PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2008 KATA PENGANTAR Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah berisi standar kualifikasi dan kompe- tensi pengawas sekolah. Standar kualifikasi menjelaskan persyaratan akademik dan nonakademik untuk diangkat menjadi pengawas sekolah. Standar kompetensi memuat seperangkat kemampuan yang harus dimiliki dan dikuasai pengawas sekolah untuk dapat melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya. Ada enam dimensi kompetensi yang harus dikuasai pengawas sekolah yakni: (a) kompetensi kepribadian, (b) kompetensi supervisi manajerial, (c) kompetensi supervisi akademik, (d) kompetensi evaluasi pendidikan, (e) kompetensi penelitian dan pengembangan, dan (f) kompetensi sosial. Dari hasil uji kompetensi di beberapa daerah menunjukkan kompetensi pengawas sekolah masih perlu ditingkatkan terutama dimensi kompetensi supervisi manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan dan kompetensi peneli- tian dan pengembangan. Untuk itu diperlukan adanya diklat peningkatan kompetensi pengawas sekolah baik bagi pengawas sekolah dalam jabatan terlebih lagi bagi para calon pengawas sekolah. Materi dasar untuk semua dimensi kompetensi sengaja disiapkan agar dapat dijadikan rujukan oleh para pelatih dalam melaksanakan diklat pening- katan kompetensi pengawas sekolah di mana pun pelatihan tersebut dilak- sanakan. Kepada tim penulis materi diklat kompetensi pengawas sekolah yang terdiri atas dosen LPTK dan widya iswara dari LPMP dan P4TK kami ucapkan terima kasih. Semoga tulisan ini ada manfaatnya. Jakarta, Juni 2008 Direktur Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK Surya Dharma, MPA., Ph.D DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II KONSEP DASAR PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN 4 BAB III . PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF 6 A. Garis Besar isi Proposal 6 B. Penjelasan Unsur-unsur Proposal 8 BAB IV PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF… ……… 29 A. Garis Besar isi Proposal 29 B. Penjelasan Unsur-unsur Proposal 30 BAB V PROPOSAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN (R&D) 39 A. Garis Besar isi Proposal 39 B. Penjelasan Unsur-unsur Proposal 40 BAB VI PROPOSAL PENELITIAN EVALUATIF ……………. 40 A. Garis Besar isi Proposal 44 B. Penjelasan Unsur-unsur Proposal 44 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 47 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh Pengawas Satuan Pendidikan adalah mampu melakukan penelitian. Hal ini karena pekerjaan pengawas adalah sebuah profesi yang menuntut peningkatan pengetahuan dan keterampilan terus menerus sejalan dengan perkembangan pendidikan di lapangan. Setiap bidang pekerjaan selalu dihadapkan pada permasalahan yang selalu berkembang, baik berupa fenomena yang mengundang tanda tanya, maupun kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan. Permasalahan tersebut menuntut jawaban dan solusi yang dapat dipertanggung jawabkan. Kedudukan pengawas sebagai pembina para guru dan kepala sekolah, mengharuskan dia memiliki kesiapan memberikan solusi bagi permasalahan yang mereka hadapi. Ia dapat saja mengandalkan pengalaman, baik dirinya sendiri maupun orang lain, mengambil teori dari buku-buku, atau bahkan mengandalkan intuisi. Hal ini tentu tidak selamanya memuaskan, karena yang dituntut darinya adalah professional judgement yang dapat dijadikan acuan. Penelitian merupakan suatu bentuk kegiatan ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan atau kebenaran. Ada dua teori kebenaran pengetahuan, yaitu teori koherensi dan korespondensi. Teori koherensi beranggapan bahwa suatu pernyataan dikatakan benar apabila sesuai dan tidak bertentangan dengan pernyataan sebelumnya. Aturan yang dipakai adalah logika berpikir atau berpikir logis. Sementara itu teori korenspondensi berasumsi bahwa sebuah pernyataan dipandang benar apabila sesuai dengan kenyataan (fakta atau realita). Untuk menemukan kebenaran yang logis dan didukung oleh fakta, maka harus dilakukan penelitian terlebih dahulu. Inilah hakikat penelitian sebagai kegiatan ilmiah atau sebagai proses the acquisition of knowledge. Dalam melaksanakan penelitian tentu harus dimulai dengan menyusun proposal. Selain berfungsi sebagai realisasi atau penuangan gagasan agar dapat dipahami oleh orang lain, proposal juga menjadi acuan dan arah dalam kegiatan penelitian. Rasionalitas, bobot masalah dan kemanfaatan sebuah penelitian dapat ditemukan pada proposal. Oleh karena itu kemampuan menyusun proposal sangat penting dimiliki oleh pengawas. Berangkat dari latar belakang tersebut maka materi ini perlu disusun dan disampaikan dalam pelatihan pengawas. B. Dimensi Kompetensi C. Kompetensi yang Hendak Dicapai Setelah menyelesaikan materi pendidikan dan latihan ini Pengawas diharapkan menguasai berbagai pendekatan, jenis dan metode penelitian dalam pendidikan. D. Indikator Pencapaian Hasil Setelah menyelesaikan materi pendidikan dan pelatihan Pengawas diharapkan dapat menyusun proposal penelitian yang logis, rasional dan memenuhi kaidah penulisan. 1. Mampu menjelaskan kriteria masalah yang baik untuk diangkat sebagai judul penelitian. 2. Mampu merumuskan permasalahan penelitian dengan benar 3. Mampu menuliskan unsur-unsur proposal penelitian kuantitatif 4. Mampu menuliskan unsur-unsur proposal penelitian kualitatif 5. Mampu menuliskan unsur-unsur proposal penelitian dan pengembangan 6. Mampu menuliskan unsur-unsur proposal penelitian evaluasi E. Alokasi Waktu No. Materi Diklat Alokasi 1. Kriteria masajalah dan judul penelitian dan perumus-annya 1 jam 2. Unsur-unsur penelitian kuantitatif 1 jam 3. Unsur-unsur penelitian kualitatif 1 jam 4. Unsur-unsur proposal Penelitian dan Pengambangan 1 jam 5. Unsur-unsur Penelitian Evaluasi 1 jam 6 Praktik penyusunan proposal 3 jam F. Skenario a. Menggunakan pendekatan andragogi, yaitu lebih mengutamakan pengungkapan kembali pengalaman peserta pelatihan, menganalisis, menyimpulkan, dan mengeneralisasi dalam suasana diklat yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna. Peranan pelatih lebih sebagai fasilitator. b. Diskusi tentang indikator keberhasilan pemahaman mengenai penyusunan proposal penelitian pendidikan. c. Praktik menyusun proposal penelitian pendidikan. 6. Post test. 7. Refleksi bersama antara peserta dengan pelatih mengenai jalannya pela-tihan. 8. Penutup. BAB II KONSEP DASAR PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN A. Pengertian dan Tujuan Proposal Penyusunan proposal atau usulan penelitian merupakan langkah awal yang harus dilakukan peneliti sebelum memulai kegiatan penelitian. Proposal penelitian dapat membantu memberi arah pada peneliti agar mampu menekan kesalahan yang mungkin terjadi selama proses penelitian berlangsung. Jika proposal penelitian sudah disusun secara sistematis, lengkap dan tepat, akan mempercepat pelaksanaan, proses serta penyusunan laporan penelitian. Proposal mempunyai arti sangat penting bagi setiap peneliti dalam usaha mempercepat, meningkatkan serta menjaga kualitas hasil penelitian. Proposal penelitian harus dibuat sistematis dan logis sehingga dapat dijadikan pedoman yang mudah diikuti. Proposal penelitian adalah gambaran secara rinci tentang proses yang akan dilakukan oleh peneliti untuk dapat memecahkan permasalahan penelitian. Secara umum, poposal penelitian merupakan pedoman yang berisi langkah-langkah yang akan diikuti peneliti untuk melakukan penelitiannya. Dalam menyusun proposal perlu diantisipasi munculnya berbagai sumber yang dapat bermanfaat sehingga dapat digunakan dalam mendukung penelitian atau faktor-faktor yang mungkin menghambat kegiatan penelitian. Tujuan umum proposal penelitian adalah memberitahukan secara jelas tentang tujuan penelitian, siapa yang hendak ditemui, serta apa yang akan dilakukan atau dicari di lokasi penelitian. Proposal penelitian dibuat peneliti sebelum melakukan kerja lapangan. Proposal atau sering disebut juga sebagai usulan penelitian adalah suatu pernyataan tertulis mengenai rencana atau rancangan kegiatan penelitian secara keseluruhan. Proposal penelitian berkaitan dengan pernyataan atas urgensi dari suatu penelitian. Membuat proposal penelitian bisa jadi merupakan langkah yang paling sulit namun menyenangkan di dalam tahapan proses penelitian. Pada tahap ini, seluruh kegiatan penelitian disintesiskan ke dalam suatu desain yang spesifik. Dalam proposal, peneliti mempraktekan bahwa mereka telah mengetahui apa yang akan mereka cari, bagaimana cara mencari dan mengenalinya, serta menjelaskan mengapa penelitian itu memiliki nilai kegunaan sehingga perlu untuk dilakukan. B. Isi Proposal Di muka telah dijeaskan bahwa penelitian adalah proses yang sistematis. Maknanya bahwa penelitian dilakukan dengan urutan dan prosedur tertentu dan para peneliti mengikuti cara seperti itu dalam penelitiannya. Untuk itulah diperlukan proposal sebagai bentuk perencanaan penelitian. Keseluruhan isi yang dimuat dalam proposal penelitian pada dasarnya adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Why è Mengapa penelitian tersebut dilaksanakan? What è Apa yang akan diteliti? How è Bagaimana penelitian dilaksanakan? Where è Dimana penelitian dilaksanakan? When è Kapan penelitian dilaksanakan? Who è Siapa yang terlibat dalam kegiatan penelitian? Sebelum mengungkap secara detail bagian-bagian (isi) sutau proposal perlu dikemukakan garis-garis besar proposal. Walaupun banyak unsur dari proposal yang mirip untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif, tetapi terdapat sejumlah variasi dalam aspek metodologis dari kedua jenis penelitian tersebut. Oleh karena itu, dalam pembahasan berikut ini kedua jenis proposal tersebut disajikan secara terpisah. BAB III PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF A. Garis Besar Proposal Garis-garis besar proposal penelitian kuantitatif menurut McMillan dan Schumacher (2001) adalah sebagai berikut: 1. Pendahuluan Masalah yang masih bersifat umum dirumuskan secara jelas dan tepat. Rumusan demikian akan membantu pembaca memahami pentingnya masalah dan kedudukan fokus masalah dalam bidang keahlian peneliti (pendidikan). Rumusan masalah umum tersebut ditunjang oleh studi kepustakaan yang sesuai, dijabarkan dalam pertanyaan dan/atau hipotesis khusus, serta manfaat penelitian. Rumusan permasalahan umum tersebut disimpan pada awal alinea, diikuti oleh latar belakang pemilihan masalah. Rumusannya hendaknya cukup padat tetapi mudah ditangkap/dipahami oleh orang yang tidak ahli dalam bidang masalah tersebut. Mengemukakan apa yang telah diketahui tentang permasalahan dan kajian teori dan penelitian terdahulu, membantu memperjelas latar belakang dan pentingnya penelitian. Reviu kepustakaan juga menjelaskan tentang pentingnya masalah yang akan diteliti, pendirian peneliti, kritik terhadap desain penelitian terdahulu, identifikasi kesenjangan-kesenjangan dan hal-hal baru yang akan dikembangkan. Sebagai jabaran dari permasalahan umum dirumuskan hipotesis dan/atau pertanyaan khusus, diikuti rumusan definisi operasional atau penjelasan tentang variabel yang diteliti. Rumusan pertanyaan khusus atau hipotesis hendaknya mampu menggambarkan dengan jelas bahwa penelitian bersifat empiris dengan desain penelitiannya yang spesifik. Menjelaskan pentingnya penelitian dalam pengembangan pengetahuan, implikasinya bagi penelitian lebih lanjut, manfaatnya praktis untuk pengembangan pendidikan. Manfaat hasil penelitian bagi pengembangan pengetahuan (manfaat teoretis) dapat berupa penemuan pengetahuan atau prinsip-prinsip baru. Implikasi hasil penelitian bagi penyempurnaan pelaksanaan pendidikan dapat berupa bentuk rumusan atau pernyataan-pernyataan yang bersifat umum bukan saran-saran khusus. 2. Desain dan Metodologi Menjelaskan jenis desain dan metode yang akan digunakan, apakah menggunakan penelitian deskriptif, survai, korelasional, eksperimental, pengembangan, dan jenis-jenis penelitian kuantitatif lainya. Dijelaskan siapa/apa target populasi, bagaimana pengambilan sampel dan populasi tersebut, besarnya sampel, prosedur penarikan sampel. Dalam bagian ini dijelaskan juga bagaimana menjaga nama baik subjek yang diteliti, izin untuk meneliti serta memelihara kerahasiaan data dan individu-individu yang menjadi sumber data. Dijelaskan jenis instrumen yang digunakan, alasan penggunaan instrumen tersebut. Jika instrumen sudah ada dikemukakan validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Bila instrumen akan dikembangkan dikemukakan proses pengembangan dan pengujian validitas dan reliabilitasnya. Dijelaskan bagaimana penelitian akan dilaksanakan, bagaimana hubungan antar variabel dapat dicari. Dalam penelitian deskriptif atau survai, prosedur ini mencakup penyiapan angket, pembuatan pedoman dan jadwal wawancara, latihan dan pemberian petunjuk bagi pengumpul data. Dalam penelitian eksperimen prosedurnya lebih kompleks, meliputi: identifikasi dan pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, spesifikasi perlakuan, prosedur untuk mengurangi variabel-variabel penyela, dan lain. Dijelaskan teknik analisis data yang digunakan dan bagaimana proses analisisnya serta bagaimana data hasil analisis disajikan. Bagaimana pengujian setiap hipotesis dilakukan serta alasan penggunaannya. Alasan diarahkan pada kesesuaian dengan tujuan studi, ukuran sampel, serta pengujian instrumen yang digunakan. Pada bagian ini iuga dijelaskan bentuk penyajian data yang akan dibuat seperti: tabel, grafik, profil, bagan dan lain-lain. Dijelaskan keterbatasan desain dalam kaitanya dengan lingkup studi, desain, dan metodologi. Lingkup studi terbatas pada apa yang dirumuskan dalam permasalahan umum atau fokus penelitian, tidak bisa meneliti semua hal yang terkait dengan permasalah tersebut. Desain juga dibatasi oleh metodologi yang digunakan, kalau metodenya korelasional maka penelitian diarahkan untuk mengidentifikasi hubungan melalui analisis korelasi, demikian juga dengan komparasi terbatas pada membandingkan hal-hal yang sudah dirancang melalui analsis komparatif. 3. Rujukan Berupa daftar sumber-sumber apa yang dijadikan rujukan. Sumber tersebut dapat berbentuk buku, jurnal, hasil penelitian serta sumber-sumber dalam situs internet. Rujukan digunakan dalam identifikasi, perumusan masalah, perumusan definisi, penyusunan desain, pengembangan instrumen, analisis data, pembahasan bahkan sampai penarikan kesimpulan. 4. Lampiran Berisi hal-hal yang sifatnya melengkapi atau mendukung proposal penelitian, seperti: jadwal penelitian, rencana anggaran, dan riwayat hidup para peneliti, B. Penjelasan Unsur-unsur Proposal Penelitian Kuantitatif Penelitian kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan secara jelas. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesis dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Penelitian kuantitatif lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya. Setiap kegiatan penelitian kuantitatif selalu dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan berlandaskan metode ilmiah. Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut: Karena permasalahan yang diteliti sudah jelas dan prosedur penelitian sudah baku, maka proposal penelitian kuantitatif dipandang sebagai "blue print" yang harus digunakan sebagai pedoman baku dalam melaksanakan penelitian. Sebagai acuan, proposal penelitian kuantitatif dapat dikemas dalam sistematika penulisan sebagai berikut. I PENDAHULUAN II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN III METODOLOGI PENELITIAN JADWAL KEGIATAN PENELITIAN ANGARAN BIAYA PENELITIAN Uraian berikut, menjelaskan tentang susbtansi yang harus disajikan dalam proposal penelitian kuantitatif. Masalah merupakan kesenjangan antara situasi yang diharapkan dengan situasi yang ada. Dapat juga dikatakan sebagai kesenjangan antara tujuan yang ingin dicapai dengan keterbatasan alat dan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan tersebut. Masalah juga dapat dikatakan sebagai kesenjangan antara teori dan praktik. Masalah penelitian dilatar belakangi oleh adanya situasi yang memerlukan pemecahan sehingga perlu dilakukan suatu penelitian. Masalah yang masih umum dapat berkembang menjadi masalah penelitian kuantitatif apabila memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut: Latar belakang masalah adalah alasan mendasar yang menunjukkan bahwa tema/ topik/ judul penelitian tersebut penting dan menarik untuk dilaksanakan. Pada bagian ini berisi tentang peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi pada suatu bidang kajian penelitian. Tetapi dalam peristiwa itu, sekarang ini tampak ada penyimpangan-penyimpangan dan standar yang ada, baik standar yang bersifat keilmuan maupun aturan-aturan. Oleh karena itu dalam latar belakang ini, peneliti harus melakukan analisis masalah, sehingga permasalahan menjadi jelas. Melalui analisis masalah, peneliti harus dapat menunjukkan adanya suatu penyimpangan yang ditunjukkan dengan data dan menuliskan mengapa hal ini perlu diteliti. Latar belakang maslah penelitian tidak muncul begitu saja atas dasar inspirasi. Untuk mendapatkanya peneliti dapat mencari darai berbagai sumber rukukan antara lain ialah: Tasa dasar sumber sumber di atas, substansi serta struktur pembahasan dalam latar belakang masalah dapat disajikan dalam tata urutan sebagai berikut: Identifikasi masalah adalah sejumlah aspek permasalahan yang muncul sehubungan dengan tema/topik/judul penelitian. Dalam bagian ini perlu dituliskan berbagai masalah yang ada pada obyek yang diteliti. Semua masalah dalam obyek, baik yang akan diteliti maupun yang tidak akan diteliti sedapat mungkin dikemukakan. Untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan baik, maka peneliti perlu melakukan studi pendahuluan ke obyek yang diteliti, melakukan observasi, dan wawancara ke berbagai sumber, sehingga semua permasalahan dapat diidentifikasikan. Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah diketahui tersebut, selanjutnya dikemukakan hubungan satu masalah dengan masalah yang lain. Masalah yang akan diteliti itu kedudukannya di mana di antara masalah yang telah diidentifikasi. Masalah apa saja yang diduga berpengaruh positif dan negatif terhadap masalah yang diteliti. Selanjutnya masalah tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk variabel. Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah yang telah diidentifikasikan akan diteliti. Untuk itu maka peneliti memberi batasan, dimana akan dilakukan penelitian, variabel apa saja yang akan diteliti, serta bagaimana hubungan variabel satu dengan variabel yang lain. Berdasarkan batasan masalah ini, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah penelitian. Dalam usaha mengidentifikasikan atau menemukan masalah penelitian, sering ditemukan lebih dari satu masalah sehingga diperlukan pembatasan masalah. Pembatasan masalah berarti penetapan atau memilih satu atau lebih masalah dari sejumlah masalah yang sudah teridentifikasi disertai argumentasinya. Pertimbangan untuk menentukan layak atau tidak suatu masalah diteliti, didasarkan pada pertimbangan dua arah yaitu dari arah yaitu: (1) Dari arah masalah yang merupakan pertimbangan obyektif. Pertimbangan dibuat atas dasar sejauh mana penelitian terhadap masalah ini akan memberikan sumbangan kepada pengembangan teori dalam bidang yang bersangkutan dan pemecahan masalah-masalah praktis; (2) Dari arah peneliti yang merupakan pertimbangan subjektif. Dalam arti masalah yang akan ditelitinya menarik keingintahuan peneliti dan sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki oleh peneliti. Untuk mendapatkan rumusan masalah penelitian yang baik, pembatasan masalah perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: Dalam membatasi masalah, masalah harus diseleksi berdasarkan informasi, pengalaman-pengalaman, maupun teori-teori yang relevan. Apabila masalah penelitian tidak mempertimbangkan mengenai hal itu, maka masalah penelitian akan kehilangan landasan berpijak. Setelah masalah yang akan diteliti itu ditentukan (variabel apa saja yang akan diteliti, dan bagaimana hubungan variabel satu dengan yang lain), dan supaya masalah dapat terjawab secara akurat, maka masalah yang akan diteliti itu perlu dirumuskan secara spesifik. Perumusan masalah merupakan pemetaan faktor-faktor dan variabel-variabel yang terkait. Kualitas suatu penelitian tidak cukup dipertimbangkan berdasarkan kriteria-kriteria sebagaimana diuraikan sebelumnya. Kualitas suatu penelitian juga ditentukan oleh bagaimana masalah penelitian tersebut dirumuskan. Untuk dapat menyajikan perumusan masalah penelitian yang baik, perlu diikuti beberapa persyaratan sebagai berikut: Rumusan masalah yang telah ditetapkan, pada tahap selanjutnya akan dijadikan dasar dalam menentukan tujuan yang akan mengarahkan pemilihan metode serta prosedur penelitian. Tujuan dan kegunaan penelitian sebenamya dapat diletakkan di luar pola pikir dalam merumuskan masalah. Tetapi keduanya ada kaitannya dengan permasalahan, oleh karena itu dua hal ini ditempatkan pada bagian ini. Tujuan penelitian adalah pernyataan yang menjelaskan keinginan mendapat jawaban atas pertanyaan yang konsisten dengan perumusan masalah. Pada dasarnya tujuan penelitian adalah memberikan penjelasaan tentang sesuatu yang akan diperoleh jika penelitian tersebut selesai. Tujuan penelitian berkenaan dengan tujuan peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang dituliskan. Misalnya rumusan masalahnya: Bagaimanakah tingkat kompetensi profesional guru di sekolah XXX? Maka tujuan penelitiannya adalah: ingin mengetahui seberapa tinggi tingkat kompetensi profesional guru di sekolah XXX. Kalau rumusan masalahnya: Apakah ada pengaruh Diklat terhadap kinerja pengawas sekolah, maka tujuan penelitiannya adalah: Ingin mengetahui pengaruh Diklat terhadap kinerja pengawas sekolah. Rumusan masalah dan tujuan penelitian ini jawabannya terletak pada kesimpulan penelitian. Kegunaan atau manfaat penelitian adalah pernyataan tentang tujuan umum penelitian yang konsisten dengan latar belakang masalah. Pernyataan tentang manfaat harus mengandung dua hal yaitu manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis bagi pihak-pihak yang terkait dengan upaya pemecahan masalah penelitian. Kegunaan hasil penelitian merupakan dampak dan tercapainya tujuan. Kalau tujuan penelitian dapat dicapai dan rumusan masalah terjawab maka sekarang kegunaannya apa. Kegunaan hasil penelitian ada dua hal yaitu: (1) Kegunaan untuk mengembangkan ilmu/kegunaan teoretis; (2) Kegunaan praktis, yaitu membantu memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada obyek yang diteliti. Kegunaan dan manfaat penelitian harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Pernyataan tentang manfaat pada tahap selanjutnya akan dijadikan dasar dalam mengemukakan implikasi teoretis, implikasi praktis, dan saran-saran. Sesuai dengan pendapat Kerlinger (2000) teori adalah suatu construct yang menjelaskan hubungan antar variabel. Kristalisasi teori dapat berupa definisi atau proposisi yang menyajikan pandangan tentang hubungan antar variabel yang disusun secara sistematis, dengan tujuan untuk memberikan eksplanasi dan prediksi mengenai suatu fenomena. Teori dalam penelitian kuantitatif memiliki kedudukan dan peran yang sangat penting, karena teori akan memberikan landasan bagi peneliti dalam menyusun perencanaan penelitian. Oleh karena itu, teori yang dudeskripsikan harus memenuhi unsur-unsur berikut: Pemebuhan unsur-unsur di atas teori-teori dikemukakan adalah teori yang relevan sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan variabel yang akan diteliti, serta sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan (hipotesis). Deskripsi teori dapat pula dimanfaatkan dalam penyusunan instrumen penelitian. Teori-teori yang digunakan bukan sekedar pendapat dari pengarang, pendapat penguasa, tetapi teori yang betul-betul telali teruji kebenarannya secara empiris. Di sini juga diperlukan dukungan hasil-hasil penelitian yang telah ada sebelumnya yang ada kaitannya dengan variabel yang akan diteliti. Mengingat betapa besarnya peranan kerangka teori dalam penelitian kuantitatif, prosedur penyusunan landasan teori perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: Berdasarkan prosedur tersebut di atas, struktur pembahasan dalam deskripsi teoretik meliputi: (1) Mengidentifikasi dan mengkaji teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan variabel penelitian yang akan dianalisis; (2) Melengkapi kajian teori dengan berbagai pendapat lain yang telah dipublikasikan; (3) Menyatakan sintesis (definisi konseptual) tentang variabel penelitian pada setiap akhir pembahasan suatu kajian teori. Kerangka berpikir merupakan bagian dari penelitian yang menggambarkan alur pikir penelitian. Kerangka berpikir dikemukakan dengan maksud untuk menyusun reka pemecahan masalah (jawaban pertanyaan penelitian) berdasarkan teori yang dikaji. Kerangka berpikir berguna untuk menjelaskan alasan atau argumentasi bagi rumusan hipotesis dan juga tempat bagi peneliti untuk menjelaskan tentang variabel-variabel yang berhubungan dengan variabel pokok dan sub variabel pokok yang ada dalam penelitian. Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang teliti diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoretis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoretis perlu dijelaskan hubungan antar variabel. Kerangka berfikir penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoretis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap besaran variabel yang diteliti Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, perlu dikemukakan kerangka berfikir. Kerangka berfikir yang dihasilkan berupa kerangka berfikir yang asosiatif maupun komparatif. Kerangka berfikir yang bersifat asosiatif dapat menggunakan kalimat: jika ..... maka .....Misalnya jika kompetensi profesional tinggi maka kinerja akan meningkat. Dalam suatu penelitian biasanya kerangka berpikir digambarkan dengan menggunakan bagan-bagan yang dihubungkan dengan anak panah. Tidak ada standar dalam pembuatan kerangka berpikir, yang penting pembaca dapat dengan mudah mengetahui hubungan antara konsep-konsep yang digambarkan. Sebuah kerangka berpikir dikatakan baik jika mengandung unsur-unsur sebagai berikut: Hipotesis adalah pernyataan mengenai hubungan, proposisi tentatif mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih mengenai fenomena atau variabel Fungsi utama dari suatu hipotesis penelitian adalah sebagai pedoman dalam memberikan arah dan jalannya kegiatan penelitian yang dilakukan, mulai dari penyusunan desain penelitian, penentuan kriteria dalam penyusunan instrumen penelitian, termasuk berfungsi sebagai pedoman dalam dalam menetapkan indikator-indikator tentang aspek-aspek atau variabel-variabel yang diukur, juga sebagai pedoman dalam menentukan teknik analisis data penelitian. Hipotesis penelitian kualitatif berasal dari teori yang relevan sebagai hasil dari kajian pustaka. Melalui kajian pustaka, peneliti dapat mengadopsi berbagai teori yang ada. Hipotesis jenis ini termasuk hipotesis yang dibangun secara deduktif. Dalam arti lebih umum, terutama pada penelitian-penelitian kuantitatif, hipotesis diajukan dengan berlandaskan pada teori yang memiliki tingkat generalisasi luas. Agar hipotesis yang diajukan memiliki kualitas yang diharapkan, diperlukan kriteria tertentu. Borg dan Gall (2001) memberikan sejumlah kriteria sebagai berikut: Atas sara kriteria tersebut hipotesis harus konsisten dengan teori-teori yang ada serta disusun sedemikian rupa sehingga eksplanasi yang dikemukakan memiliki argumentasi yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Substansi hipotesis yang dikemukakan di sisi sebut juga sebagai hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian biasanya berupa pernyataan yang memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang diajukan oleh peneliti. Contoh hipotesis dan rumusan masalah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Contoh Rumusan Masalah dan Hipotesis Penelitian No Rumusan Masalah Hipotesis Penelitian 1 Apakah terdapat perbedaan disiplin kerja antara guru SMK dengan guru SMA? Terdapat perbedaan disiplin kerja guru SMK dengan guru SMA 2 Apakah terdapat perbedaan kompetensi pedagogik antara guru SD, guru SMP, dan guru SMA? Terdapat perbedaan kompetensi pedagogik guru SD, SMP, dan SMA. 3 Apakah terdapat hubungan antara kompetensi profesional dengan kinerja guru? Terdapat hubungan positif antara kompetensi profesional dengan kinerja guru. 4 Apakah terdapat hubungan antara kepusan kerja dan intensitas supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru? Terdapat hubungan positif antara kepuasan kerja dan intensitas supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru. Manfaat hipotesis adalah memberikan tuntunan dalam melakukan penelitian, memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian, dan sebagai alat sederhana dalam memfokuskan fakta yang tercerai-berai menjadi satu kesatuan. Peneliti dituntun untuk menguji hipotesis yang telah dibuat. Hasil analisis data yang dikumpulkan akan menentukan apakah hipotesis yang telah dibuat bisa diterima atau ditolak. Metode penelitian menggambarkan strategi atau cara yang dilakukan untuk menjelaskan dan memecahkan masalah. Metode penelitian membicarakan mengenai tata cara pelaksanaan penelitian. Dalam metode penelitian mencakup prosedur dan teknik penelitian. Metode penelitian berisi rumusan langkah-langkah penelitian dan pendekatan yang digunakan. Dalam penjelasan tentang metode penelitian harus dikemukakan alasan mengapa menggunakan metode tersebut. Penjelasan tersebut dapat dilihat kaintanya dengan proses pengumpulan data serta upaya untuk menguji hipotesis penelitian. Dalam hal ini perlu dikemukan tempat/lokasi dimana penelitian tersebut akan dilakukan. Misal di sekolah, di perusahaan, di instansi pemerintah, dan lain-lain. Waktu pelaksanaan mencakup waktu dari setiap tahapan proses yang akan dilakukan dan kapan serta berapa lama penelitian tersebut dilakukan. Secara umum populasi adalah semua individu atau unit atau peristiwa yang ditetapkan sebagai obyektif penelitian. Secara teknis populasi tidak lain adalah kumpulan dari unit-unit elementer yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu. Oleh karena peneliti akan meneliti sifat-sifat dari unit elementer, dan kemudian dari unit-unit elementer itu akan disimpulkan. Selanjutnya dapat dikemukakan bahwa populasi adalah kumpulan ukuran-ukuran tentang sesuatu yang kepadanya akan dibuat inferensi atau kesimpulannya. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyektif/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:117). Populasi adalah keseluruhan obyektif penelitian yang akan menjadi sumber data. Populasi bisa dibatasi dengan populasi sasaran dan populasi terjangkau. Populasi terjangkau adalah sebagian dari populasi sasaran yang dijadikan sebagai kerangka sampel. Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat yang sama dan atau serupa dengan populasinya. Sesuai dengan rumusan tersebut, sampel harus memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat yang menggambarkan secara tepat sifat-sifat populasinya. Sampel yang demikian dinyatakan sebagai sampel yang representatif. Sampel yang diambil harus memiliki karakteristik, jelas dan lengkap sehingga mewakili populasi. Syarat sampel yang baik adalah harus representatif (karakteristik sampel sama dengan karakteristik populasi) dan memadai (ukuran sampel cukup untuk meyakinkan kestabilan karakteristiknya. Dalam proposal penelitian perlu dijelaskan populasi dan sampel yang digunakan sebagai sumber data. Bila hasil penelitian akan digeneralisasikan (kesimpulan data sampel yang dapat diberlakukan untuk populasi) maka sampel yang digunakan sebagai sumber data harus representatif. Untuk itu digunakan teknik pengambilan sampel yang sesuai. Terkait dengan uraian di atas, dalam proposal perlu dijelaskan: Perlu dijelaskan dalam proposal teknik pengumpulan data mana yang paling tepat, sehingga betul-betul didapat data yang valid dan reliabel. Jangan semua teknik pengumpulan data (angket, observasi, wawancara) dicantumkan kalau sekiranya tidak dilaksanakan. Selain itu konsekuensi dan mencantumkan ke tiga teknik pengumpulan data itu adalah: setiap teknik pengumpulan data yang dicantumkan harus disertai datanya. Memang untuk mendapatkan data yang lengkap dan obyektif penggunaan berbagai teknik sangat diperlukan, tetapi bila satu teknik di pandang mencukupi maka teknik yang lain bila digunakan akan menjadi tidak efisien. Penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengukur suatu gejala akan menggunakan instrumen penelitian. Jumlah instrumen yang akan digunakan tergantung pada variabel yang diteliti. Bila variabel yang diteliti jumlahnya lima, maka akan menggunakan lima instrumen. Dalam hal ini perlu dikemukakan instrumen apa saja yang akan digunakan untuk penelitian, skala pengukuran yang ada pada setiap jenis instrumen, dan bagimana prosedur pengujian validitas dan reliabilitas instrumen. Uraian tentang teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian yang dikemukakan dalam proposal sebaiknya mencakup: Untuk penelitian dengan pendekatan kuantitatif, maka teknik analisis data ini berkenaan dengan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan pengujian hipotesis yang diajukan. Bentuk hipotesis mana yang diajukan, akan menentukan teknik statistik mana yang digunakan. Jadi sejak membuat rancangan, maka teknik analisis data ini telah ditentukan. Bila peneliti tidak membuat hipotesis, maka rumusan masalah penelitian itulah yang perlu dijawab. Tetapi kalau hanya rumusan masalah itu dijawab, maka sulit membuat generalisasi, sehingga kesimpulan yang dihasilkan hanya dapat berlaku untuk sampel yang digunakan, tidak dapat berlaku untuk populasi. Analisis data dilakukan untuk menjawab pertanyaan atau mencapai tujuan penelitian. Analisis data yang digunakan biasanya berkenaan dengan analsis statistik untuk menjawab rumusan masalah atau pengujian hipotesis. Uraian tentang teknik analsis data dikemukakan dalam proposal sebaiknya mencakup: Pada bagian akhir penjelasan analisis data perlu dikemukakan rumusan hipotesis statistik atas dasar hipotesis penelitian yang diajukan. Hipotesis statistik terdiri atas hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Selanjutnya dapat dicontohkan sebagai berikut: Tabel 3.2: Contoh Hipotesis Penelitian dan Hipotesis Statistik No Hipotesis Penelitian Hipotesis Statistik 1 Terdapat perbedaan disiplin kerja guru SMK dengan guru SMA Tidak terdapat perbedaan disiplin kerja guru SMK dengan guru SMA Terdapat perbedaan disiplin kerja guru SMK dengan guru SMA 1 = rata-rata disiplin kerja guru SMK 2 = rata-rata disiplin kerja guru SMK 2 Terdapat hubungan positif antara kompetensi profesional dengan kinerja guru. Tidak terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja guru. Terdapat hubungan posisitif antara motivasi kerja dengan kinerja guru. = koefisien korelasi. BAB IV PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF A. Garis Besar Isi Proposal Penelitian Kualitatif Garis-garis besar isi proposal penelitian kualitatif menurut McMillan & Schumacher (2001) menjelaskan sebagai berikut: pendahuluan 1. Pernyataan masalah secara umum Rumusan permasalahan penelitian yang masih bersifat umum dinyatakan secara jelas dan tepat, agar mudah dipahami oleh pembaca yang bukan ahli dalam bidang yang diteliti. Rumusan masalah juga hendaknya menegaskan kedudukan masalah dalam bidang pendidikan. Rumusan permasalahan umum tersebut disimpan dalam awal alinea, diikuti oleh rumusan tentang latar belakang munculnya masalah. Masalah umum dirumuskan dalam kalimat yang berbunyi "menggambarkan dan menganalisis", kegiatan atau proses yang diteliti. 2. Reviu kepustakaan Dikemukakan kerangka konseptual awal yang digunakan dalam merumuskan masalah atau merumuskan pertanyaan awal, serta menegaskan pentingnya penelitian. Pentingnya penelitian dijelaskan dengan mengidentifikasi kesenjangan-kesenjangan yang ada. Dalam reviu kepustakaan juga dapat dikemukakan pemikiran para ahli dalam bidang yang lebih luas seperti tinjauan: sosiologis, psikologis, antropologis, politis. Reviu kepustakaan dalam penelitian kualitatif tidak mereviu secara tuntas tetapi berupa reviu awal untuk mengeksplisitkan kerangka pemikiran peneliti dalam memasuki lapangan, memulai wawancara dan melakukan pengamatan. Reviu kepustakaan diperlukan untuk memperkuat perlunya melakukan studi deskriptif secara mendalam, dan menggunaan pendekatan kualitatif. 3. Masalah bayangan (pertanyaan awal) Masalah bayangan merupakan perkiraan atau dugaan tentang masalah utama yang dihadapi dalam sesuatu kegiatan atau sesuatu lokasi. Rumusan masalah masih bersifat umum, akan diperjelas secara lebih spesifik dalam pelaksanaan penelitian. Untuk merumuskan masalah bayangan peneliti harus mendapatkan informasi pendahuluan. Dalam merumuskan masalah ini biasanya peneliti mempunyai perkiraan tentang lokasi penelitian dan/ atau partisipan yang akan dilibatkan. 4. Manfaat penelitian Menjelaskan pentingnya penelitian dalam pengembangan pengetahuan, implikasinya bagi penelitian lebih lanjut dan penyempurnaan pelaksanaan pendidikan. Penelitian kualitatif seringkali berupaya memberikan beberapa tambahan pengetahuan dalam deskripsi yang lebih mendetil tentang peristiwa yang bersifat alamiah yang tidak dideskripsikan secara sempurna dalam literatur. Penelitian kualitatif juga memberikan sumbangan dalam pengembangan konsep atau penjelasan teoretis dari apa yang diamati. Desain dan Metodologi Desain dan metodologi dalam penelitian kualitatif meliputi: lokasi atau seting sosial yang dipilih, peranan peneliti, strategi penentuan sampel secara purposif, analisis data yang bersifat induktif, dan keterbatasan desain. 1. Pemilihan lokasi Mendeskripsikan kecocokan keadaan lokasi dengan tujuan penelitian, menggambarkan fenomena-fenomena dan proses seperti yang dinyatakan dalam masalah awal. Deskripsi lokasi misalnya mencakup jenis satuan pendidikan (sekolah), tujuan atau peranannya di masyarakat, kegiatan atau proses yang spesifik, dan jenis partisipan. Rumusan tentang lokasi lebih diarahkan pada mendeskripsikan karakteristik khusus dari suatu lokasi serta perbedaanya dengan lokasi lain. 2. Jaringan (Setting) sosial yang dipilih Mendeskripsikan anggota-anggota kelompok yang akan dilibatkan dalam penelitian. Pada bagian ini dideskripsikan peranan mereka dalam kegiatan serta bagaimana keterlibatan mereka di dalam penelitian. Perlu ditunjukan adanya hubungan logis antara informasi yang akan didapatkan melalui kontak pribadi dengan masalah bayangan. 3. Peranan peneliti Peranan peneliti dikemukakan secara umum umpamanya sebagai pengamat partisipatif atau pewawancara (mendalam). Karena peranan peneliti sangat mempengaruhi hubungan dalam pengumpulan data yang bersifat interaktif, maka peranannya tersbeut harus disesuaikan dengan konteks sosial setempat. Peranan peneliti harus cocok dengan tugasnya untuk mengungkap masalah awal yang ditetapkan. 4. Strategi penentuan sampel purposif Strategi penentuan sampel yang bersifat purposif dinyatakan dalam proposal, walaupun strategi ini akan dikembangkan lebih lanjut dalam pelaksanaan penelitian di lapangan. Tujuan dan pengambilan sampel secara purposif adalah untuk memperoleh sampel kecil dari individu-individu yang kaya akan informnasi, proses, atau wawasan sosial. Dalam pemilihan sampel juga dijelaskan bagaimana memelihara nama baik subyek yang diteliti, menjaga kerahasiaan data dan individu-individu yang akan dijadikan sebagai sumber data. 5. Strategi pengumpulan data Walaupun strategi pengumpulan data akan dikembangkan dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan, tetapi strategi secara umum dan beberapa prinsip yang menjadi pegangan perlu dijelaskan. Pada prinsipnya penelitian kualitatif menggunakan teknik pengumpulan data yang beragam (multi teknik). Dalam strategi pengumpulan data juga perlu dijelaskan lebih spesifik tentang tahap-tahap observasi, bentuk wawancara mendalam, dokumen yang diharapkan dikumpulkan termasuk perkiraan waktu pengumpulan data, bentuk format pencatatan data seperti catatan lapangan, rangkuman pengamatan, catatan interviu, transkrip, dan lain-lain. Meskipun strategi pengumpulan data sudah direncanakan dalam desain tetapi dalam pelaksanaannya di lapangan diperlukan penyesuaian-penyesuaian dan perubahan. 6. Analisis data yang bersifat induktif Analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Sambil mengumpulkan data dan mencari temuan-temuan dari lapangan, proses analisis data juga terus dilakukan. Proses analisis bersifat induktif menghimpun dan memadukan data-data khusus menjadi kesatuan-kesatuan informasi. Pengumpulan dan analisis dilakukan melalui pembuatan catatan lapangan, pemberian kode pada topik-topik, membuat kategori, teknik mencari pola, dan lain-lain. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk diagram, tabel, grafik, profil, dan sebagainya dan biasanya akan disimpan dalam lampiran. Untuk analisis data bisa juga digunakan program software terutama untuk manajemen data. 7. Keterbatasan desain Dijelaskan keterbatasan desain dalam kaitan dengan lingkup studi, desain, dan metodologi. Masalah awal yang ditetapkan biasanya dibatasi pada satu aspek dalam satu kegiatan, umpamanya hanya meneliti tentang bagaimana guru mengajar dan bukan menilainya, atau mengetahui dampaknya terhadap siswa. Keterbatasan metodologi karena kesulitan berkenaan dengan peranan peneliti sebagai instrumen penelitian, penentuan sampel secara purposif, kegiatan yang bersifat alamiah yang tidak bisa diinterupsi. Keterbatasan desain, terutama berkenaan dengan validitas, reliabilitas, dan perluasan temuan. Temuan-temuan dalam penelitian kualitatif tidak digeneralisasikan. Rujukan Memuat sumber-sumber apa yang dijadikan rujukan. Sumber tersebut bisa berbentuk buku, jurnal, hasil penelitian serta sumber-sumber dalam situs internet. Rujukan digunakan dalam identifikasi, perumusan masalah, penentuan sampel, penyusunan desain, pemilihan strategi pengumpulan data, analisis data dan interpretasi temuan, bahkan sampai pembahasan dan penyimpulan. Lampiran Lampiran merupakan bahan pelengkap dan kegiatan atau temuan-temuan hasil penelitian. Atas dasar garis-garis besar yang dikemukakan di atas, dalam uraian selanjutnya akan dibahas secara spesifik substansi masing-masing jenis proposal. Penjelasan setiap jenis dirinci berdasarkan pokok-pokok perbedaan dari jenis proposal yang telah diuraikan sebelumnya. B. Penjelasan Unsur-unsur Proposal Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif didasari oleh asumsi bahwa realitas adalah sesuatu yang kompleks, dinamis, penuh makna, dan mengandung pola fikir induktif. Dengan demikian, permasalahan penelitian kualitatif belum bisa terjelaskan sebelumnya. Oleh karena itu, proposal penelitian kualitatif bersifat sementara dan berpeluang untuk berberkembang setelah peneliti memasuki situasi lapangan. Sesuai karakteristik penelitian kualitatif, rencana maupun desain penelitian dapat diubah secara fleksibel sesuai situasi dan kondisi setting penelitian. Hal inilah yang membedakan proposal penelitian kuantitatif dengan kualitatif. Penelitian kuantitatif proposalnya spesifik dan sudah baku sedangkan proposal kualitatif masih bersifat umum dan sementara. Proposal penelitian kualitatif komponen-komponen penting yang lebih menggambarkan urutan tindakan yang harus dilakukan untuk mendapatkan data penelitian sebagai masukan utama pemecahan masalah penelitian. Komponen-komponen tersebut berguna bagi peneliti teruatama dalam mengawali kegiatan penelitian. Proposal penelitian kualitatif dapat dikembangkan atas dasar desain penelitian yang merupakan bagian dari rencana penelitian. Desain penelitian menunjukkan gambaran alur penelitian yang akan dilakukan guna memecahkan masalah. Unsur-unsur penting dalam desain penelitian kualitatif antara lain: Berdasarkan desain tersebut di atas, proposal penelitian kualitatif dapat dikemas dalam sistematikan penulisan sebagai berikut: JUDUL PENELITIAN I PENDAHULUAN II STUDI KEPUSTAKAAN III PROSEDUR PENELITIAN JADWAL KEGIATAN PENELITIAN ANGGARAN BIAYA PENELITIAN Penelitian kualitatif naturalistik biasanya didesain secara longgar, tidak ketat, sehingga dalam pelaksanaan penelitian berpeluang mengalami perubahan dari apa yang telah direncanakan. Hal itu dapat saja terjadi bila apa yang direncanakan tidak sesuai dengan apa yang dijumpai di lapangan. Meski demikian, aktivitas penelitian tetap harus dirancang dalam bentuk proposal atau usulan penelitian. Uraian berikut, menjelaskan susbtansi yang harus disajikan dalam proposal penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif masalah ini bersifat sementara, namun perlu dikemukakan dalam proposal penelitian. Masalah merupakan penyimpangan antara yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Dalam latar belakang masalah ini perlu dikemukakan gambaran keadaan yang sedang terjadi yang dikaitkan dengan kebijakan, teori, perencanaan, tujuan dan pengalaman sehingga terlihat adanya kesenjangan yang merupakan masalah. Masalah yang berbentuk data dapat diperoleh melalui studi pendahuluan, pencermatan dokumen laporan penelitian, atau pernyataan orang-orang yang dianggap telah memiliki kredibilitas dalam bidangnya. Jika suatu permasalahan belum dapat diatasi maka diperlukan suatu penelitian. Dengan demikian, uraian dalam latar belakang masalah adalah menjawab pertanyaan mengapa penelitian ini dilakukan. Seperti langkah penelitian pada umumnya, salah satu tahapan yang dirasakan sulit dalam melakukan penelitian adalah mengidentifikasi masalah. Secara umum suatu masalah suatu keadaan yang menyebabkan seseorang bertanya-tanya, berpikir, dan berupaya menemukan kebenaran, dan dapat mengambil manfaatnya. Oleh karenanya, masalah cenderung menggambarkan adanya suatu fenomena seperti kesenjangan, ketimpangan, ketidakcukupan, ketidaksesuaian, dan ketidaklaziman. Fenomena masalah tersebut terjadi atau ada karena adanya sesuatu yang diharapkan, dipikirkan, dirasakan, tidak sama dengan kenyataan. Atas dasar prinsip masalah tersebut, dalam mengidentifikasi masalah dapat muncul pertanyaan yang terkait dengan apa(kah), mengapa, atau bagaimana. Dari pertanyaan yang muncul tergambar subtansi masalah yang akan terkait dengan jenis penelitian tertentu. Di dalam penelitian sebaiknya seorang peneliti melakukan identifikasi masalah dengan mengungkapkan semua permasalahan yang terkait dengan bidang yang akan ditelitinya. Pada penelitian kuantitatif fokus masalah ini sama dengan pembatasan masalah. Pada penelitian kualitatif fokus masalah ini berdasarkan pada studi pendahuluan, pengalaman, referensi dan disarankan oleh orang yang dianggap ahli. Fokus masalah dalam penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian dilapangan. Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus masalah maka dibuatlah rumusan masalah. Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang jawabannya akan dicari dalam penelitian. Rumusan masalah ini merupakan panduan awal bagi peneliti untuk melakukan penjelajahan pada obyektif yang diteliti. Rumusan masalah ini tidak berkenaan dengan variabel yang spesifik melainkan lebih bersifat makro. Secara umum tujuan penelitian adalah menemukan, mengembangkan dan membuktikan pengetahuan. Dengan metode kualitatif peneliti dapat menemukan pemahaman yang luas dan mendalam terhadap situasi sosial yang kompleks. Penelitian dapat memahami interaksi dalam situasi tersebut sehingga ditemukan hipotesis dan pola hubungan yang akhirnya dapat dikembangkan menjadi suatu teori. Namun demikian, tujuan penelitian ini juga masih bersifat sementara dan akan terus berkembang selama penelitian dilakukan. Dalam penelitian kualitatif manfaat penelitian lebih bersifat teoretis. Bila peneliti dapat menemukan suatu teori maka akan berguna untuk menjelaskan, memprediksikan atau mengendalikan suatu gejala. Stusi kepustakaan pembahasannya lebih difokuskan pada informasi sekitar permasalahan penelitian yang hendak diteliti. Materi dapat diambil dari mualai yang sederhana menuju yang kompleks atau langsung berkaitan dengan kajian sosial budaya yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti. Terdapat tiga kriteria terhadap teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian yaitu relevansi, kemutakhiran, dan keaslian. Semakin banyak fokus penelitian yang ditetapkan maka akan Semakin banyak teori yang dikemukakan. Validasi awal bagi peneliti kualitatif adalah sejauh mana kemampuan peneliti mendeskripsikan teori-teori yang terkait dengan bidang serta konteks sosial yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif, teori yang dikembangkan masih bersifat sementara dan akan berkembang selama penelitian dilakukan. Pada bagian ini perlu dijelaskan kenapa penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif. Pada umumnya peneliti menggunakan metode ini karena permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut disaring dengan menggunakan metode kuantitatif. Selain itu peneliti juga berusaha memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola, hipotesis dan teori. Ketika menjelaskan tentang tempat penelitian, peneliti mendeskripsikan kecocokan tempat penelitian dengan tujuan penelitian, menggambarkan fenomena sosial dan proses yang terdapat dalam rumusan masalah. Deskripsi tentang lokasi lebih menjelaskan tentang karakteristik khusus lokasi dibandingkan dengan lokasi lainnya. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen kunci adalah peneliti itu sendiri atau anggota tim peneliti. Disini perlu dijelaskan siapa yang akan menjadi instrumen penelitian dan instrumen tambahan setelah permasalahan dan fokus masalah jelas. Dalam penelitian kualitatif sampel sumber data dipilih secara purposive. Penentuan sampel sumber data pada proposal masih bersifat sementara. Pada tahap awal yang dijadikan sampel adalah sumber yang dapat memberikan informasi dan mampu menjembatani kemana saja peneliti akan melakukan pengumpulan data. Dalam penelitian ini sering sample diminta menunjukan orang lain yang bisa memberikan informasi tambahan. Dalam penelitian kualitatif ada beberapa teknik pengumpulan data yaitu observasi partisipan, wawancara secara mendalam, studi dokumentasi dan gabungan ketiganya (triagulasi). Pada tahap ini dijelaskan lebih spesifik strategi dari tahap-tahap observasi, bentuk wawancara, dokumen yang diharapkan bisa dikumpulkan, perkiraan lama waktu pengumpulan data, bentuk format pencatatan, dan lain-lain. Dalam penelitian kualitatif analisis data dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data. Proses analisis bersifat induktif yaitu mengumpulkan informasi-informasi khusus menjadi satu kesatuan. Pengumpulan dan analisis data dilakukan melalui pembuatan catatan lapangan, pemberian kode pada topik-topik penting, membuat kategori dan mencari pola. Hasil analisis disajikan dalam bentuk diagram, tabel, grafik profil, dll. Di bagian ini dijelaskan tentang uji keabsahan data yang meliputi uji kredibilitas data (validasi internal), uji dependabilitas (reliabilitas), uji transferabilitas (validasi eksternal), dan uji komfirmabilitas (obyektiftivitas) BAB V PROPOSAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah metode penelitian untuk mengembangkan produk atau menyempurnakan produk. Produk tersebut dapat berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium atau juga perangkat lunak (software) seperti program komputer, model pembelajaran dll. Dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan, ada beberapa metode yang digunakan, yaitu metode: deskriptif, evaluatif, dan eksperimental. Variasi metode ini yang mendasari substansi proposal yang harus disusun. A. Garis Besar Isi Proposal R&D Secara umum garis besar isi proposal penelitian dan pengembangan dapat dikemas dalam sistematika penulisan sebagai berikut: III METODOLOGI PENELITIAN JADWAL KEGIATAN PENELITIAN ANGARAN BIAYA PENELITIAN B. Penjelasan Unsur-unsur Proposal R & D Latar belakang penelitian dan pengembangan yang adalah adanya potensi, kebutuhan dan permasalahan yang membutuhkan pemecahan menggunakan produk tertentu. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memberikan nilai tambah. Pada dibagian ini dijelaskan potensi (produk) apa yang akan diteliti dan kemungkinan masalah yang akan timbul jika potensi tersebut tidak dikembangkan. Rumusan masalah yang dibuat merujuk pada latar belakang masalah tentang pentingnya pengembangan suatu produk. Rumusan masalah dibuat setelah mengumpulkan informasi dan biasanya berbentuk dalam kalimat tanya yang harus jawab dengan melakukan penelitian ini. Rumusan masalah mencakup pertanyaan tentang kondisi yang menuntut dikembangkannya suatu produk serta produk yang ingin dihasilkan. Tujuan dalam penelitian ini adalah menemukan atau mengembangkan sesuatu (produk) baru yang bermanfaat. Disini dijelaskan hasil akhir apa yang ingin dicapai setelah penelitian dan pengembangan ini selesai dilakukan. Bagian ini menjelaskan manfaat apa yang bisa didapatkan dari produk yang diteliti atau dikembangkan dalam penelitian ini. Manfaat disini terutama yang berhubungan dengan pemecahan masalah yang dihadapi dalam penelitian yang dilakukan. Manfaat lain yang perlu dikemukakan adalah manfaat yang diperoleh bagi lembaga sebagai penyelenggara kegiatan penelitian atau pihak-pihak yang dapat memenfaatkan produk yang dihasilkan. Berisikan uraian tentang landasan teori yang digunakan sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan produk, terutama berkaitan dengan spesifikasi produk yang akan dikembangkan. Kerangka berpikir merupakan bagian dari penelitian yang menggambarkan alur gambaran kerja dari penelitian yang akan dilakukan. Kerangka berpikir dikemukakan dengan maksud untuk menyusun reka pemecahan masalah melalui pengembangan produk yang dihasilkan. Pada bagian ini dijelaskan desain produk yang ingin dihasilkan dan spesifikasi awal produk tersebut. Produk yang dihasilkan bisa berbentuk software maupun hardware. Dalam dunia pendidikan produk yang dihasilkan bisa berupa sistem pengelolaan pendidikan atau pembelajaran, sistem pendidikan atau pembelajaran, media pendidikan atau pembelajaran dan lain-lain. Pada bagian ini dijelaskan langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dilakukan meliputi penelitian pendahuluan, pengembangan produk, dan pengujian produk. Dalam uraian tentang penelitian pendahuluan dijelaskan semua kegiatan yang dilaksanakan untuk mendapatkan landasan teoretis dan landasan empirik pengembangan produk. Uraian tentang pengembangan produk dijelaskan dengan mengemukakan langkah-langkah sehingga diperolehnya produk awal kemudian proses uji coba yang dilakukan untuk menyempurnakan produk. Dari proses tersebut diharapkan diperoleh produk yang sudah disempurnakan. Tahap selanjutnya dijelaskan proses pengujian untuk mengetahui efektivitas produk dalam memecahkan masalah. B. Tempat dan Waktu Penelitian Pada bagian perlu didijelaskan dimana setiap tahapan proses penelitian dilaksanakan dan berapa lama penelitian direncanakan. C. Populasi, Sampel, dan Subyek Penelitian Pada bagian ini dikemukakan populasi yang menjadi sasaran pada tahap penelitian pendahuluan, sampel penelitian dipilih serta teknis yang digunakannya. Selanjutnya dikemukakan subyek yang dilibatkan selama pengembangan produk dan pengujian produk. D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian Penjelasan tentang teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian mencakup jenis data, teknik pengumpulan data, serta instumen yang akan digunakan pada setiap tahapan studi. Mengingat studi dilakukan dalam beberapa tahap, maka data dan instrumen yang digunakan lebih bervariasi dibandingkan dengan jenis penelitian lain. E. Teknik Analsis Data Teknik analsis data mengungkapkan langkah-langkah analisis serta teknik analisis yang akan digunakan dalam setiap tahapan penelitian. Besar kemungkinan pada setiap tahapan penelitian menggunakan teknik analisis yang berbeda. Peneliti harus menjelaskan setiap teknik yang digunakan. BAB VI PROPOSAL PENELITIAN EVALUATIF Seperti halnya penelitian-penelitian yang lain, sebagai langkah awal untuk melakukan penelitian evaluatif, terlebih dahulu peneliti harus menyusun proposal. Perbedaan yang akan mendasari proposal penelitian evaluatif dengan penelitian yang lain adalah sebagi berikut: Ada sementara ahli yang mengatakan, mungkin untuk penelitian kualitatif lebih mengutamakan tujuan dahulu baru dan harapan yang disebut dengan tujuan itu, baik tujuan umum atau tujuan khusus, dijadikan patokan untuk menentukan rumusan masalah. Dengan kata lain, jika dalam penelitian lain peneliti membuat rumusan masalah dahulu baru tujuan penelitian. Dalam penelitian evaluatif, peneliti boleh menuliskan tujuan penelitian dahulu yang mengacu pada tujuan program, baru membuat rumusan masalah. A. Garis Besar Isi Proposal Penelitian Evaluatif Secara umum proposal penelitian evaluatif dapat dikemas dalam sistematika penulisan sebagai berikut: I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Tujuan Program C. Tujuan Penelitian D. Rumusan masalah E. Manfaat Hasil Penelitian II KAJIAN PUSTAKA III METODE PENELITIAN JADWAL KEGIATAN PENELITIAN ANGARAN BIAYA PENELITIAN B. Penjelasan Unsur-unsur Proposal Penelitian Evaluatif I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bagian ini peneliti menjelaskan harapan idel yang ingin dicapai oleh suatu program yang akan dievaluasi sebagaimana tertera dalam Pedoman program tersebut. Selanjtnya menjelaskan perlu adanya penelitian untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan program seperti yang tertera dalam pedoman program. Jika ternyata tingkat ketercapaianyan belum sesuai harapan, perlu diteliti kesenjangan dan letak penyebab ketidaktercapaian tersebut. B. Tujuan Program Dalam bagian ini peneliti mengutip pedoman program yang akan dievaluasi, yaitu tujuan program yang ideal. Tujuan ini diharapkan dapat tercapai apabila semua komponen pendukung yang merupakan faktor penentu pencapaian tujuan sudah bekerja secara efektif. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian mencakup tujuan umum yaitu ingin mengetahui seberapa efektif suatu program sudah dilaksanakan. Tujuan khusus penelitian adalah ingin mengetahui seberapa tinggi kinerja masing-masing komponen sebagai faktor penting yang pendukung kelancaran proses dan pencapaian tujuan program. Untuk penelitian masing-masing komponen harus dirumuskan tujuan secara tersendiri. D. Rumusan masalah Dalam membuat rumusan masalah, peneliti perlu mencermati semua butir yang sudah dituliskan dalam identifikasi masalah, atau tujuan khusus penelitian. Rumusan masalah dibuat dalam kalimat pertanyaan, menanyakan apakah setiap tujuan khusus dapat dicapai, dan kalau tidak di mana letak hambatannya. berapa tinggi atau seberapa efektif apa yang tertera dalam tujuan khusus kemudian menentukan masalah-masalah inti faktor-faktor pokok yang bersumber dari setiap komponen yang akan dievaluasi. E. Manfaat Hasil Penelitian Peneliti menjelaskan harapan tentang manfaat dari hasil penelitian yang diperoleh setelah penelitian selesai. Hasil dan penelitian dapat diperkirakan bermanfaat bagi pihak-pihak terkait seperti pelaksana program, pembuat program, serta sasasaran program yang dievaluasi. Jika hasil penelitian menunjukkan gambaran yang baik, maka informasi tentang keberhasilan tersebut dapat dipublikasikan agar dapat dijadikan masukan juga oleh pelaksana program sejenis. II. KAJIAN PUSTAKA Dalam bagian kajian pustaka ini mau tidak mau peneliti harus mengacu pada pedoman atau acuan yang dikeluarkan oleh pembuat program. Selain itu peneliti harus mencari teori pendukung yang terkait dengan keberhasilan dan kegagalan program. Akan sangat baik jika peneliti dapat menemukan laporan hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan program yang sedang diteliti. III. METODE PENELITIAN Secara umum, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian evaluatif tidak berbeda dengan metode penelitian yang lain. Satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian evaluatif harus betul-betul handal dan dapat dipercaya kebenarannya. Oleh karena itu mau tidak mau penelitian harus menyebutkan bagaimana proses memperoleh data yang benar dan akurat. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. 1992. Prosedur Penelitian. Danim, Sudarwan. 2000. Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta: Bumi Aksara. Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif . Bandung: Pustaka Setia. Leedy, Paul D. 1997. Practical Research: Planning and Design. New Jersey: Prectice Hall. McMillan, J.H. and Schumacher, S. 2001. Research in Education. New York: Longman, Inc. Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito. Patilima, Hamid. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Patton, M.Q. 1990. Qualitative Evaluation and Research Methods. Newbury Park: Sage Publications. Sarwono, Jonathan. 1995. Penuntun Penelitian Praktis, Bandung: Universitas Kristen Maranatha. Sudjana, N. dan Ibrahim, R. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sudjana, Nana. 2001. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sugiyono. 1997. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan; Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suryabrata, Sumadi. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Poerwandari, K. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Sosial. Jakarta: LPSP3-UI.
Dimensi kompetensi yang diharapkan dibentuk pada akhir pendidikan dan pelatihan ini adalah dimensi penelitian dan pengembangan.
PENDAHULUAN
Latar
Belakang Masalah
Identifikasi Masalah
Pembatasan Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan/ Manfaat Penelitian
DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Deskripsi Teori
Kerangka Berpikir
Hipotesis Penelitian
(Kerlinger, 2000). Tentatif yang dimaksudkan dalam rumusan tersebut mengandung pengertian bahwa hipotesis yang diajukan tersebut harus diuji kebenarannya, dan untuk pengujiannya dilakukan melalui penelitian. Pengertian lain menunjukkan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, dan dinyatakan dalam bentuk hubungan antar dua variabel atau lebih, merupakan pernyataan yang menyatakan hakekat suatu fenomena.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel
Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Teknik Analisis Data
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Masalah
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
II. STUDI KEPUSTAKAAN
III. PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
B. Tempat Penelitian
C. Instrumen Penelitian
D. Sumber Data
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
G. Pengujian Keabsahan Data
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan
Manfaat
II. LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
B. Kerangka Berpikir
C. Produk yang Dihasilkan
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
III. LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
B. Kerangka Berpikir
C. Produk yang Dihasilkan
III. METODE PENELITIAN
A. Prosedur Penelitian
Jakarta: Rineka Cipta.
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Minggu, April 05, 2009
Perkenalan
Penjelasan tentang dimensi kompetensi, indikator, alokasi waktu dan ske-nario pendidikan dan pelatihan penyusunan proposal penelitian pendidikan.
Pre-test
Eksplorasi pemahaman peserta berkenaan dengan penyusunan proposal penelitian pendidikan melalui pendekatan andragogi.
Penyampaian Materi Diklat:
Pernyataan masalah secara umum.
Merumuskan masalah. Tanpa ada masalah tidak terjadi penelitian, sebab penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah. Masalah pada umumnya diajukan dalam bentuk pertanyaan sekalipun tidak selamanya sebab bisa juga dalam bentuk pernyataan. Permasalahan bisa diajukan dalam bentuk deskriptif, asosiatif dan komparatif bahkan untuk satu penelitian bisa diajukan ketiga-tiganya bergantung kepada tujuan yang akan dicapainya.
Mengkaji teori keilmuan berkaitan dengan bidang ilmu yang dijadikan dasar perumusan masalah. Peneliti menelusuri konsep-konsep, prinsip, generalisasi dan berbagai literatur, jurnal dan sumber lain berkaitan dengan variabel dan masalah yang diteliti. Kajian teori tersebut sebagai dasar dalam merumuskan kerangka berpikir dalam melihat hubungan antar variabel untuk Selanjutnya mengajukan alternatif kemungkinan jawaban atas masalah atau sering disebut hipotesis.
Mengajukan hipotesis atau jawaban sementara atas pertanyaan penelitian sebagai acuan dalam mengumpulkan data empiris atau verifikasi data di lapangan. Artinya jenis data yang diperlukan diarahkan oleh makna yang tersirat dan tersurat dalam rumusan hipotesis. Dengan kata lain data empiris yang diperlukan adalah data yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis.
Melakukan verifikasi data empirik yakni data lapangan yang diperlukan untuk menguji hipotesis. Dalam hal ini peneliti harus menentukan jenis data yang diperlukan apakah data kualitatif atau data kuantitatif. Jika data kuantitatif apakah data nominal, ordinal, interval atau data rasio. Dari mana data itu diperoleh dalam hal ini berkaitan dengan, populasi dan sampel serta responden penelitian. Cara atau teknik memperoleh data serta alat atau instrumen yang digunakan untuk menjaring data. Data yang terkumpul terus diolah dan dianalisis dengan cara-cara tertentu yang memenuhi kesahihan dan keterandalan sebagai bahan untuk menguji hipotesis.
Menarik kesimpulan dalam arti membuat generalisasi atas dasar hasil uji hipotesis. Hasil uji hipotesis sifatnya adalah temuan penelitian atau hasil penelitian. Temuan penelitian ini dibahas dan disintesiskan untuk kemudian disimpulkan. Kesimpulan inilah pada hakekatnya adalah jawaban atas masalah penelitian yang disusun dalam bentuk proposisi atau pernyataan ilmiah.
Latar Belakang Masalah
Identifikasi Masalah
Pembatasan Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan/Manfaat Penelitian
Deskripsi Teoretik
Kerangka Berpikir
Hipotesis Penelitian
Metode Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel
Instrumen Penelitian
Teknik Analisis Data
Suatu masalah penelitian harus menggambarkan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Walaupun tidak merupakan suatu keharusan bahwa suatu masalah harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan, akan tetapi banyak ahli penelitian menyarankan bahwa masalah penelitian hendaknya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Masalah penelitian yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan lebih mengarahkan pada jawaban yang diharapkan. Dengan menyajikan masalah dalam bentuk pertanyaan, jawaban akan lebih jelas dan langsung pada sasarannya.
Suatu masalah penelitian memerlukan pengujian secara empirik. Pengujian empirik berarti bahwa pemecahannya dilandasi oleh bukti-bukti empirik dengan cara mengumpulkan data yang relevan.
Hasil kajian pustaka. Pustaka-pustaka yang berupa buku, dokumen-dokumen ilmiah, jurnal, terbitan berkala, indeks, laporan hasil penelitian, abstrak tesis dan disertasi, dan internet, merupakan sumber-sumber yang sangat penting dalam memperoleh masalah penelitian. Biasanya siapa yang lebih banyak menguasai bahan pustaka, akan lebih mudah mendapatkan masalah penelitian.
Hasil diskusi dengan sejawat atau kolegial yang se-profesi. Dari diskusi-diskusi baik yang sifatnya formal maupun informal, akan dapat membantu peneliti dalam menemukan masalah penelitian. Sering dijumpai, bahwa walaupun seseorang telah melakukan banyak kajian pustaka, tetapi masih saja sulit untuk mengangkat suatu masalah penelitian yang layak. Melalui diskusi dengan sejawat akan membantu mempermudah menemukan dan merumuskan masalah penelitian. Diskusi memiliki beragam bentuk, yang semuanya dapat dimafaatkan untuk menemukan masalah penelitian, seperti seminar, simposium, diskusi panel, konferensi, lokakarya, dan yang sejenis lainnya.
Masalah penelitian juga dapat diperoleh dari lapangan, misalnya sekolah, universitas, organisasi, masyarakat, maupun lembaga lain di mana peneliti berada dan bergaul dengan sesama dalam kehidupan sehari-harinya.
Pengalaman-pengalaman pribadi juga sering merupakan sumber munculnya masalah penelitian. Bahkan tidak jarang suatu masalah penelitian yang muncul berkat renungan pribadi.
Surat kabar harian, majalah-majalah, dan media elektronik juga tidak jarang dapat membantu peneliti dalam mengangkat masalah penelitian. Dengan membaca berita-berita media-media tersebut, sering seorang peneliti dapat menjumpai berita-berita yang menarik untuk diangkat menjadi masalah penelitian.
Masalah penelitian juga sering muncul sebagai akibat kemajuan dan perubahan teknologi-informasi. Tidak jarang suatu teknologi dan informasi baru mengandung efek samping yang patut dan layak untuk diteliti. Masalah penelitian dapat berasal dari dampak negatif dari kemajuan teknologi-informasi tersebut.
Mengungkap tinjauan makro atau dasar pemikiran tentang tema/ topik/ judul penelitian dimana area permasalahan berada.
Mengungkap alasan rasional dan empirik tentang pentingnya tema/ topik/ judul penelitian.
Mengungkap adanya kesenjangan antara harapan das sollen dan kenyataan das sein untuk mengemukakan variabel. Dengan kata lain, mengungkap fakta-fakta empiris di lapangan yang menunjukkan adanya suatu masalah yang harus dipecahkan. Sumber informasi dapat diambil dari data statistik, hasil penelitian sebelumnya, pengamatan, atau pengalaman peneliti.
Mengemukakan faktor-faktor yang diduga dapat menjadi penyebab munculnya suatu masalah atau rendahnya variabel dengan menggunakan pendekatan logis berdasarkan fakta atau dengan menggunakan pendekatan teoretis berdasarkan teori dan hasil penelitian relevan.
Masalah perlu dipecahkan melalui penelitian lapangan (field research). Hal itu berarti bahwa masalah penelitian yang baik, adalah masalah yang cara pemecahan yang paling efektif dilakukan melalui proses penelitian. Sehubungan dengan hal itu maka peneliti harus memiliki kesiapan dan kemampuan untuk melaksanakan penelitian, di mana tujuan utamanya ialah untuk melakukan pengujian teori ataupun untuk menemukan jawaban terhadap masalah penelitian.
Kebermaknaan atau keberartian (signifikansi) pemecahan masalah. Suatu masalah penelitian yang baik harus memiliki signifikansi, baik untuk kepentingan praktis maupun teoretis. Signifikansi praktis berarti bahwa hasil pemecahan masalah penelitian memberikan sumbangan terhadap praktik kehidupan sehari-hari. Sedang signifikansi teoretis berarti bahwa dari hasil pemecahan masalah tersebut akan mampu melahirkan prinsip-prinsip penting yang berguna untuk memperkaya, memperluas wawasan, dan mengembangkan teori yang telah ada. Pendeknya, dalam memilih masalah penelitian, harus dipertimbangkan nilai-nilai penting yang terkandung di dalam masalah penelitian.
Keaslian (originalitas). Suatu masalah penelitian yang baik harus menunjukkan bahwa masalah tersebut merupakan sesuatu yang baru, bukan duplikasi atau replikasi dari apa yang pernah dikemukakan orang lain. Hal ini menjadi sangat penting teruatama pada penelitian-penelitian inferensial, dan penelitian untuk menghasilkan tesis dan disertasi.
Kelayakan untuk dilaksanakan. Beberapa pertanyaan yang muncul sehubungan dengan pertimbangan tentang dapat tidaknya dilaksanakan tersebut antara lain ialah:
Pertimbangan mengenai kompetensi peneliti. Dalam hal ini pertanyaan yang sering diajukan ialah seberapa jauh kemampuan peneliti dalam menyusun perencanaan penelitian. Soal perencanaan ini penting, karena suatu rencana yang baik akan berfungsi sebagai pengarah jalannya proses penelitian. Seberapa jauh kemampuan peneliti menguasai metodologi penelitian. Seberapa jauh kemampuan peneliti memaknai atau menginterpretasi data dan hasil penemuannya. Juga tidak kalah pentingnya ialah kemampuan peneliti dalam mengembangkan penemuannya dalam suatu konsep yang tersusun secara logis dan sistematis.
Apakah untuk memecahkan masalah penelitian tersebut cukup tersedia data yang diperlukan. Apakah dalam proses pengumpulan data tersebut sekiranya akan mendapatkan kemudahan-kemudahan dari pihak yang berwenang, misalnya dalam hal perijinan penelitian.
Apakah telah tersedia waktu, biaya, serta tenaga peneliti yang diperlukan.
Keberanian peneliti dalam mengangkat masalah-masalah penelitian yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap sensitif atau rawan. Seringkali dijumpai bahwa dalam mengajukan masalah penelitian, peneliti dihinggapi rasa takut untuk mengangkat atau mengajukan masalah-masalah yang sensitif atau rawan, padahal masalah tersebut berdasarkan pertimbangan ilmiah merupakan masalah yang penting dan urgen untuk diangkat.
Tentang minat peneliti. Suatu masalah penelitian yang akan dipecahkan harus menarik bukan saja bagi peneliti yang bersangkutan, akan tetapi juga harus cukup menarik bagi orang lain sesuai dengan bidangnya.
Masalah penelitian harus dirumuskan secara spesifik. Dengan perumusan yang spesifik, akan dapat menunjukkan tentang gambaran yang lebih menfokus mengenai arah pemecahannya. Namun demikian, walaupun harus dirumuskan secara spesifik, peneliti pada waktu mengidentifikasi masalah penelitiannya, terlebih dahulu harus memberikan gambaran umum dan menyeluruh tentang masalah-masalah yang bersifat umum, agar peneliti tetap memiliki wawasan yang lebih komprehensif dan makro. Baru sesudah gambaran komprehensif dan makronya dibeberkan, pembatasan masalah penelitian yang sifatnya lebih spesifik dikemukakan. Hal itu disarankan, oleh karena masalah-masalah penelitian yang dirumuskan terlalu spesifik dan sempit, dikhawatirkan peneliti akan kehilangan dari konteks wawasan yang bersifat makro.
Masalah penelitian yang telah dirumuskan secara spesifik, harus diikuti dengan perumusan secara operasional. Dengan perumusan yang operasional terkandung maksud bahwa masalahnya menjadi mudah untuk diamati dan diukur indikator-indikatornya.
Masalah penelitian harus dirumuskan dalam bentuk pernyataan deklaratif atau dalam bentuk kalimat pertanyaan. Banyak ahli menyarankan agar supaya masalah penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan, karena dengan bentuk pertanyaan, akan lebih memfokuskan pada jawaban atau pemecahan masalah yang akan diperoleh.
Masalah penelitian harus dirumuskan dengan kalimat yang sederhana, pendek, dan padat dan mencerminkan inti masalah yang diajukan. Pertimbangan ini diajukan agar masalah penelitian yang dapat difahami dengan mudah oleh pihak-puhak lain yang berkepentingan dengan penelitian yang akan dilakukan, tanpa adanya kemungkinan untuk diinterpretasi secara beragam dan membingungkan.
Masalah penelitian harus memiliki landasan rasional (dapat dinalar) dan diargumentasikan secara jelas, sehingga dapat meyakinkan pihak-pihak lain untuk menerimanya.
Memberi kerangka pemikiran bagi pelaksanaan penelitian;
Membantu peneliti dalam mengkonstruksi hipotesis penelitian;
Dapat dipergunakan sebagai dasar atau landasan dalam menjelaskan dan memaknai data atau fakta yang telah dikumpulkan;
Dalam hubungannya dengan perumusan masalah penelitian, teori akan membantu mendudukkan permasalahan penelitian secara nalar dan runtut;
Membantu mengkonstruksi ide-ide yang diperoleh dari hasil penelitian, sehingga konsep dan wawasannya menjadi lebih mendalam dan bermakna;
Dalam hubungannya dengan proses penyusunan desain penelitian, teori memberikan acuan dan menunjukkan jalan berdasarkan pengalaman-pengalaman yang telah dilakukan para ahli melalui teori yang telah digeneralisasikan secara baik;
Dalam hubungannya dengan penyusunan instrumen penelitian, terutama yang menggunakan validitas konstruct (construct validity) dan validitas isi (content validity), teori akan memberikan dasar-dasar konseptual dalam menyusun definisi operasional. Dari definisi operasional tersebut akan melahirkan indikator-indikator, dan dari indikator-indikator tersebut akan menghasilkan deskriptor-deskriptor, sampai pada akhirnya menghasilkan butir-butir pertanyaan atau pernyataan yang dipakai sebagai alat pengumpul data.
Melakukan kajian pustaka (literature review) yang relevan, meliputi antara lain buku-buku referensi, hasil penelitian, jurnal, terbitan ilmiah berkala, abstrak disertasi dan tesis. Tujuan yang utama dalam melakukan kajian pustaka ini antara lain ialah:
Menunjukkan seberapa jauh kesiapan peneliti menyajikan permasalahan penelitian yang diajukan.
Mengetahui apakah permasalahan penelitian yang diajukan merupakan permasalahan yang orisinil atau berupa duplikasi dari penelitian-penelitian lain.
Memberikan dasar bagi peneliti akan penguasaan konsep-konsep teoritik yang akan dijadikan kerangka pemikiran, sehingga dengan begitu peneliti akan memahami apa yang seharusnya dilakukan, bukan melakukan sesuatu kerja dan atau langkah tanpa konsep yang jelas.
Mengetahui dan mengecek apa saja yang pernah dilakukan oleh orang atau ahli lain, sehingga peneliti tidak dikatakan melakukan replikasi.
Menghasilkan wawasan yang luas mengenai pengetahuan dalam bidangnya, peneliti akan memiliki landasan yang kuat dalam mengajukan hipotesis penelitian, sehingga hipotesisnya memiliki landasan teoretis yang kuat.
Memberikan justifikasi mengenai kerangka pemikiran yang diajukan. Dengan demikian, peneliti yang membuat paradigma penelitian akan memiliki landasan pemikiran yang kuat.
Memperoleh pengalaman-pengalaman berharga dari peneliti sebelumnya, dan akan terhindar serta tidak akan mengulang kesalahan-kesalahan atau kekurangan-kekurangan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
Melakukan sintesa atau penyatuan makna antara teori yang satu dengan teori yang lain untuk menjelaskan secara spesifik tentang variabel penelitian biasanya disebut dengan defini operesional varaibel.
Atas dasar hasil kajian pustaka, kemudian peneliti menyusun sendiri kerangka teorinya dalam susunan kerangka pemikiran yang logis, rasional, dan runtut (sistematis).
Dengan dilandasi oleh hasil dari kajian pustaka, kemudian peneliti merumuskan hipotesis penelitian. Hipotesis tidak semata-mata muncul berdasarkan intuisi penelitian, tetapi muncul berdasarkan landasan teori
Penjelasan variabel-variabel yang diteliti
Menunjukan dan menjelaskan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan teori yang mendasarinya.
Menunjukan dan menjelaskan bentuk hubungan antar variabel (positif atau negatif, simetris, kausal atau timbal balik)
Hipotesis harus disusun dalam kalimat yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Hipotesis harus dilandasi argumentasi yang kuat berdasarkan pada teori dan atau pengalaman lapangan yang kuat.
Hipotesis harus dapat diuji dan diukur melalui penelitian lapangan.
Hipotesis harus disusun dalam kalimat yang singkat dan jelas.
Definisi yang jelas tentang populasi target/sasaran
Definisi yang jelas tentang populasi terjangkau
Jumlah sampel yang akan diambil serta prosedur dalam menetapkan jumlah tersebut
Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan.
Penjelaskan tentang jenis/bentuk instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data.
Menjelaskan prosedur pengembangan instrumen termasuk uji coba yang akan dilakukan (validitas dan reliabilitas)
Penjelasan tentang model kuantitatif yang digunakan pada setiap tahapan proses meliptui deskripsi data, uji persyaratan analisis, dan uji hipotesis.
H0 : 1 = 2 (Hipotesis Nol)
Ha : 1 ≠ 2 (Hipotesis alternatif)
H0 : = (Hipotesis Nol)
Ha : > (Hipotesis alternatif)
Menentukan fokus penelitian yang pada umumnya berisi tentang uraian latar belakang permasalahan, permasalahan yang muncul, identifikasi fenomena permasalahan yang menunjukkan realitas permasalahan, menentukan fokus penelitian yang dapat berfungsi sebagai guide atau petunjuk dalam eksplorasi data.
Membangun paradigma penelitian yang sesuai dengan kondisi di lapangan guna mengembangkan landasan teori.
Menentukan kesesuaian paradigma dengan teori yang dikembangkan, sehingga peneliti yakin terhadap kebenaran teori yang dibangun yang pada umumnya masih saling berkaitan dengan paradigma yang dikembangkan.
Menentukan sumber data yang dapat digali.
Menentukan tahapan-tahapan dalam proses penelitian.
Mengembangkan instrumen penelitian yang dituangkan secara tertulis sebagai pertanggungjawaban peneliti.
Merencanakan teknik pengumpulan data dan cara pencatatannya.
Rencana analisis data.
Merencanakan lokasi dan tempat penelitian agar peneliti memperoleh informasi dari tangan pertama (data primer).
Merencanakan lokasi penelitian yang sesuai dan relevan.
Latar Belakang Masalah
Fokus Penelitian
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan/ Manfaat Penelitian
Metode Penelitian
Tempat Penelitian
Instrumen Penelitian
Sumber Data
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Analisis Data
Pengujian Keabsahan Data
Jika penelitian yang lain bermula dan adanya masalah yang dirasakan oleh peneliti untuk dicari solusinya melalui data yang dikumpulkan lewat penelitian, untuk penelitian evaluatif, peneliti sudah mengetahui arahnya, yaitu ingin mengetahui bagaimana keterlaksanaan program yang sudah dirancang sebelumnya.
Jika rumusan masalah penelitian lain/ non evaluatif menanyakan tentang bagaimana atau seberapa tinggi kondisi variabel-variabel yang diteliti, penelitian evaluatif membuat pertanyaan tentang bagaimana keterlaksanaan program, sekaligus bagaimana kinerja atau peran masing-masing faktor dalam mendukung keterlaksanaan program.
Jika pijakan penelitian yang lain adalah keingintahuan kondisi setiap variabel yang diteliti, peneliti yang melakukan penelitian evaluatif ingin tahu sejauh mana atau seberapa tinggi keefektifan setiap faktor, unsur, atau komponen dalam mendukung pelaksanaan program untuk mencapai tujuan program.
Jika penelitian lain setelah latar belakang masalah langsung membuat rumusan masalah, peneliti yang melakukan penelitian evaluatif harus menyebutkan dahulu tujuan program, karena tujuan itulah yang menjadi sasaran akan dilihat seberapa tinggi tingkat pencapaiannya.
Jika pada penelitian lain peneliti menuliskan tujuan penelitian sejalan dengan rumusan masalah langsung rumusan tujuannya, dalam penelitian evaluatif peneliti harus menyebutkan dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus karena ingin mengetahui letak dan keberhasilan dan ketidakberhasilan pencapaian tujuan secara lebih rinci. Rincian tujuan khusus didasarkan pada komponen, sub komponen dan indikatornya, yang sudah dituntun oleh tujuan program, tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan dalam program.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar