putih dalam kehidupan nyata keseharian. Jika imajinasi tentang daun berkembang ada berbagai kemungkinan warna sebagai gradasi dari hijau, kuning dan merah. Secara teoritik hukum mendel menjustifikasi kemungkinan tersebut. Variasi dan keragaman harus dipandang sebagai potensi yang membuat kehidupan menjadi menarik dan berwarna. Hal yang tidak menyenangkan jika semua orang berpikir dan bertindak seragam. Kehidupan menjadi mati karena orang akan bergerak dan beryindak dalam rutinitas yang sistematik terkontrol. Manusia menjadi tidak berbeda dengan robot. Bersikap kreatif membawa dampak positif pada diri sendiri dan lingkungan sekitar. Pada diri sendiri mendorong aktulisasi potensi yang dimiliki. Bagi orang lain memberikan kepuasaan karena tindakan yang dilakukan dalam waktu yang lebih cepat, memberi hasil yang lebih tepat, hasil yang lebih banyak, dan merupakan hasil karya yang orisinal dan unik. Setiap manusia dianugrahi potensi yang dibawa sejak lahir dan akan berkembang menjadi prestasi diri manakala manusia berinteraksi dengan lingkungan. Pendidikan dalam hal ini sekolah harus menjadi lingkungan perkembangan yang kondusif untuk berkembang dan teraktualisasikannya potensi yang dimiliki. Mengetahui dan memahami potensi diri merupakan modal dasar untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk menjalani kehidupan yang lebih efektif, adaptif Seseorang yang secara kreatif mengembangkan dan meningkatkan potensi yang dimiliki memiliki ketahanan mental yang lebih kuat, karena mampu melihat masalah secara lebih jernih dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang, menjadikan masalah sebagai tantangan untuk mencapai kesuksesan, serta mampu memikirkan dan memilih solusi yang paling mungkin dilakukan secara tepat. Proses kreatif dapat digambarkan dalam empat tingkatan, yaitu : Seseorang yang kreatif memiliki karakteristik sebagai berikut : BAB III BERPIKIR KREATIF Kelebihan manusia dibanding dengan mahluk ciptaan Tuhan lainnya terletak pada kemampuan otaknya untuk berpikir. Otak diyakini sebagai alat bagi manusia untuk menjalani kehidupan lebih baik. Namun demikian belum banyak orang yang mengetahui tentang otak dan memanfaatkan potensi otak. Potensi otak seringkali diibaratkan para ahli sebagai raksasa yang tertidur. Sangat besar sangat kuat tetapi tidak berdaya atau tidak mengahsilkan sesuatu yang luar biasa karena dibiarkan terus tidur. Otak merupakan tempat berpikir, belajar, memecahkan masalah, mengingat, merasakan berbagai perasaan, munculnya gagasan, tidur dan bermimpi. Berat otak rata-rata 1.4 kg. Otak tidak bergerak tetapi aktivitas sarafnya menakjubkan, menghabiskan seperlima dari semua energi yang dibutuhkan tubuh. Setiap pikiran dan gerakan manusia dikendalikan oleh otak. Otak jauh lebih rumit dan canggih dari komputer manapun. Otak memungkinkan kita berpikir, beribicara, mendengar, melihat, merasa dan bergerak. Otak tidak pernah berhenti bekerja karena didalam otak terdapat miliaran neuron (saraf) . Neouron membawa jutaan pesan ke otak dan berfungsi sebagai penghubungan antara tubuh dan otak. Ketika pesan mencapai saraf, otak menyeleksi dan mengirim perintah pada tubuh. Otak manusia adalah three in one, terdiri dari 3 bagian dalam 1 otak yaitu: batang otak, otak kecil dan otak besar. Batang otak merupakan bagian otak sebelah ka- nan bawah tempat bertemu dengan saraf utama tubuh yaitu sumsum tulang belakang. Batang otak mengontrol proses-proses dasar yang penting bagi kehidupan seperti bernafas, denyut jantung, mencerna makanan dan sistem tubuh lain yang mendukung agar manusia hidup. Otak kecil (serebelum) adalah bagian yang berkerut dan bundar di bagian belakang otak. Bagian ini mengolah pesan-pesan dari pusat motor (saraf), memisah-misahkan dan mengaturnya dengan sangat rinci untuk dikirim keratusan otot tubuh. Dengan kapasitas otak ini kita belajar gerakan yang terlatih dan seksama sperti menulis, naik sepeda, mengetik atau bermain musik atau ketiganya sekaligus hampir tanpa berpikir. Otak besar adalah bagian utama, merupakan bagian atas otak. Berbagai daerah pada permukaan (korteks) berkaitan dengan sinyal syaraf ke dan dari bagian tubuh. Misalnya pesan-pesan dari mata diteruskan pada pusat visual sehingga ditentukan informasi apa yang sedang dilihat oleh mata. Manusia dianugrahi kemampuan dan kekuatan berpikir dengan sumber data ingatan pada setiap sel neuron yang berfungsi sebagai sistem yang memproses informasi. Manusia memiliki kurang lebih 180 bilion neurons dan setiap neurons dapat berkoneksi dengan 1.000 sampai 15.000 neurons yang lain untuk membuat berbagai keputusan sebagai hasil berpikir. Artinya pada dasarnya ada lebih 1.000 hingga 15.000 kemungkinan atau alternatif keputusan atau solusi yang dapat dibuat dengan kapasitas berpikir yang kita miliki. Potensi otak manusia pada koridor 3 in 1, 2 belahan kiri dan kanan, memiliki kapasitas mental serta gelombang elektromagnetis. Otak 3 in 1 karena manusia mememiliki tiga otak dalam 1 otak yangberfungsi secara terintegrasi. Otak yang pertama adalah otak yang mengatur sistem–sistem organ-organ tubuh yang menopang manusia hidup, dari mulai sistem pernafasan, aliran darah hingga sistem pencernaan. Otak kedua mengatur tentang seks, kesehatan, emosi dan memori jangka pendek. Otak ketiga mengatur bagaimana berpikir dan memori jangka panjang. Otak manusia terdiri dari dua belahan otak, yaitu belahan otak kiri yang mengatur logika matematika dan belahan otak kanan yang mengatur seni, humaniora, dan perasaan. Memiliki kapasitas mental intelegensi jamak dan bakat yang mempengaruhi kecenderung berpikir, cara dan kualitas bertindak, keberminatan, serta pola bekerja dan belajar. Otak memiliki gelombang otak yang mengatur kewaspadaan, tidur, konsentrasi dan berpikir, dan beristrahat. Masalahnya berdasarkan penelitian para ahli otak, manusia tidak memafaatkan kapsitas otaknya. Manusia hanya mempergunakan 10% kemampuan berpikirnya. Salah satu cara mengoptimalkan pemanfaatan kapasitas otak adalah mengembangkan kemam- puan berpikir tingkat tinggi salah satunya berpikir kreatif. Pengawas harus berperan menjadi individu model yang memanfaatkan kapasitas otak secara maksimal. Artinya selalu merangsang otak dengan berbagai stimulasi untuk bekerja. Stimulasi diperoleh dari interaki dan keterlibatan secara penuh dalam berbagai seting lingkungan. Membaca secara harfiah buku dan sumber bacaan lain maupun membaca pengalaman yaitu memperhatikan berbagai fenomena yang berkembang dalam lingkungan merupakan salah satu stimulasi pemanfaatan kapasitas otak. A. Berpikir Berpikir adalah memanipulasi data, fakta dan informasi untuk membuat keputusan berperilaku. Jangkauan pikiran dimulai dari lamunan biasa, selanjutnya pemecahan masalah yang kreatif. Aktivitas mental dalam perasaan dan pemahaman bergantung pada peransangan dari luar dalam proses yang disebut sensasi dan atensi. Proses mental yang lebih tinggi yang disebut berpikir terjadi di dalam otak. Mengingat kembali mengundang pengalaman terdahulu ke alam pikiran dan mulai membentuk rantai asosiasi. Rantai asosiasi tidak merujuk pada apa yang secara nyata kita lihat tetapi sebagai khayalan-khayalan mental. Asosiai bebas adalah melompat dari satu pemikiran kepemikiran lainnya. Aosiasi bebas merupakan pemikiran yang tidak terkendali tergantung daya imajinasi dan eksplorasi pikiran. Asosiasi bebas merupakan salah satu sifat dari melamun atau mengkhayal. Kebanyakan pemikiran manusia tidak terkendali. Pikiran terarah atau pikiran pemecahan masalah dianggap sebagai jenis pikiran yang paling tinggi. Pemikiran akan terarah apabila kita merencanakan apa tidakan yang akan dilakukan. Pemecahan masalah akan terjadi manakala secara nyata ditemukan hal yang dirasakan mengganggu baik secara fisik maupun mental. Bentuk pemikiran yang paling tinggi berkenaan dengan arti atau makna dan konsep dari sesuatu, sehingga lebih bersifat abstrak dibandingkan hal-hal yang nyata. Seseorang yang yang praktis berpikir melalui sesuatu yang nampak dari gerakan fisik tertentu yang ditangkap alat dria. Seorang ilmuan melihat hal yang sama akan memandang kejadian atau peristiwa dalam kerangka teori, konsep atau hukum tertentu. Pemecahan masalah terus berkembang dengan membayangkan hubungan baru antara abstrasi-abstraksi (bayangan/ khayalan mental). Suatu hubungan baru ditentukan berdasarkan suatu pemahaman atau pengertian. Fungsi mental pemahaman, ingatan dan berpikir saling teradin dan berhubungan karena manusia memahami, mengingat dan berpikir dalam waktu yang bersamaan. Kegiatan mental dilakukan oleh sel-sel saraf yang sama dalam didalam otak karena sel-sel otak tertentu sedang bekerja dengan cara tertentu untuk menghasilkan keputusan tertentu. Makin banyak informasi, data, fakta disampaikan sebagai pesan oleh sel-sel saraf, merangsang banyak sel otak pada banyak bagian bekerja sehingga dihasilkan pemikiran yang kompleks tentang sesuatu hal. Pengawas hendaknya dapat berperan sebagai ilmuwan yang praksis dan praktisi yang ilmuwan. Dalam arti peka terhadap berbagai stimulasi nyata yang terjadi pada lingkungan, kemudian menganalisasi dan memahami menggunakan tahapan bekerja ilmiah, sehingga berpikir, berperasaan dan bertindak secara terkendali sesuai dengan kapasitas potensi dan teraktulisasikan dalam perilaku yang sehat, berkualitas dan terjaga integri- tasnya. B. Tingkat Berpikir Kreatif Terdapat tiga tingkat berpikir kreatif. Semiawan (1990) mengemukakan tiga tingkat kreativitas yang masing-masing tingkat mempunyai ciri kognitif dan afektif. Tingkatan kreatif meliputi: (a) fungsi divergen; (b) proses pemikiran dan perasaan yang majemuk; dan (c) keterlibatan dalam tantangan-tantangan nyata. 1. Tingkat I: Fungsi Divergen Tingkat ini merupakan awal proses kreatif. Anak yang melakukan latihan pada tingkat ini akan mengembangkan kemampuan divergen, yaitu keterbukaan terhadap berbagai kemungkinan. Secara kognitif anak mengembangkan fungsi-fungsi divergen meliputi perkembangan dari kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality), dan keterincian (elaboration) dalam berpikir. Selanjutnya Semiawan menjelaskan, bahwa tingkat pertama yang disebut tingkat kreatif meliputi kesediaan untuk menjawab, keterbukaan terhadap pengalaman, kesediaan menerima kesamaran atau kedwiartian (ambiguity), kepekaan terhadap masalah dan tantangan, rasa ingin tahu, keberanian mengambil risiko, kesadaran, dan kepercayaan kepada diri sendiri. Tingkat ini merupakan landasan atau dasar di mana belajar kreatif berkembang. Dengan demikian, tahap ini mencakup sejumlah metode dan teknik yang dapat dipandang sebagai dasar dari belajar kreatif. Pengawas dapat mendorong diri sendiri dan orang lain untuk terbuka terhadap hal-hal baru, mengembangkan kepekaan terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi orang lain dalam sitasi yang dihadapi karena latar belakang dirinya, serta keberanian untuk menanggung resiko kemungkinan apa yang dikerjakan salah atau gagal. Menanamkan pikiran pada diri sendiri maupun orang lain bahwa kesuksesan adalah kemauan untuk bangkit dari kegagalan. Kesuksesan adalah 9 kali gagal dengan 10 kali bangkit . 2. Tingkat II: Proses pemikiran dan perasaan yang majemuk Pada tingkat ini terjadi peningkatan kemampuan kreatif serta ciri afektif dan kognitif anak lebih diperluas dan diterapkan. Segi pengenalan dari tingkat II ini meliputi penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian (evaluasi). Di samping itu, termasuk juga transformasi dari beraneka produk dan isi, keterampilan metodologis atau penelitian, dan pemikiran yang melibatkan analogi dan kiasan (metaphor). Segi afektif pada tingkat ini mencakup keterbukaan terhadap perasaan-perasaan dan konflik yang majemuk, mengarahkan perhatian kepada masalah, penggunaan khayalan dan tamsil, meditasi dan kesantaian (relaxation), serta pengembangan "keselamatan" psikologis dalam berkreasi atau mencipta. Terdapat penekanan yang nyata pada pengembangan kesadaran yang meningkat, keterbukaan fungsi-fungsi pra-sadar, dan kesempatan-kesempatan untuk pertumbuhan pribadi. Pengawas mendorong diri dan tenaga pendidik dan kependidikan untuk menjadi individu yang siap menerima kritik sebagai bagian dari pandangan yang berbada atau pandangan dari sudut pandang lain terhadap suatu objek atau permasalahan yang dihadapi. Pada suatu kritik selalu terdapat dimensi yang luput dari perhatian awal. Kritik yang disertai kondisi emosional sekalipun mengandung unsur yang tidak menjadi perhatian penggagas ide karena kekurang pekaan terhadap permasalahan yang mungkin dihadapi oleh orang lain terhadap suatu keadaan. 3. Tingkat III: Keterlibatan dalam tantangan-tantangan yang nyata Proses kreatif pada tingkat pertama dan kedua merupakan dasar bagi keterlibatan afektif dan kreatif terhadap permasalahan dan tantangan yang nyata. Anak mengalami keterlibatan dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mandiri dan yang diarahkannya sendiri. Siswa belajar kreatif mengarah pada identifikasi tantangan-tantangan atau masalah-masalah yang berarti, pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan masalah-masalah itu, dan pengelolaan sumber-sumber yang mengarah pada perkembangan hasil atau produk (Semiawan, 1990). Pada tingkat III mencakup internalisasi nilai-nilai dan sistem nilai (Kratwohl dkk., 1964), keterikatan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang produktif, dan upaya untuk mencari pengungkapan (aktualisasi) diri dalam hidup (Maslow, 1968). Pengawas mendorong diri dan pendidik di lingkungan binaan untuk mengajukan berbagai pertanyaan yang berkenaan dengan objek yang mungkin secara nyata dan mungkin dalam imajinasi dan menjadikan pertayaan-pertanyaan tersebut sebagai stimulasi tantangan untuk menyelesaikan permasalahan. Memikirkan berbagai sumber daya dalam diri dan lingkungan yang dapat dimanfaatkan atau terkait dengan permasalahan sehingga berkontribusi menghasilkan solusi yang efektif. Jangan pernah takut untuk mencoba hal baru, berpikir positif apa manfaat atau keuntungan yang dapat diperoleh, lakukan dengan senang sebagai pengalaman pembelajaran maka kita menemukan dunia yang terbuka lebar dengan berbagai kemungkinan. C. Langkah-langkah Berpikir Kreatif Langkah-langkah berpikir kreatif dapat diidentifikasi dalam lima langkah yaitu : mempergunakan bahasa mental otak, meningkatkan daya ingat, menguasai teknik mengingat, membuat peta pikiran serta memahami karakteristik kuadran berpikir dan mempergunakan untuk menyelesaikan masalah 1. Mempergunakan Bahasa Mental Otak Berpikir kreatif dimulai dengan mempergunakan bahasa mental otak yaitu verbal, matematik, visual dan berpikir sensory. Penggunaan bahasa mental lebih dari satu menstimulasi kapasitas otak untuk memanipulasi berbagai informasi, data dan fakta lama yang tersimpan dalam memori maupun informasi, data dan fakta baru yang dihasilkan dari proses atensi dan sensasi. Pesan yang diterima otak menjadi lengkap dan komprehensif sehingga kemungkinan alternatif solusi menjadi lebih banyak dan lebih mendasar. Paling tidak minimal ada 4 kemungkinan berdasarkan analisa bahasa mental yang digunakan, ada 16 kemungkinan yang realistik dan secara optimal ada 256 kemungkinan yang dapat dipilih untuk diseleksi dan dianalisa ketepatan penggunaan berdasarkan kebutuhan yang ditetapkan oleh individu. Pada saat dihadapkan pada suatu persoalan seorang pengawas paling tidak harus mencari tahu dan mempertimbangkan urutan peristiwa dan hubungan antar peristiwa. Melengkapi informasi dengan data-data baik secara kuantitas dan kualitas. Memberikan perhatian terhadap berbagai hal yang secara nyata terjadi. Akhirnya semua informasi yang diterima diformulasikan/ ditampilkan dalam suatu peta masalah atau pikiran sehingga nampak jelas koneksitas, kebutuhan dan kemungkinan solusi. 2. Meningkatkan ingatan (daya ingat/ memori) Langkah kedua berpikir kreatif adalah meningkatkan ingatan dengan cara : Pengawas tidak boleh lamban berpikir karena ada banyak persoalan yang harus segera diselesaikan. Pengawas harus memotivasi diri untuk meningkatkan kemampuan mengingat. Memberi perhatian dan berkonsentrasi pada saat berinteraksi merupakan hal mutlak yang harus dikuasai. Pengawas harus belajar melihat dengan fokus, mendengarkan, mencatat apa-apa yang penting serta melakukan berbagai cara agar tidak lupa. Seorang ahli psikologi pendidikan menyatakan pengetahuan adalah semua informasi yang kita terima dikuragi dengan lupa. Implikasinya jika kita ingin memiliki pengetahuan yang luas dan dikuasai kita harus meminimalkan kondisi lupa. Lupa lebih banyak bersifat psikologis karena tidak memperhatikan, menerima informasi tergesa-gesa, mendadak, tidak sering mempelajari, memiliki persepsi yang tidak positif baik terhadap konten informasi maupun orang yang menyampaikan informasi. Lupa yang bersifat permanen terjadi karena cedera otak, proses penuaan dan penyakit yang berhubungan dengan syaraf. 3. Teknik Mengingat Langkah ketiga berpikir kreatif adalah menguasai berbagai teknik mengingat. Teknik mengingat antara lain : asosiasi, subsitusi, hubungan antar peristiwa, phonetik alfabet (jembatan keledai), menetapkan ingatan (memory pegs). Pengawas perlu menguasai teknik-teknik mengingat karena ada banyak informasi yang harus diingat. Penting bagi pengawas untuk mengingat isi pedoman-pedoman yang terkai dengan pendidikan karena diperlukan dalam pembinaan dan pengawasan. Pengawas harus mengingat pendidik tenaga kependidikan yang ada di sekolah, pengawas juga harus mengingat berbagai kebijakan khusus pendidikan di tingkat propinsi atau kota kabupaten. Apalagi jika pembinaan danpengawasan terkait degan bidang studi penguasaan terhadap kontent materi sagat penting sehingga tidak terjadi kesalahan konseptual secara sistematis dari pengawas ke guru dan kemudia dari guru ke siswa. Betapa sangat besar permasalahan yang akan timbul kalau seorang pengawas tidak dapat mengingat dengan benar. 4. Membuat Peta Pikiran Langkah keempat berpikir kreatif adalah membuat peta berpikir. Langkah membuat peta berpikir sebagai beikut : Contoh: Peta Pikiran Persoalan Penerimaan Siswa Baru Gambar 2.1. Contoh Peta Pikiran Peta pikiran membantu pengawas melihat persoalan secara komprehensif kontekstual. Artinya setiap hal yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan permasalahan diidentifikasi, diberi perhatian khusus pada faktor-faktor yang penting dan akan sangat mengganggu bilamana tidak diperhatikan atau diantisipasi. Kemampuan membuat peta pikiran menunjukkan kecerdasan pengawas dalam menyikapi persoalan dan merancang solusi yang paling memungkinkan dilakukan. Langkah kelima berpikir kreatif adalah memahami karakteristik kuadran berpikir dan mempergunakan untuk menyelesaikan masalah. Kuadran berpikir terbagi dalam empat kuadran yaitu : Walaupun individu akan menunjukkan kuadran dominan dalam karakteristik berpikir tetapi kuadran lain dapat dioptimalkan sehingga berkontribusi terhadap penyelesaian masalah secara kreatif. Individu menjadi tidak mampu berpikir kreatif karena mengalami hambatan mental. Hambatan mental meliputi asumsi yang salah tentang diri, kebiasaan dan sikap. Hambatan mental tersebut dapat ditanggulangi dengan mengimplementasikan kuadran berpikir. Secara spesifik sebagai berikut : Hambatan mental karena sikap dan emosi. (a) Berpikir negatif, berprasangka, rendah diri. Pandanglah masalah sebagai sesuatu yang menarik atau berbeda, jangan takut, memang tidak baik tetapi juga tidak buruk. Bersikap positif atau netral. (b) takut berbuat salah atau takut mengambil resiko gagal. Padahal kita tidak akan maju kalau tidak mau menghadapi tantangan dan belajar untuk menyelesaikan masalah bukan dari masalah, (c) bimbing membuat keputusan karena tidak memiliki informasi yang cukup, jadi manfaatkan sebagai kesempatan menjadi kreatif dengan mencari lebih banyak informasi. Jadi positif dan perhatian, tidak mungkin menjadi sukses tanpa kesalahan. Perkuat kuadran C. Setting ulang dan dukung untuk berpikir kreatif dengan mengembangkan secara hati-hati kuadran D. Gunakan seluruh kapasitas otak . (1) Mulai dengan memotivasi diri dan memberi instruksi pada diri, kita dapat melakukan apa yang kita pikirkan. (2) Bersikap positif dan optimistik tetapi realistik. (3) Belajar bertanggung jawab terhadap perilaku adan tindakan yang kita lakukan. (4) seting ulang lingkungan sehingga memfasilitasi tindakan yang kreatif. Kreativitas bukan sesuatu yang terjadi begitu saja maka rencanakan untuk menjadi kreatif. Seorang pengawas harus mengidentifikasi diri dominan berada pada kuadran mana, terus melakukan latihan sehingga potensi berkembang optimal, berlatih mengembangkan keterampilan pada kuadran lain sehingga menjadi kemampuan yangmendukung potensi utama. Pengawas hendaknya belajar meghilangkan hambatan-hambatan mental yang menghalangi berkembangnya kemampuan berpikir. Mulailah dengan meyakinkan diri bahwa saya memiliki potensi dan jangan membiasakan diri membuang energi untuk pemikiran-pemikiran menakutkan yang belum tentu terjadi atau sibuk beriri hati pada orang yang mampu melakukan tapi tidak melakukan apapun. Sugesti positif pada diri menambahkan enegri piskologis, sebaliknya sugesti negatif menghilangkan energi psikologis. Pengawas perlu belajar mengelola diri atau mengendalikan diri. Dimulai dengan kendalikan pikiran dan perasaan pada hal yang positif sehingga tindakan yang dilakukan positif. Kendalikan konsekwensi yang akan diterima dengan mengendalikan tindakan yang dilakukan. Tetapkan tujuan hidup dan aktivitas yang jelas dengan indikator keberhasilan dan kegagalan. Buat perencanaan kehidupan secara tegas dan konsewens terhadap perencanaan yang dibuat. Beri diri hadiah jika berhasil mencapai tahapan sesuai rancangan dan berikan hukuman yang membangun bila tidak berhasil mencapai. BAB IV KREATIF MENYELESAIKAN MASALAH Kreativitas dan kemampuan berpikir kreatif pada dasarnya merupakan upaya menyelesaikan permasalahan lebih efektif, efisien dan produktif. Pengawas dalam kegiatan keseharian pembinaan dan pengawasan baik managerial maupun akademik akan dihadapkan pada sejumlah perasmalahan baik yang dihadapi oleh pendidik maupun tenaga kependidikan. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya seorang pengawas : (1) melakukan pengawasan penyelenggaran pendidikan pada satuan pendidikan tertentu. Konsekwensinya pengawas harus memahami benar permasalahan, karakteristik pendidikan dan tuntutan kompetensi lulusan pada satu satuan pendidikan tertentu; (2) meningkatkan kualitas proses belajar mengajar / bimbingan dna hasil prestasi belajar/ bimbingan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Konsekwensinya pengawas akan dihadapkan pada sejumlah permasalahan baik yang terkait dengan kompetensi guru dalam pembelajaran, kemampuan siswa, kondisi daya dukung pembelajaran hingga kebijakan evaluasi hasil belajar. A. Proses Penyelesaian Masalah Secara Kreatif Proses penyelesaian masalah secara kreatif mengikuti tahapan yang dideskripsikan pada gambar di halaman berikut: Secara rinci dideskripsikan sebagai berikut. Gambar 4.1. Tahapan Penyelesaian Masalah Secara Kreatif 2. Ide umum penyelesaian, kembangkan banyak ide untuk menyelesaikan masalah. Langkah yang dapat dilakukan : 3. Evaluasi ide kreatif, penilaian ide dan berpikir kritis untuk menemukan ide (penyelesaian) yang terbaik. Langkah yang dapat dilakukan : 4. Implementasi solusi, dilakukan dengan langkah : a. mensosialisasikan rencana, dengan memperimbangkan : b. Menyusun rencana aktivitas, meliputi : c.Melakukan evaluasi akhir, apa yang pembelajaran yang diperoleh ? d. Didukung tim management untuk : B. Memfasilitasi Berpikir dan Bertindak Kreatif Sesuai dengan tupoksinya pengawas harus melakukan pembinaan akademik maupun manajerial sehingga pengawas harus dapat memfasilitasi pendidik lain di sekolah memiliki kemampuan berpikir kreatif dan bertindak menyelesaikan masalah secara kreatif. Upaya yang dapat dilakukan pengawas untuk memfasilitasi berpikir dan bertindak kreatif pendidik di sekolah sebagai berikut. 1. Tiga ciri dominan seseorang kreatif adalah : spontan, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan tertarik pada hal –hal baru. Implikasinya : 2. Berdasarkan hasil penelitian kreativitas tercipta pada lingkungan kerja kondusif yang menyenangkan, penuh rasa humor, spontan dan memberi ruang pada individu untuk mengekspresikan diri. Pengawas hendaknya memiliki sikap humoris, mengembangkan hubungan yang membantu dengan dasar pemahaman tugas dan fungsi masing-masing, dan memotivasi setiap orang untuk menjadi bagian dari kemajuan sekolah 3. Penempatan personil pendidikan sesuai dengan kapasitas, kemampuan dan latar belakang pendidikan merupakan cara yang tepat menstimu- lasi munculnya kreativitas dan inovasi 4. Pentingnya personil pendidik untuk keluar dari pekerjaan rutin pembelajaran di kelas ataupun tugas admistrasi sekolah sehingga dapat melihat masalah pekerjaan dengan cara yang baru. Pengembangan staf secara rutin baik berupa diskusi, tukar pikiran, bedah buku, peer teaching, maupun optimalisasi MGBS dan MKKS merupakan upaya penyegaran yang dapat dilakukan . DAFTAR PUSTAKA Enslikopedia, Edisi ke sepuluh 2003. Ilmu Pengetahuan Populer seri ke 9, Grilier Internasional, Inc. Diedarkan khusus oleh PT Widyadara http://www.lowongan.info/front, April. 2006, Tip dan Trik : Memancing Kreativitas http://.e.psikologi.com/manajemen/kreativitas.htm http://www.pikiran rakyat.com/cetak/2005/1105/29/1106.htm Pembelajaran Kreatif Lumsdaine Edward & Monika. 1995. Creative Problem Solving: Thingking Skills for a Changing World. New York : McGraw-Hill Internasional Editions Mamat Supriatna. 2006. Strategi bimbingan dan konseling pengembangan aspek kepribadian siswa sekolah menengah. Materi Workshop Bridging Course Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Direktorat PSMP Dirjen MPDM Depdiknas.
dan produktif. Implikasinya kreativitas adalah mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang dimiliki secara kompleks untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi serta memiliki kepekaan terhadap peluang dan memanfaatkannya untuk kebermaknaan kehidupan secara optimal.
Menumbuhkan Kreativitas di Tempat Kerja
Kamis, Februari 05, 2009
TOT Calon Pengawas 2009 (02: Kode 01 – B3 – Kreativitas)
Definisi Kreativitas ............................... 4
Mengapa Perlu Mengembangkan Kreativitas 7
Meningkatkan Potensi dan Ketahanan Mental 9
Proses Kreatif 9
Ciri-ciri Orang Kreatif 10
Proses Penyelesaian Masalah Secara Kreatif 27
Memfasilitasi Berpikir dan Bertindak Kreatif 30
Menggunakan pendekatan andragogi, yaitu lebih mengutamakan pengungkapan kembali pengalaman peserta pelatihan, menganalisis, menyimpulkan, dan mengeneralisasi dalam suasana diklat yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna. Peranan pelatih lebih sebagai fasilitator.
Diskusi tentang indikator keberhasilan pelatihan pengembangan kreativitas.
Praktik/Simulasi berpikir dan memecahkan masalah secara kreatif.
Proses Kreatif
Tingkat persiapan, usaha dibuat untuk memahami dan mengerti tentang kebutuhan personal. Individu memberikan perhatian secara mendetail terhadap objek sehingga dipahami secara utuh dalam berbagai dimensi sudut pandang. Sudut pandang paling tidak meliputi kondisi fisik objek, kegunaan atau manfaat, serta suasana atau situasi yang terbentuk karena keberadaan objek. Kebutuhan individu akan terkait dengan ketiga sudut pandang secara parsial, kombinasi maupun sebagai keutuhan. Contoh pada saat melihat kursi siswa, individu akan memberikan perhatian dari sisi fisik apakah bentuknya cukup mewakili sebuah kursi atau tempat untuk duduk dan apakah tidak ada bagian yang membahayakan. Dari sudut pandang kegunaan atau manfaat apakah kursi cukup kuat untuk diduduki atau menahan berat badan siswa. Dari sudut pandang suasana atau situasi yang tercipta apakah posisi kursi tidak menghalangi siswa atau guru berjalan, mendukung suanasana kelas yang menyamankan dan apakah cukup pantas untuk menempati bagian dari ruangan.
Tingkat inkubasi (pengeraman), yaitu upaya untuk mengembangkan ide dari perhatian yang diberikan untuk menjawab persoalan yang dihadapi individu. Contoh : pada saat sekolah memiliki ruangan dengan ukuran tertentu yang harus menampung sejumlah siswa untuk duduk dan menulis, maka bentuk dan ukuran kursi seperti apa yang harus dibuat atau dibeli sehingga memenuhi tujuan yang diharapkan.
Tingkat wawasan, yang membawa individu pada pengertian baru. Artinya terbuka kemungkinan terjadi perubahan bentuk, ukuran dan fungsi dari suatu objek untuk memenuhi beberapa tujuan yang diharapkan. Contoh : ruangan yang ada tidak memungkinkan diisi dengan meja dan kursi karena akan membuat siswa tidak leluasa bergerak. Yang dibutuhkan adalah kursi yang juga berfungsi sebagai meja dan tempat menyimpan barang/ tas, cukup ringan untuk dipindahkan dan dirapihkan dengan cara melipat kursi, mampu menahan beban sebarat 30 – 50 kg dan tinggi 120 – 160 cm, serta cukup memberi ruangan untuk bergerak keluar dan duduk.
Tingkat pengesahan/penemuan, yang menyadarkan individu tentang ide kreatif pengesahan atau tingkat implementasi. Upaya mewujudkan ide dalam bentuk nyata. Contoh : untuk memperoleh kursi sesuai kebutuhan pada tingkat wawasan awalnya perlu dibuatkan gambar, mempertimbangkan bahan, mengerjakan, menata dalam ruangan dan memanfaatkan benda baru.
Ciri-ciri Orang Kreatif
Cenderung melihat suatu persoalan sebagai tantangan untuk menunjukkan kemampuan diri.
Cenderung memikirkan alternatif solusi/tindakan yang tidak dilakukan oleh orang-orang pada umumnya atau bukan sesuatu yang sudah biasa dilakukan.
Tidak takut untuk mencoba hal-hal baru.
Mau belajar mempergunakan cara, teknik dan peralatan baru.
Tidak takut dicemoohkan oleh orang lain karena berbeda dari kebiasaan
Tidak malu bertanya berbagai informasi tentang sesuatu hal yang dianggap menarik.
Tidak cepat puas terhadap hasil yang diperoleh.
Toleran terhadap kegagalan dan frustasi.
Memikirkan apa yang mungkin dapat dilakukan atau dikerjakan dari suatu kondisi, keadaan atau benda.
Melakukan berbagai cara yang mungkin dilakukan dengan tetap berdasar pada integritas, kejujuran, menjujung sistem nilai, dan bertujuan positif.
Tindakan yang dilakukan efektif, efisien, dan produktif.
Bahasa verbal adalah membayangkan skenario suatu peristiwa atau merunut hal yang terjadi dalam suatu peristiwa atau kejadian. Misalnya anak kesiangan dan takut untuk masuk kelas, bayangkan hal yang mungkin menyebabkan anak kesiangan, kecemasan yang ada pada pikiran anak, dan reaksi guru dan teman-teman pada saat anak mengetuk pintu.
Bahasa matematika adalah perkiraan yang berhubungan dengan ukuran, antara lain : besaran, jumlah, bobot, isi, waktu, dan jarak. Contoh : kelas ukuran 8 x 9 m dapat terisi dengan berapa bangku dan kursi agar tetap ada jarak antar bangku sehingga mampu menampung berapa jumlah siswa agar dapat belajar dengan nyaman.
Bahasa Visual adalah menampilkan beragam informasi dalam satu bagan atau gambar. Contoh foto kegiatan sekolah memberikan informasi kondisi sekolah berhubungan dengan tata letak, bentuk bangunan, keterkaitan dengan lingkungan, dan aktivitas yang terjadi di sekolah.
Berpikir sensory adalah memberikan perhatian terhadap berbagai hal yang menstimulasi alat indra. Tingkat perhatian menghasilkan informasi, data dan fakta yang akan di manipulasi oleh otak sebagai proses berpikir. Contoh jika melewati wc sekolah tercium bau tidak nyaman coba recek kondisi bak air dan air di wc tersebut. Jika bak air kecil dan air tidak mengalir pada waktu keran di buka artinya bukan hanya siswa yang mungkin tidak tahu aturan kebersihan tapi sarana yang ada tidak mendukung.
mempraktikkan, mempraktikkan apa yang dipelajari. Contoh untuk mengingat fungsi-fungsi menu pada komputer harus mempraktekkan penggunaannya. Mempraktikkan pengetahuan tentang kepengawasan dalam bentuk tindakan nyata.
mengulang, mengulang hal-hal yang sudah dipelajari. Contoh membaca kembali berbagai teori manajemen pendidikan, pedoman kepengawasan, berbagai pedoman pendidikan yang dikeluarkan secar resmi oleh Depdiknas.
memberikan perhatian, memberikan tanda, menuliskan pada buku catatan harian apa-apa yang harus dikerjakan. Contoh memberi stabilo dengan warna yang berbeda untuk kegiatan yang berbeda. Memberikan perhatian terhadap pembicaraan kepala sekolah maupun pendidik lain pada saat melakukan pembinaan dan pengawasan di sekolah. Mencatat hal-hal penting yang memerlukan respon baik secara umum maupun khusus sehingga perlu diskusi dan rancangan aktivitas yang spesifik.
mengobservasi, memberikan perhatian lebih detail pada setiap aspek yang berhubungan fokus perhatian. Contoh : memperhatikan selama beberapa hari pada beberapa sekolah kecenderungan siswa kesiangan. Melakukan studi kasus secara longitudinal kecenderungan kebiasaan belajar peserta didik pada skeolah-sekolah binaan. Mengobservasi secara langsung proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas sehingga memperoleh umpan balik kompetensi keterampilan mengajar guru sehingga dapat dirumuskan rekomendasi pelatihan guru yang lebih efektif.
sikap dan gaya hidup, mengembangkan perhatian, peka dan empati terhadap berbagai persoalan kehidupan disekitar. Contoh memberikan perhatian terhadap data kondisi ekonomi siswa sehingga mampu berempati terhadap siswa-siswa yang merasa kesulitan untuk membayar uang sekolah. Memahami situasi dan budaya sekolah sehingga tidak berpenampilan berlebihan pada saat melakukan pembinaan dan pengawasan ke sekolah apalagi jika sekolah-sekolah yang dikunjungi adalah sekolah rintisan.
Pengawas juga harus peka terhadap berbagai persoalan-persolan pribadi yang mungkin dihadapi guru. Tidak dalam arti mencampuri urusan pribadi guru tetapi menjadi catatan pembinaan sehingga guru-guru merasa memperoleh perhatian.
bantuan terhadap ingatan, hal yang sangat spesifik yang menjadi ciri. Contoh mengingat ciri khas kegiatan di satu sekolah untuk mengingat keunggulan sekolah yang dibina. Mengingat ciri khas pendidik di sekolah di lingkungan dimana kita melakukan pengawasan dan pembinaan. Setiap orang akan merasa senang kalau disapa dan diingat, apalagi oleh seseorang yang dianggap dihormati. Berusahalah untuk mengenal semua pendidik maupun tenaga kependidikan yang ada di sekolah binaan.
memvisualisasikan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Membuat jadwal kegiatan yang harus dilakukan. Contoh membuat jadwal melakukan pembinaan ke sekolah. Menempelkan atau menuliskan catatan tugas yang harus dikerjakan. Membuat peta pikiran berbagai persoalan yang harus diselesaikan di sekolah.
Teknik asosiasi, mengasosiasi sesuatu terhadap suatu benda atau peristiwa. Contoh : zebra adalah kuda belang-belang, baju bermotif belang-belang, dan mobil. Menyimpan buku yang harus dibawa ke sekolah yang di kunjungi di meja tamu pada malam hari untuk mengingatkan keesokan harinya harus berangkat ke sekolah binaan. Pengawas dapat menetapkan ciri khas dari satu sekolah dan selanjutnya dijadikan asosiasi tentang sekolah tersebut.
Subsitusi, mensubsitusi kata pada hal yang ingin diingat. Contoh teknik menghafal nama :
dengarkan dan pahami nama, jika menyulitkan mintalah untuk mengulang secara perlahan
ulangi nama tersebut pelan-pelan dan beri penekanan khusus pada sesuatu yang menarik dari nama tersebut. Contoh Yusi (you see)
perhatikan wajahnya hal apa yang menarik dan mudah diingat. Contoh berkerudung
hubungkan gambaran hal menarik dengan subsitusi. Contoh yoo see berkerudung.
Hubungan antar peristiwa. Contoh : Standar isi – kompetensi, Ujian Nasional - 5.0, Gerak jatuh bebas – orang terpeleset, SMUNLUCI – diskotik (SMUN 3 CIMAHI - disisi kota saeutik/di pinggir kota)
Phonetic Alphabet (lebih sering disebut jembatan keledei). Contoh: spectrum warna "mejikuhibingiu" merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Atau memberi bunyi pada angka hingga mudah menghafalkan nomor contoh 1 = T, D, 2 = N. 3 = M, 4 = R. 5 = L, nomor 55421 l = LLRDTT dibaca lilarudet
Menetapkan ingatan (memory pegs). Mengingat sesuatu yang akan dihafal pada benda-benda di sekeliling. Contoh menghafal nama-nama guru pada sekolah binaan dengan mengingat benda di sekeliling sekolah
tetapkan topik/ tema utama
pikirkan faktor, ide, konsep, komponen utama yang berhubungan langsung dengan topik atau tema. Gunakan kata-kata kunci untuk setiap konsep
konsentrasi untuk mengembangkan ide dengan menghubungan setiap faktor, ide, konsep atau komponen dengan menggunakan pendekatan kekepan (kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan)
organisasikan mana yang menjadi prioritas dengan memberi warna, catatan atau tanda-tanda lain yang dapat menarik perhatian
anda siap menuliskan atau memaparkan pada orang lain
Kuadran Berpikir dan Penyelesaian Masalah
kuandran A berpikir analitik, berpikir mempergunakan data, fakta dan logika. Belajar secara ekternal, menjadi detektif dan melakukan eksplorasi untuk mendefinisikan permasalahan yang dihadapi. Contoh : mengumpulkan data, fakta dan informasi yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan permasalahan proses seleksi siswa.
kuadran B berpikir sekuensial, berpikir secara terstruktur, memperhatikan detail, disiplin dan perancanaan yang matang. Mengembangkan kebiasaan belajar dan bekerja secara teratur dan efektif sehingga mampu merancang implementasi solusi secara matang. Contoh : memfasilitasi penyusunan rancangan aktivitas pembelajaran selama 1 ( satu) tahun ajaran sesuai kalender akadmik dan tuntutan standar isi.
Kuadran C berpikir interpersonal, berpikir dengan memperhatikan nilai, simbol, komunikasi dan perasaan. Belajar secara interaktif dari pengalaman, umpan balik, diskusi maupun sistem nilai sehingga dapat memberikan penilaian solusi yang paling mungkin dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Contoh : menginisiasi pengembangan program sukses ujian nasional dengan memperkuat rasa percaya diri siswa, guru dan pimpinan sekolah.
Kuadran D berpikir imaginatif, berpikir internal mengembangkan pemahaman dan visualisasi dengan menetapkan visi, konteks, harapan masa depan dan inovasi. Memformulasikan ide umum dan mengevaluasi ide-ide kreatif yang diprediksi mungkin dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Contoh : ketertarikan siswa tingkat menengah pada bahasa asing dikembangkan dalam bentuk memfasilitasi area berbahasa asing.
hambatan mental karena asumsi yang salah, yaitu menyakini " saya tidak kreatif". Seorang yang berpikir intelegen adalah seorang pemikir yang baik. Cari fakta-fakta dengan kuadran A kemudian dengan waktu yang ada yakinlah " mengapa tidak untuk menjadi lebih kreatif", atau "orang lain bisa mengapa saya tidak"
hambatan mental karena kebiasaan : (a) menyakini hanya ada satu jawaban benar padahal ada banyak kemungkinan jawaban dari pertanyaan. (b) Masalah dilihat sebagai sesuatu yang rumit dan membebani sehingga terisiolasi dalam masalah padahal setiap masalah tidak lepas dari konteksnya sehingga ada banyak kemungkinan penyelesaian sesuai konteks. (3) Ada banyak aturan yang harus ditaati dalam menyelesaikan masalah dan harus diyakini ada banyak sumber daya yang dapat kita manfaatkan. Jadi gunakan kuandran B, buat perencaan secara kreatif.
Mendefinisikan masalah, dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
menetapkan strategi untuk menemukan masalah yang sebenarnya (real). Contoh : masalah guru yang tidak disiplin. Menetapkan apakah masalah merupakan masalah tertutup atau terbuka
mengumpulkan data dan melakukan analisa permasalahan, eksplorasi sebab dan akibat secara spesifik, identifikasi berbagai aspek utama dan penyebab masalah. Contoh : mengumpulkan berbagai bukti dari yang bersangkutan maupun rekan-rekan di sekitarnya
membingkai masalah dalam konteksnya, ekplorasi dalam bingkai yang lebih luas termasuk kecenderungan dan kesempatan. Contoh : person adalah guru, pendidik yang memiliki kesempatan belajar untuk menjadi profesional.
berpikir konvergen dengan membuat statement permasalahan secara positif. Contoh : Yang bersangkutan membutuhkan pengembangan keterampilan mengelola kelas.
inkubasi permasalahan dengan melakukan instrokpeksi dan refleksi. Contoh : apa akibatnya pada peserta didik dalam tanggung jawabnya
lakukan studi kasus. Contoh : apakah terdapat kasus serupa di sekolah atau di sekolah lain, dan
pergunakan berbagai sumber (referensi buku, aktivitas dan pengalaman melakukan penelitin dan eksplorasi, serta buat resume). Contoh : keterampilan mengelola kelas yang yang dikuasasi guru
pendekatan tim untuk menyelesaikan masalah, terdiri atas tim kerja atau tim pengembang dan tim management. Pendekatan tim memfasilitasi pengembangan banyak ide karena setiap individu anggota tim akan melihat permasalahan dari sudut pandang yang berbeda dan mengajukan solusi yangberbeda atas dasar pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki.
bertukar pemikiran secara verbal (diskusi) sehingga informasi yang diperoleh menstimulasi ide-ide. Hal yang harsu diperhatikan pada saat bertukar pikiran adalah kuantitas, kualitas, ide yang terbaik serta jangan mengkritik terhadap ide orang lain sebelum jelas apa yang dipaparkan
gunakan metode lain, misalnya tukar pikiran melalui surat atau cari informasi yang lebih luas dari berbagai sumber belajar.
identifikasi sebanyak mungkin ide kreatif untuk menyelesaikan masalah
mensitesa ide-ide terbaik dengan memperhatikan kualitas, kemung- kinan di praktikan/ dilakukan serta tidak ada kritik
memberi penilaian dengan merangking ide atas dasar kriteria : konteks dan komentar sesaat, pertimbangan resiko dan konsekwensi, nilai dan bias, etis dan masih dalam batas toleransi, serta belajar dari kesalahan
memberi penilaian terhadap keputusan yang dibuat dengan cara : (1) melakukan analitik dengan ceklist, (2) kreativitas karena merupakan cara yang baru dan bermakna. (3) mempergunakan seting berpikir atau peta berpikir untuk melihat efek atau dampai dari keputusan.
berpikir kritis dengan memperhatikan komitmen untuk melaksanakan, konteks, opini pribadi dan kelompok serta kewenangan
menetapkan solusi terbaik, yaitu solusi yang paling mungkin dilakukan dengan hasil yang terbaik
keuntungan bagi setiap orang,
prinsip-prinsip yang menjadi pertimbangan,
alasan bersikap oposisi dan
bekerja dengan penuh tanggung jawab
format,
dana yang dibutuhkan,
jadwal waktu,
pengukuran resiko,
pembagian tugas, siapa, mengerjakan apa, dimana dan kapan,
bagaimana memonitoring perencanaan
memonitor kesesuaian rencana dan tujuan dengan aktivitas,
mempertimbang kepentingan,
mengeliminasi prokrastinasi siswa, dan
menetapkan rencana tindak lanjut.
berikan sekolah cukup ruang dan kebebasan mengelola sekolah dan meningkatkan kualitas akademik.
Fasilitasi sekolah menyusun perencanaan strategis dan RAPBS yang memberi ruang pendidik menjadi profesional.
kenalkan sekolah pada sekolah lain yang memiliki keunggulan manajerial maupun akademik.
biarkan pendidik di sekolah merasa tenang, nyaman dan menikmati proses kreativitas tanpa anda banyak turut campur.
ciptakan lingkungan yang terbuka terhadap pimpinan sekolah maupun guru pada sekolah binaan.
dukung kreativitas sekolah dengan berbagai informasi akses yang dapat dimanfaatkan sekolah untuk mengembangkan jejaring.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar