TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2008 KATA PENGANTAR Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 12 Ta-hun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah berisi standar kualifi-kasi dan kompetensi pengawas sekolah. Standar kualifikasi menjelaskan per-syaratan akademik dan nonakademik untuk diangkat menjadi pengawas seko-lah. Standar kompetensi menjelaskan seperangkat kemampuan yang harus di-miliki dan dikuasai pengawas sekolah untuk dapat melaksanakan tugas pokok, fungsi, dan tanggung jawabnya. Ada enam dimensi kompetensi yang harus dikuasai pengawas sekolah yakni: (a) kompetensi kepribadian, (b) kompetensi supervisi manajerial, (c) kompetensi supervisi akademik, (d) kompetensi evaluasi pendidikan, (e) kom-petensi penelitian dan pengembangan, dan (f) kompetensi sosial. Dari hasil uji kompetensi di beberapa daerah menunjukkan kompetensi pengawas seko-lah masih perlu ditingkatkan terutama dimensi kompetensi supervisi manaje-rial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan, dan kompetensi penelitian dan pengembangan. Untuk itu diperlukan adanya diklat peningkatan kompetensi pengawas sekolah baik bagi pengawas sekolah dalam jabatan, terlebih lagi bagi para calon pengawas sekolah. Materi dasar untuk semua dimensi kompetensi sengaja disiapkan agar dapat dijadikan rujukan oleh para pelatih dalam melaksanakan diklat pening-katan kompetensi pengawas sekolah di mana pun pelatihan tersebut dilakana-kan. Kepada tim penulis materi diklat kompetensi pengawas sekolah yang ter-diri atas dosen LPTK dan widya iswara dari LPMP dan P4TK kami ucapkan terima kasih. Semoga tulisan ini ada manfaatnya. Jakarta, Juni 2008 Direktur Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK Surya Dharma, MPA., Ph.D DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................... i DAFTAR ISI ....................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN BAB II TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DALAM PEMBELAJARAN jaran ............................................................................... 6 B. E-LEARNING ……………………………………………… 8 2. Teknologi Pendukung E-learning .................................. 8 3. Cara Pembelajaran dengan E-learning ........................... 9 4. Kelebihan dan Kekurangan E-Learning ......................... 9 5. Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Memanfaat- kan E- 6. E-learning dan Internet dalam Pembelajaran ................. 13 E-learning ...................................................................... 17 8. Perkembangan Rancangan E-Learning ……………….. 30 9. Evaluasi E-Learning …………………………………… 36 BAB III PERKEMBANGAN DAN PEMANFAATAN INTERNET DALAM PEMBELAJARAN A. Perkembangan Internet ......................................................... 41 B. Pemanfaatan Internet dalam Pembelajaran ........................... 44 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 54 BAB I PENDAHULUAN Pendidikan tidak berjalan dalam ruang hampa. Maksudnya terdapat sa-ling pengaruh antara pendidikan dengan perkembangan sosial-budaya, terma-suk ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi di lingkungannya. Sistem pendidikan dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di masyarakat, sebalik-nya pendidikan juga mempengaruhi dan bahkan diharapkan dapat mengarah-kan perubahan yang terjadi ke arah yang positif. Salah satu perubahan besar yang terjadi dalam beberapa dasa warsa ter-akhir ini, adalah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), yang didukung oleh penggunaan komputer. Dengan kemajuan TIK, maka terjadi-lah era globalisasi yang merambah aspek sosial budaya, politik, ekonomi, ter-masuk pendidikan. Masuknya TIK telah mengubah pola-pola komunikasi dan distribusi informasi tanpa batas wilayah, negara atau waktu. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, TIK khususnya internet dapat dimanfaatkan oleh guru maupun siswa, antara lain: dalam pencarian in-formasi atau bahan pelajaran, mendekatkan jarak ruang dan waktu dalam inter-aksi guru-murid, efisiensi pembelajaran serta penyimpanan berbagai data dan informasi yang diperlukan. Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran tentu ter-gantung pada kemampuan dan kreativitas guru dalam mengoperasikan. Tulis-an ini dimaksudkan untuk membekali pengawas dalam membantu guru me-manfaatkan TIK dalam pembelajaran. Dimensi kompetensi yang diharapkan dibentuk pada akhir Diklat ini adalah dimensi Kompetensi Supervisi Akademik. Setelah mengikuti pelatihan ini pengawas diharapkan dapat memantau pelaksanaan pembelajaran/bimbingan dan hasil belajar siswa serta mengana-lisisnya untuk perbaikan mutu pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran. Setelah menyelesaikan materi pelatihan ini, pengawas diharapkan dapat: E. Alokasi Waktu No. Materi Diklat Alokasi 1. Perkembangan TIK dan manfaatnya bagi pendidikan 2 jam 2. Prinsip-prinsip dan teori pembelajaran berbasis TIK 2 jam 3. Perancangan Pembelajaran berbasis TIK 4 jam F. Skenario Pelatihan BAB II TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DALAM PEMBELAJARAN A. TIK DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN Menurut Vaza (2007: 7) teknologi adalah sebuah proses yang dilaksana-kan dalam upaya mewujudkan sesuatu secara rasional. Vaza menekankan ka-ta rasional dalam pengertian teknologi tersebut. Hal ini untuk membedakan dengan pewujudan sesuatu yang diperoleh secara intuitif, seperti karya seni. Menurut Vaza, teknologi terkait dengan jawaban terhadap pertanyaan "HOW", sedangkan sains terkait dengan jawaban "WHY". Teknologi modern didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang ditrans-formasikan ke dalam produk, proses, jasa dan struktur organisasi. Penciptaan teknologi oleh manusia dengan menggunakan budi daya akalnya. Manusia harus memanfaatkan akal pikirannya dalam merekayasa teknologi berdasar-kan nalarnya lalu membuatnya menjadi suatu produk yang kongkrit. Dengan pengertian lain bahwa teknologi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk kepentingan dan kesejahteraan. Pengertian teknologi dapat dipahami dari berbagai definisi yang dida-sarkan pada berbagai pendekatan. Salah satu pendekatan ialah mendefinisi-kan teknologi sebagai suatu produk. Dalam pendekatan teknologi sebagai su-atu produk, teknologi antara lain didefinisikan sebagai pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material, dan proses yang menolong manusia menye-lesaikan masalahnya. Sejalan dengan definisi tersebut, beberapa pakar men-definisikan teknologi sebagai sekumpulan pengetahuan ilmiah, mesin perka-kas, dan kemampuan organisasi produksi yang dikelola secara sistematis dan efektif. Kata teknologi sering dipahami oleh orang awam sebagai sesuatu yang berupa mesin atau hal-hal yang berkaitan dengan permesinan, namun sesung-guhnya teknologi pendidikan memiliki makna yang lebih luas, kerena tekno-logi pendidikan merupakan perpaduan dari unsur manusia, mesin, ide, prose-dur, dan Keberadaan teknologi harus dimaknai sebagai upaya untuk meningkat-kan efektivitas dan efisiensi. Teknologi juga tidak dapat dipisahkan dari ma-salah, sebab teknologi lahir dan dikembangkan untuk memecahkan permasa-lahan yang dihadapi oleh manusia. Teknologi pendidikan bisa dipandang sebagai suatu produk dan proses (Sadiman, 1993). Sebagai suatu produk, teknologi pendidikan mudah dipaha-mi karena sifatnya lebih kongkrit seperti radio, televisi, proyektor, OHP, dan sebagainya. Sebagai sebuah proses, teknologi pendidikan bersifat abstrak. Da-lam hal ini teknologi pendidikan bisa dipahami sebagai suatu proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk mengatasi perma-salahan, melaksanakan, menilai, dan mengelola pemecahan masalah tersebut yang menyangkut semua aspek belajar manusia (AECT, 1977). Sejalan de-ngan hal tersebut, maka lahirlah teknologi pendidikan dari adanya permasa-lahan dalam pendidikan. Permasalahan pendidikan yang mencuat saat ini, meliputi pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu atau kualitas, relevan-si, dan efisiensi pendidikan. Permasalahan serius yang masih dirasakan oleh pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi adalah ma-salah kualitas, tentu saja ini dapat dipecahkan melalui pendekatan teknologi pendidikan. Ada tiga prinsip dasar dalam teknologi pendidikan sebagai acuan dalam pengembangan dan pemanfaatannya, yaitu pendekatan sistem, berorientasi pada siswa, dan pemanfaatan pada sumber belajar (Sadiman, 1984). Prinsip pendekatan sistem berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembela-jaran perlu didisain atau dirancang dengan menggunakan pendekatan sistem. Dalam merancang pembelajaran diperlukan langkah-langkah prosedural me-liputi: identifikasi masalah, analisis keadaan, identifikasi tujuan, pengelolaan pembelajaran, penetapan metode, penetapan media, dan evaluasi pembelajar-an (IDI model, 1989). Prinsip berorientasi pada siswa berarti bahwa dalam pembelajaran hendaknya memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik, minat, potensi dari siswa. Prinsip pemanfaatan sumber belajar berarti dalam pembelajaran, siswa hendaknya dapat memanfa-atkan sumber belajar untuk mengakses pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya. Satu hal lagi bahwa teknologi pendidikan adalah satu bidang yang menekankan pada aspek belajar siswa. Teknologi dalam pembelajaran diartikan sebagai mekanisme untuk men-distribusikan pesan, termasuk sistem pos, siaran radio dan televisi, telepon, satelit dan jaringan komputer. Pada bahan diklat ini, pengertian teknologi di-dasarkan pada definisi ini. Mungkin Anda bertanya, kalau begitu apa yang di-sebut media? Pengertian media dalam materi diklat ini ialah diambil dari CISAER (2003). CISAER mendefinisikan media dalam pembelajaran seba-gai pesan yang didistribusikan melalui teknologi, terutama teks dalam bahan ajar cetak dan dalam jaringan komputer, bunyi dalam audio-tape dan siaran radio, serta teks, suara dan/atau gambar pada telekonferensi. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran mengarah pada penggunaan internet atau jaringan komputer. Petherbridge dan Chapmen (2007) melapor-kan bahwa teknologi internet yang digunakan dalam pembelajaran tumbuh dari 4.000 satuan kredit semester pada tahun 2000 menjadi lebih dari 19.000 satuan kredit semester pada tahun 2005. Sedangkan penggunaan teknologi la-innya dalam pembelajaran, seperti siaran TV dan radio, DVD, video, relatif tetap setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena teknologi internet mampu me-nyampaikan pesan secara mutimedia, baik teks, suara, gambar diam, maupun gambar bergerak. Selain itu, teknologi internet memungkinkan penyampaian pesan secara langsung (synchronous) seperti siaran TV atau radio atau pe-nyampaian pesan secara tidak langsung (asynchronous) seperti video, kaset, dan buku. Dengan fleksibilitas yang dimiliki teknologi internet, tidak meng-herankan bila perkembangan penggunaan teknologi dalam pembelajaran me-ngarah pada penggunaan internet. Pada umumnya yang dimaksud dengan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran ialah penggunaan intenet untuk pembelajaran. Oleh karena itu, dalam paparan ini akan lebih ba-nyak dibahas mengenai penggunaan internet untuk pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam satu kegiatan pendidi-kan adalah bagaimana siswa dapat belajar dengan cara mengidentifikasi, me-ngembangkan, mengorganisasi, serta menggunakan segala macam sumber belajar. Upaya pemecahan masalah dalam pendekatan teknologi pendidikan adalah dengan mendayagunakan sumber belajar. Hal ini sesuai dengan ditan-dai dengan pengubahan istilah dari teknologi pendidikan menjadi teknologi pembelajaran. Dalam definisi teknologi pembelajaran dinyatakan bahwa tek-nologi pendidikan adalah teori dan praktik dalam hal rancangan, pengembang-an, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi terhadap sumber dan proses un-tuk belajar (Barbara, 1994). Teknologi dalam pembelajaran telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan inter-aksi tatap muka antara guru dan siswa baik di kelas maupun di luar kelas se-hingga teknologi dalam pembelajaran diartikan sebagai media untuk mendis-tribusikan pesan, termasuk sistem pos, siaran radio, televisi, telepon, satelit dan jaringan komputer. Dengan demikian teknologi yang secara langsung relevan dengan pem-belajaran adalah disesuaikan dengan makna pembelajaran itu sendiri. Ase Su-herlan (2000: 48) mengemukakan bahwa pembelajaran teknologi pada haki-katnya merupakan komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik di antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dan lingkungan be-lajar dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Dari makna pembelajaran di atas terdapat makna inti bahwa pembelajaran harus mengandung unsur ko-munikasi dan Informasi. 3. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran Saat ini perkembangan teknologi informasi (TI) telah memberikan penga-ruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menu-rut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TI ada lima perge-seran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke "on line" atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, dan (5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Teknologi informasi dan komunikasi di sekolah memadukan kedua un-sur teknologi informasi dan teknologi komunikasi menjadi teknologi informa-si dan komunikasi dengan tujuan siswa memiliki kompetensi untuk meman-faatkan teknologi informasi sebagai perangkat keras dan perangkat lunak un-tuk mengolah, menganalisis dan mentransmisikan data dengan memperhatikan dan memanfaatkan teknologi komunikasi untuk memperlancar komunikasi dan produk teknologi informasi yang dihasilkan bermanfaat sebagai alat dan bahan komunikasi yang baik. Salah satu contoh teknologi informasi dan ko-munikasi berbasis e- learning adalah penggunaan media internet. Teknologi informasi menekankan pada pelaksanaan dan pemprosesan data seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil, memani-pulasi atau menampilkan data dengan menggunakan perangkat-perangkat tek-nologi elektronik terutama komputer. Makna teknologi informasi tersebut be-lum menggambarkan secara langsung kaitannya dengan sistem komunikasi, namun lebih pada pengolahan data dan informasi. Teknologi komunikasi me-nekankan pada penggunaan perangkat teknologi elektronika yang lebih mene-kankan pada aspek ketercapaian tujuan dalam proses komunikasi sehingga data dan informasi yang diolah dengan teknologi informasi harus memenuhi kriteria komunikasi yang efektif. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa akan memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan meng-gunakan komputer atau internet. Model yang sangat populer di abad ini ada-lah e-learning. E-learning adalah model pembelajaran melalui penggunaan teknologi internet. 4. Fungsi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memiliki dua fungsi utama yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu meliputi: B. E-LEARNING Banyak pakar yang menguraikan pengertian e-learning dari berbagai su-dut pandang. E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang me-mungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan in-ternet, intranet atau media jaringan komputer lain (Hartley, 2001). E-learning juga didefinisikan sebagai sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet, jaring-an komputer, dan lain-lain (Learn Frame.Com, 2001). Definisi lain menyim-pulkan bahwa e-learning adalah semua yang mencakup pemanfaatan kompu-ter dalam menunjang peningkatan kualitas pembelajaran, termasuk di dalam-nya penggunaan mobile technologies seperti PDA dan MP3 players. Penggu-naan teaching materials berbasis web dan hypermedia, multimedia CD-Room atau web sites, forum diskusi, perangkat lunak kolaboratif, email, computer aided Jaya C. Koran (2002) mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pe-ngajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi atau bimbingan. Selanjutnya Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. 2. Teknologi Pendukung E-learning Dalam praktiknya e-learning memerlukan bantuan teknologi. Dalam per-kembangannya komputerlah yang paling populer dipakai sebagai alat bantu pembelajaran secara elektronik. Karena itu dikenal dengan istilah computer based learning (CBL) yaitu pembelajaran yang sepenuhnya menggunakan komputer dan computer assisted learning (CAL) atau pembelajaran yang menggunakan alat bantu utama komputer. Saat pertama kali komputer mulai diperkenalkan khususnya pada pembelajaran, maka ia akan menjadi dikenal atau populer di kalangan siswa karena berbagai variasi teknik mengajar yang bisa dibuat dengan bantuan komputer tersebut. Adapun teknologi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu technology based learning dan technology based web learning. Technology based learning ini pada prinsipnya terdiri dari Audio Information Technology, misalnya: radio, audio tape, voice mail telephone, dan Video Information Technologies, misal-nya: video tape, video text, video messaging. Sedangkan technology based web-learning pada dasarnya adalah Data Information Technologies, missal-nya: bulletin board, internet, e-mail, tele-collaboration. 3. Pada dasarnya cara pemberian pembelajaran e-learning dapat digolong- kan menjadi dua, yaitu one way communication (komunikasi satu arah) dan two way communication (komunikasi dua arah). Komunikasi atau interaksi antara guru dan murid memang sebaiknya melalui sistem dua arah. Dalam e-learning, sistem dua arah ini juga bisa diklasifikasikan menjadi dua yaitu, di-laksanakan melalui cara langsung (synchronous) artinya pada saat guru mem-berikan pelajaran, siswa dapat langsung mendengarkan dan dilaksanakan me-lalui cara tidak langsung (a- synchronous) misalnya pesan dari guru direkam dahulu sebelum digunakan. Adapun karakteristik e-learning antara lain yaitu: (1) memanfaatkan jasa teknologi elektronik yaitu guru dan siswa, sesama siswa atau guru dan sesa-ma guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler; (2) memanfaatkan keunggulan komputer digital media dan computer networks; (3) menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlu-kannya; dan (4) memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kema-juan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer. 4. Kelebihan dan Kekurangan E-Learning Beberapa kelebihan e-learning dibandingan dengan pembelajaran tradi- sional adalah sebagai berikut: Beberapa kelemahan yang cenderung kurang menguntungkan bagi gu-ru, di antaranya: 5. Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Memanfaatkan E-learning Ahli-ahli pendidikan menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang memilih internet untuk kegiatan pembelajaran (Bullen, 2001; Hartanto dan Purbo, 2002; Soekartawi et.al, 1999; Yusup Hashim dan Razmah, 2001) antara lain: a. Analisis Kebutuhan (Need Analysis ) Dalam tahap awal, satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah memang memerlukan e-learning. Apabila analisis ini telah dilaksanakan dan jawabannya adalah memerlukan e-learning, maka tahap berikutnya adalah membuat studi kelayakan (Soekartawi, 1995) yang komponen penilaiannya adalah: b. Rancangan Instruksional Aspek-aspek yang dipertimbangkan dalam menentukan rancangan ins-truksional (Soekartawi, et al, 1999; Yusup Hashim and Razmah, 2001) yaitu: sarkan fasilitas yang ada. c. Tahap Pengembangan Pengembangan e-learning dapat dilakukan mengikuti perkembangan fa-silitas ICT yang tersedia. Hal ini terjadi karena kadang-kadang fasilitas ICT tidak dilengkapi dalam waktu yang bersamaan, begitu pula dengan bahan ajar dan rancangan instruksional yang akan dipergunakan hendaknya dikembang-kan dan dievaluasi secara terus menerus. d. Tahap Pelaksanaan Prototype yang lengkap bisa dipindahkan ke komputer (LAN) dengan menggunakan format tertentu misalnya format Hyper Text Markup Language (HTML) dan uji prototype hendaknya terus menerus dilakukan. e. Tahap Evaluasi Sebelum program dimulai, ada baiknya diujicobakan dengan mengambil beberapa sampel orang yang dimintai tolong untuk ikut mengevaluasi. Proses dari kelima tahapan di atas diperlukan waktu yang relatif lama, karena prototype perlu dievaluasi secara terus menerus. Masukan dari orang lain atau dari siswa perlu diperhatikan secara serius. Proses dari tahapan satu sampai lima dapat dilakukan berulang kali, karena prosesnya terjadi terus me-nerus. Masalah-masalah yang sering dihadapi dalam e-learning. Karena itu perlu diciptakan bagaimana semuanya mempunyai sikap yang positif terhadap ICT, bagaimana semuanya bisa mengerti potensi ICT dan dampaknya ke siswa sehingga penggunaan teknologi baru bisa mempercepat pembangunan. 6. E-learning dan Internet dalam Pembelajaran E-learning tidak terlepas dari jasa internet. Karena teknik pembelajaran yang tersedia di internet begitu lengkap, maka hal ini akan mempengaruhi tu-gas guru dalam proses pembelajaran. Dahulu, proses belajar mengajar dido-minasi oleh peran guru, karena itu disebut the Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, setuju atau tidak, mau atau ti-dak mau, kita harus berhubungan dengan teknologi informasi. Hal ini dise-babkan karena teknologi tersebut telah mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Karena itu, kita sebaiknya tidak gagap teknologi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa siapa yang terlambat mengu-asai informasi, maka terlambat pulalah memperoleh kesempatan-kesempatan untuk maju. Informasi sudah merupakan "komoditi' sebagai layaknya barang ekonomi yang lain. Peran informasi menjadi kian besar dan nyata dalam du-nia modern seperti sekarang ini. Hal ini bisa dimengerti karena masyarakat sekarang menuju era masyarakat informasi atau masyarakat ilmu pengetahuan. Contoh klasik yang bisa dipakai bahwa kebutuhan informasi sudah mem-budaya yaitu melalui pengalaman Bill Gates yang kita kenal sebagai sosok orang yang mempunyai perusahaan Microsoft Computer. William Henry Gates III atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bill Gates tersebut sebenar-nya kuliah di bidang ilmu hukum Harvard University. Ia ingin menjadi penga-cara karena dengan keahlian sebagai pengacara tersebut, maka ia bisa mem-punyai 'power' untuk membantu masyarakat yang memerlukan jasa hukum untuk memperoleh kebenaran. Belajar ilmu hukum menurut dia, ternyata memerlukan waktu yang ba-nyak untuk membaca di berbagai tempat seperti perpustakaan, toko buku, atau sumber informasi yang lain. Ia merasa waktunya habis untuk membaca saja. Di situlah ia lalu menemukan idenya mengapa informasi yang tersebar di mana-mana itu tidak Pemanfaatan e-learning khususnya internet untuk kegiatan pembelajaran saat ini dikenal tidak hanya di Indonesia ataupun di Asia Tenggara, namun juga di berbagai penjuru dunia. Hal ini karena suatu kebutuhan baik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran secara keseluruhan serta jawaban atas tantangan global sehingga penggunaan e-learning dalam hal ini tidak bisa dilepaskan dengan peran internet. Internet pada dasarnya adalah kumpulan informasi yang tersedia di komputer yang bisa diakses karena adanya jaring-an yang tersedia di komputer tersebut. Oleh karena itu bisa dimengerti bahwa e-learning bisa dilakukan karena internet. E-learning sering disebut pula de-ngan nama on-line Pemanfaatan internet untuk e-learning di sekolah dapat meningkat apabi-la fasilitas yang mendukungnya memadai, baik fasilitas yang berupa infra-struktur maupun fasilitas yang bersifat kebijakan. Karena itu demi kelancaran terapan e-learning dalam proses belajar mengajar, perlu diantisipasi hambat-an-hambatan yang sering muncul seperti ketersediaan telepon dan listrik. Penggunaan internet untuk pembelajaran sering disebut e-learning. Isti-lah lain untuk menamakan penggunaan internet dalam pembelajaran ialah pembelajaran berbasis jejaring (web-based instruction), belajar on-line (online learning), ruang kelas virtual (classroom Gambar 2.1 Tampilan Layar MIT OpenCourseWare Pada Gambar 1 tampak contoh tampilan layar suatu penyelenggaraan e-learning. Di samping kiri layar terlihat panel untuk memilih fasilitas yang da-pat diakses dengan cara mengklik. Fasilitas yang tersedia pada panel ini ialah silabus, kalender akademik, bahan bacaan, catatan kuliah, dan sumber atau ba-han ajar yang berada pada halaman (homepage) lain dalam internet. Di bagi-an tengah atas tertulis: » MIT OpenCourseWare » Architecture » Religious Architecture and Islamic Cultures, Fall 2002 Tulisan tersebut adalah sebuah navigator yang menunjukkan bahwa ha-laman yang tampil di layar tersebut merupakan bagian dari perkuliahan pada musim gugur 2002, mengenai perkuliahan Arsitektur Keagamaan dan Buda-ya Islam, termasuk kelompok mata kuliah Arsitektur, dan merupakan bagian dari MIT Open CourseWare atau program e-learning di Massasuchet Institute of Technology. Gambar menara mesjid di bagian tengah layar merupakan penarik per-hatian pengunjung halaman ini. Gambar tersebut mewakili mata kuliah yang ditawarkan, yaitu Arsitektur Keagamaan dan Budaya Islam. Di bagian bawah gambar terdapat uraian singkat mata kuliah dan tujuan kompetensi. Di bagian kanan terdapat identitas pengajar, waktu pertemuan, jenjang pendidikan yang sesuai, dan fasilitas untuk memberikan umpan balik. E-learning yang lengkap akan memiliki fasilitas-fasilitas sebagai berikut. a. E-Lectures. E-Lectures merupakan fasilitas yang menyediakan presentasi mengenai konsep atau teknik esensial yang dibutuhkan pebelajar. Presentasi terse-but dapat disajikan berupa tampilan teks melalui perangkat lunak untuk presentasi (misalnya Powerpoint), atau presentasi multimedia berupa tam-pilan audio, video, animasi, dan gambar. Discussion forum merupakan tempat interaksi antar pebelajar dengan pe-ngajar. Pebelajar diharapkan untuk memberikan ini-siasi suatu diskusi dan pebelajar yang lain memberikan tanggapan. Pengajar akan meluruskan diskusi bilamana jalannya diskusi menyimpang dari tujuan pembelajaran. c. Ask an expert. Fasilitas Ask an Expert menyediakan para ahli yang terkait dengan bahan ajar yang diajarkan. Pembelajar dapat mengakses pakar dalam materi yang diajarkan secara online. d. Mentorship. Fasilitas ini menyediakan pembimbing online mengenai materi yang spe-sifik. e. Local learning facilitator or tutor support. Penyediaan fasilitator lokal atau dosen lokal yang dapat memberikan per-temuan tatap muka. d. Access to network resources. Fasilitas ini berisikan bahan bacaan tambah-an yang relevan dengan mata kuliah. e. Structured group activity. Fasilitas ini berisikan kegiatan kelompok yang terstruktur seperti diskusi kelompok kecil, seminar, presentasi kelompok. f. Informal peer interaction. Fasilitas ini menyediakan tempat untuk interaksi antar pebelajar melalui email atau chatt-room. Tugas Kunjungilah suatu program e-learning yang ditawarkan di Indonesia. Kelengkapan apa saja yang terdapat pada program e-learning tersebut. Guna-kan lembar cheklist berikut. Alamat e-learning : ________________________(diisi dengan Alamat URL) No Kelengkapan Ada Tidak Ada 1. e-lectures 2. Discussion Forum 3. Ask an Expert 4. Mentorship 5. Tutor Support 6. Access to network resources 7. Structured group activities 8. Informal peer interaction 7. Landasan Teori Belajar dalam Sistem Pembelajaran E-learning Teori belajar merupakan sekumpulan kaidah untuk melaksanakan pem-belajaran yang efektif melalui sistem pembelajaran yang dikembangkan ber-dasarkan teori belajar. Tujuan sistem pembelajaran ialah menghadirkan peris-tiwa belajar pada pebelajar. Karena itu, pengembangan bahan ajar perlu di-kembangkan berdasarkan prinsip-prinsip belajar dan pengetahuan ilmiah me-ngenai bagaimana pebelajar belajar. Hal ini perlu dilakukan terutama pada e-learning yang terdapat keterpisahan antara pebelajar dengan pengajar. Seperti telah dinyatakan sebelumnya, e-learning dan teknologi lainnya bukanlah fak-tor penentu kualitas pembelajaran, sistem pembelajaran yang dirancang berba-sis teori belajar yang sesuailah yang menentukan efektivitas pembelajaran. Teknologi hanyalah mekanisme untuk menyampaikan pesan. Rancangan pe-san yang dilandasi oleh teori belajarlah yang akan menentukan mutu pembe-lajaran. Sebagai pengawas sekolah, pemahaman seperti ini sangat perlu, supa-ya kita tidak menilai mutu pembelajaran semata-mata dari teknologinya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kita akan mempelajari bebera-pa teori belajar yang diterapkan pada e-learning. Tiga aliran teori belajar yang melandasi sistem pembelajaran e-learning ialah psikologi perilaku (behaviorism), kognitifisme (cognitivsm), dan kons-truktifisme (constructivism). Teori belajar perilaku dipengaruhi oleh pemikir-an Thorndike (1913), Pavlov (1927), dan Skinner (1974). 1). Psikologi Perilaku. Salah dasar teori perilaku ialah bahwa belajar merupakan suatu perubah-an perilaku yang dapat diamati yang disebabkan oleh rangsangan eksternal dari lingkungan. Para ahli psikologi perilaku mempercayai bahwa perilaku yang teramatilah, bukan apa yang ada dalam pikiran pebelajar, yang menun-jukkan telah terjadi peristiwa belajar. 2) Psikologi Kognitif Psikologi kognitif memandang belajar sebagai sebuah proses yang me-libatkan penggunaan memori, motivasi, dan berfikir. Para ahli psikologi kog-nitif melihat belajar sebagai proses internal dalam diri pebelajar. Banyaknya hal yang dipelajari ditentukan oleh kapasitas pemrosesan pada diri pebelajar, kedalaman pemrosesan, banyaknya upaya yang dilakukan oleh pebelajar, dan struktur pengetahuan yang sudah ada dalam diri pebelajar. 3) Psikologi Kognitif Psikologi konstruktif menjelaskan proses belajar sebagai proses pebela-jar menafsirkan informasi dan dunia sekitarnya berdasarkan realitas personal. Pebelajar belajar melalui observasi, pemrosesan dan penafsiran, dan menerje-mahkan informasi kedalam pengetahuan personal. Pebelajar belajar dengan optimal ketika mereka dapat menafisirkan bahan ajar dalam konteks penera-pan langsung dan dapat menjadi pengertian personal. Rancangan pembelajaran untuk e-learning didasarkan pada ketiga alir-an psikologi tersebut di atas. Ertmer dan Newby (1993) menyimpulkan bah-wa ketiga aliran psikologi tersebut dapat dipandang sebagai suatu taksonomi belajar. Strategi pembelajaran yang diturunkan dari psikologi perilaku dapat digunakan untuk mengajarkan fakta, strategi pembelajaran yang diturunkan dari psikologi kognitif dapat digunakan untuk mengajarkan proses dan prin-sip, sedangkan strategi pembelajaran yang diperoleh dari psikologi konstruk-tif dapat digunakan untuk mengajarkan pemikiran tingkat tinggi yang meng-hasilkan pengertian personal serta hasil belajar yang konstektual dan tersitu-asi. Teori belajar perilaku memandang bahwa belajar sebagai perubahan pe-rilaku yang meliputi tindakan, pikiran, dan perasaan. Hasil belajar dapat dia-mati secara kuantitatif dari perilaku dengan mengabaikan pengaruh pemrose-san fikiran. Belajar diarahkan oleh pemberian stimulus yang tepat untuk men-dapatkan perilaku yang diharapkan. Dengan demikian, implikasi teori belajar perilaku terhadap e-learning berfokus pada stimulus penyampaian bahan ajar yang diharapkan diikuti oleh respons pebelajar yang menuju pada perilaku yang diharapkan. Implikasi untuk e-learning antara lain: c. Implikasi Teori Belajar Kognitif terhadap E-learning Teori belajar kognitif memandang belajar dari sudut pandang pemroses-an informasi, pebelajar menggunakan jenis memori yang berbeda selama pro-ses belajar, seperti terlihat pada Gambar 2. Sensasi diterima melalui indera ke dalam sensor penerima (sensory store) sebelum pemrosesan dilaksanakan. Informasi tinggal dalam sensor penerima untuk kurang dari satu detik (Kalat, 2002). Jika informasi tersebut tidak segera ditransfer ke memori jangka pen-dek, informasi tersebut akan hilang. Gambar 2.2 Jenis Memori Rancangan pembelajaran dalam e-learning perlu menerapkan strategi yang memungkinkan pembelajar mentransfer informasi dalam bahan ajar ke-dalam memori jangka pendek. Banyaknya informasi yang dapat ditransfer ke-dalam memori jangka pendek tergantung pada banyaknya perhatian pebela-jar terhadap informasi yang datang dan – yang terutama – tergantung pada struktur kognitif yang tersedia yang membuat informasi baru tersebut menja-di dipahami oleh pebelajar. Jadi, perancang e-learning perlu memastikan bah-wa pebelajar telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkan ia mempro-ses informasi. Strategi pra pembelajaran, misalnya advance organizers, dapat diterapkan sebagai bagian dari proses belajar untuk memastikan terbentuknya struktur kognitif yang memungkinkan informasi yang datang dapat diproses dalam memori jangka pendek. Jangka waktu dalam memori jangka pendek adalah 20 detik. Jika infor-masi dalam memori jangka pendek tidak diproses dengan baik maka informa-si tersebut tidak akan ditransfer ke memori jangka panjang untuk disimpan. Strategi dalam e-learning perlu mengorganisasikan informasi dari bahan ajar dalam potongan-potongan informasi yang cukup kecil sehingga memudahkan diproses. Kapasitas memori jangka pendek sangat terbatas, informasi perlu dikelompokkan dalam ukuran kecil dan dalam urutan yang memiliki arti. Miller, lebih lanjut, menyarankan bahwa informasi perlu dipenggal-penggal menjadi kurang lebih lima sampai tujuh (±5-7) satuan informasi yang memi- liki arti untuk menyesuaikan dengan keterbatasan kapasitas memori jangka pendek. Setelah informasi diproses dalam memori jangka pendek, kemudian in-formasi tersebut disimpan ke dalam memori jangka panjang. Banyaknya infor-masi yang ditransfer ke dalam memori jangka panjang ditentukan oleh kuali-tas dan kedalaman pemrosesan dalam memori jangka pendek. Pemrosesan yang makin dalam akan makin banyak bentuk informasi baru yang saling ter-kait dalam memori. Informasi yang ditransfer dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dilakukan dengan cara asimilasi atau akomodasi. Da-lam asimilasi, informasi diubah untuk dicocokkan dengan struktur kognitif, sedangkan dalam akomodasi, struktur kognitif berubah menyesuaikan dengan informasi yang baru. Menurut psikologi kognitif, informasi disimpan dalam memori jangka panjang dalam bentuk simpul-simpul yang terhubung membentuk hubungan-hubungan. Dengan perkataan lain, informasi dalam memori jangka panjang membentuk suatu jejaring. Oleh karena itu, peta informasi yang memperlihat-kan konsep-konsep utama dalam suatu topik dan hubungan antar konsep ter-sebut perlu disertakan dalam bahan ajar pada e-learning. Pembelajar perlu di-dorong untuk membuat peta informasi seperti ini. Teori belajar yang berlandaskan psikologi kognitif menekankan penting-nya perbedaan individual pebelajar. Perbedaan individual antara lain gaya be-lajar (learning style) dan gaya kognitif (cognitive style). Gaya belajar merujuk pada bagaimana pembelajar mempersepsi, berinteraksi, dan menanggapi ling-kungan belajar. Gaya kognitif terkait dengan kecenderungan pebelajar untuk memproses informasi, yaitu cara berfikir, mengingat, atau memecahkan masa-lah. Gaya belajar dipengaruhi oleh dua komponen, yaitu cara mempersepsi dan memproses informasi. Cara mempersepsi terkait dengan cara pebelajar menangkap dan menyerap informasi dari lingkungan sekitar. Cara memper-sepsi bervariasi mulai dari cara mempersepsi melalui pengalaman nyata (concrete experience) sampai cara mempersepsi melalui pengamatan reflektif (reflective observation). Cara mempersepsi melalui pengalaman nyata meru-pakan gaya belajar pebelajar yang cenderung memiliki minat utuk mempe-lajari hal-hal yang memiliki arti personal dalam kehidupannya. Cara memper-sepsi melalui pengamatan reflektif adalah gaya belajar pebelajar yang cende-rung banyak menghabiskan waktu untuk merenungkan isi bahan ajar. Komponen kedua dalam gaya belajar ialah cara memproses informasi. Cara pemrosesan informasi oleh pebelajar bervariasi mulai dari konseptuali-sasi abstrak sampai ke eksperimentasi aktif. Pebelajar yang cenderung mem-proses informasi dengan cara konseptualisasi abstrak lebih suka mempelajari fakta dan angka serta meneliti informasi baru pada topik-topik yang berbeda. Pebelajar yang cenderung memproses informasi secara eksperimentasi aktif akan lebih menyukai menerapkan apa-apa yang dipelajari ke dalam situasi nyata. Mereka lebih menyukai mencoba sesuatu dan mempelajarinya. Berdasarkan cara mempersepsi dan cara memproses informasi, pebe-lajar digolongkan menjadi empat kategori seperti yang terlihat pada Gambar 4. Gaya belajar Converger adalah gaya belajar pembelajar yang cenderung mempersepsi lingkungan melalui eksperimentasi aktif dan memproses infor-masi dengan cara konseptualisasi abstrak. Diverger, sebaliknya dari converger, lebih menyukai pengamatan reflektif dalam mempersepsi lingkungan belajar dan memproses informasi dengan cara pengalaman nyata. Gambar 2.3 Gaya Belajar Assimilator cenderung mempersepsi lingkungan belajar melalui penga-matan reflektif dan memproses informasi dengan cara konseptualisasi abstrak. Sedangkan Accomodator lebih menyukai eksperimentasi aktif dalam memper-sepsi lingkungan belajar dan memproses informasi berdasarkan pengalaman nyata. Implikasi yang dapat diturunkan dari psikologi kognitif terhadap ran-cangan e-learning ialah sebagai berikut. Gambar 2.4 Model-model Peta Informasi situasi nyata. Attention, menarik dan memelihara perhatian siswa selama pebelajar-an. Relevante, menginformasikan pebelajar mengenai pentingnya dan manfaat pelajaran bagi pebelajar. Hal ini dapat dilakukan dengan menje-laskan bagaimana pelajaran tersebut dapat digunakan dalam situasi nyata. Confidence, menggunakan strategi yang menjamin keberhasilan, misal-nya dengan cara mengurutkan pelajaran dari mudah ke sulit, dari yang ti-dak diketahui ke yang diketahui, dari konkrit ke abstrak. Satisfaction, me-nyediakan umpan balik terhadap kinerja pembelajar. Pebelajar ingin tahu bagaimana kinerja mereka. Pebelajar juga didorong untuk menerapkan yang dipelajari kedalam situasi kehidupan nyata. Pebelajar menyukai kon-tekstualisasi yang dipelajari dengan menerapkan informasi ke dalam ma-salah nyata. d. Implikasi Teori Belajar Konstruktif terhadap E-Learning Psikologi konstruktif memandang pebelajar sebagai aktor belajar yang aktif daripada pasif. Pengetahuan bukanlah diterima pebelajar dari luar atau dari orang lain. Pengetahuan merupakan penafsiran individu pebelajar mela-lui pemrosesan informasi yang diterima indera untuk menghasilkan pengeta-huan tersebut. Pebelajar merupakan pusat dari semua kegiatan belajar, sedang-kan guru berperan dalam pemberian bimbingan dan kemudahan. Pebelajar perlu diberi kesempatan mengkonstruksi pengetahuan, bukan mendapatkan pengetahuan dari pembelajaran. Dalam implementasi psikologi konstruktif, kegiatan belajar berubah dari kegiatan pembelajaran satu arah menjadi kegi- atan mengkonstruksi dan menemukan pengetahuan. Implikasi yang dapat diturunkan dari psikologi kognitif terhadap rancang-an e-learning ialah sebagai berikut: Tugas Gunakan instrumen gaya belajar model David Kolb pada Lampiran 1 un-tuk mengidentifikasi gaya belajar Anda. Diskusikan dalam kelompok, e-learning yang bagaimana yang sesuai dengan gaya belajar Anda. Lampiran 1 Gaya Belajar berdasarkan Model David Kolb Bagian I: Concrete Experience vs. Abstract Conceptualization 1. Saya lebih menyukai A. pengalaman belajar yang nyata. B. belajar melalui berpikir dan bernalar. 2. Saya cenderung A. mengandalkan perasaan ketika membuat keputusan. B. mengandalkan penalaran logis ketika membuat keputusan. 3. Saya belajar lebih efektif bilamana saya belajar dari A. sebaya (peers). B. guru. 4. Saya suka belajar melalui A. simulasi. B. kuliah 5. Saya belajar baik melalui A. pengalaman praktis. B. menerapkan teori pada situasi hipotetis. 6. Saya sangat baik dalam mempelajari A. fakta. B. konsep. Jumlah Jawaban A ________ Skor Concrete Experience (CE) Jumlah Jawaban B ________ Skor Abstract Conceptualization (AC) Bagian II: Active Experimentation vs. Reflective Observation 1. Saya belajar sangat baik melalui C. keterlibatan aktif dalam proyek. D. observasi. 2. Saya lebih memilih C. melaksanakan kerja sukarela dengan anak-anak cacat. D. membaca buku mengenai anak cacat. 3. Saya lebih menyukai tugas yang C. menuntut saya membuat contoh-contoh. D. menuntut saya memikirkan mengenai situasi-situasi. 4. Saya belajar dengan baik melalui C. ikut serta dalam suatu diskusi. D. mendengarkan apa yang dikatakan orang lain. 5. Saya cenderung untuk C. langsung masuk dan mengerjakan sesuatu yang baru. D. memikirkan hasil yang mungkin sebelum mencoba sesuatu yang baru. 6. Saya belajar paling baik dengan C. mengerjakan. D. memperhatikan dan merenungkannya. Jumlah Jawaban C ________ Skor Active Experimentation (AE) Jumlah Jawaban D ________ Skor Reflective Observation (RO) Jawaban A = Concrete Experience (CE) CONVERGER- Orang-orang yang memilki skor tinggi dalam Abstract Conceptualization (AC) dan bih menyukai berhubungan dengan benda-benda daripada orang. Mereka se-ring memilih spesialisasi dalam ilmu fisika, insinyur, dan ilmu komputer. DIVERGER – Orang-orang yang memiliki skor tinggi dalam Concrete Experience (CE) dan ASSIMILATOR – Orang-orang yang memiliki skor tinggi dalam Abstract Conceptualization (AC) and Reflective Observation (RO). Kelebihan orang ini adalah pada kemampuan memahami dan menciptakan teori-teori. Orang dengan gaya belajar seperti ini mahir dalam penalaran induktif dan dalam mensintesiskan berbagai gagasan dan pengamatan menjadi keseluruhan yang terintegrasi. Orang ini, seperti juga converger, tidak terlalu berminat dengan orang tetapi lebih berminat dengan konsep abstrak. Orang dengan gaya bela-jar ini biasanya cocok sebagai ilmu dasar dan matematika. Assimilators sering memilih karir yang melibatkan penelitian dan perencanaan. ACCOMMODATOR - Orang-orang yang memiliki skor tinggi dalam Concrete Experience (CE) dan 8. Perkembangan Rancangan E-Learning Meskipun praktik e-learning telah banyak berkembang, tampaknya ti-dak banyak rancangan e-learning yang diturunkan dari suatu kerangka teore-tik. Kerangka teoretik tersebut dapat berfungsi untuk menggambarkan, men-jelaskan, memprediksi, serta mengontrol kegiatan e-learning tersebut. Ke-rangka teoretik tersebut diturunkan melalui prinsip-prinsip belajar yang digu-nakan dalam pengembangan e-learning berbasis internet. Levin (1995) membuat kerangka konseptual dengan mengajukan lima komponen e-learning, yaitu: struktur, proses, mediasi, pengembangan komu-nitas belajar, dan dukungan institusi. Menurutnya, kelima faktor tersebut me-nentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan e-learning. Sistem e-learning yang dinamakan SatEX (http://www.ed.uiuc.edu/courses/SATEX/) menerapkan kelima faktor e-learning tersebut. Kerangka konseptual yang diajukan oleh Levin tidak bersifat preskriptif untuk menjawab pertanyaan: bagaimana mem-bangun e-learning yang efektif? Meskipun begitu, pada SatEX dapat ditemu-kan bagaimana kelima komponen e-learning tersebut dikembangkan. Kontri-busi yang diberikan oleh Levin terletak pada sejumlah istilah dalam menje-laskan kegiatan e-learning. Contoh e-learning yang terdapat pada SatEX se-perti pada Gambar 6. Gambar 3.5 Contoh Rancangan e-learning dalam SatEx Janicki, dkk. (2002) mengajukan konsep rancangan pembelajaran e-learning yang diklaim berlandaskan pada prinsip-prinsip teori belajar, yaitu prinsip belajar yang diperoleh dari teori belajar prilaku dan kognitif serta teo-ri belajar berbasis sumber (resource based learning). Konsep rancangan pem-belajaran tersebut mengkombinasikan interaktivitas, multimedia dan kendali pengguna. Prinsip-prinsip tersebut ialah sebagai berikut: tuknya. Rancangan e-learning dari Jenicki tersebut meskipun telah melibatkan teori belajar berbasis sumber, masih belum beranjak banyak dari rancangan pembelajaran untuk CAI (Computer Assisted Instruction) yang dapat dilaku-kan oleh komputer berdiri sendiri, tidak perlu terhubung dalam suatu jaringan. Rancangan pembelajaran yang lebih mendayagunakan jaringan belajar diaju-kan oleh Barker (1999). Rancangan e-learning ini menerapkan prinsip-prinsp belajar yang diturunkan dari teori model mental, yaitu bahwa sebagai akibat interaksi dengan sistem komputer pengguna membentuk suatu model mental bagaimana sistem tersebut bekerja, model tersebut membentuk basis interaksi di kemudian hari dan memungkinkan pengguna memprediksi berbagai ke-jadian belajar dengan sistem tersebut. Prinsip-prinsip belajar yang perlu dite-rapkan pada rancangan pembela-jaran dalam e-learning adalah sebagai berikut ini. Upaya membangun e-learning yang berlandaskan pada pemikiran teori belajar yang lebih bersifat holistik dilakukan oleh Dorn (2002). Kerangka berpikir yang ia ajukan ialah bahwa e-learning merupakan sistem adaptif yang dibentuk dan diubah melalui interaksi antar komponen dalam sistem tersebut. Ia mengidentifikasi empat komponen yang membentuk sistem e-learning, ya-itu: Pertama, peserta didik ialah individu atau sekelompok individu yang bermaksud belajar melalui bantuan pihak lain. Kedua, sumber ialah segala sesuatu yang berada di luar peserta didik da-ri mana belajar dimungkinkan terjadi, misalnya: buku pegangan, buku teks, film, situs web, bangunan, awan, mesin, dan sebagainya. Ketiga, konteks ialah lingkungan belajar yang berubah bilamana diterap-kan e-learning; pengaturan pada e-learning akan mengontrol konteks atau lingkungan belajar tersebut. Keempat, pengelola belajar, atau yang biasa disebut pengajar, ialah pihak yang membantu belajar peserta didik, pengajar dapat berbentuk pengajar da-lam arti tradisional, teman atau kolega, sebaya atau yang lebih tua, atau pro-gram komputer yang memiliki sistem pakar pengajar. Dorn menilai bahwa pembelajaran pada e-learning berbasis internet yang ada saat ini kebanyakan masih menerapkan rancangan yang mendasarkan pa-da peniruan peran guru pada pembelajaran tradisional. Dalam rancangan e-learning yang ia kembangkan, peran guru dimodifikasi dengan mendayagu-nakan kombinasi antara kecerdasan dan pengetahuan kelompok pebelajar yang terlibat dalam e-learning tersebut. Rancangan tersebut memanfaatkan melim-pahruahnya informasi dalam jaringan internet serta potensi pebelajar untuk mengorganisasikan belajar secara mandiri. Seperti yang dinyatakannya "The growth of the internet allows a range of different forms of interaction and means of information retrieval and knowledge sharing not afforded by traditional situated methods of education." (Dorn, 2002: 102). Selanjutnya, ia menyata-kan bahwa e-learning merupakan lahan penelitian yang subur bilamana mem-perhatikan pendayagunaan potensi kelompok pebelajar dalam mengorgani-sasikan sendiri kegiatan belajarnya. Suatu sistem e-learning yang dinamakan CoFind merupakan e-learning yang dibangunnya untuk dapat mengorganisasikan dirinya sendiri melalui ci-ri-ciri berikut ini: Topik ialah pengetahuan atau perilaku yang dipelajari termasuk konsep, fakta dan prosedur. Topik tersebut diurutkan berdasarkan pilihan peserta, ser-ta memperlihatkan topik mana yang paling populer pada suatu saat. Peserta dapat membuat topik sendiri. Topik-topik utama diajukan oleh pengelola be-lajar. Topik-topik akan berkembang dan menyesuaikan diri berdasarkan dina-mika penilaian peserta. Wacana dalam forum diskusi diberi peringkat berdasarkan berapa ba-nyak pembacanya dan penilaian kualitasnya oleh peserta. Frekuensi pembaca dan penilaian terhadap suatu wacana ditampilkan pada daftar wacana yang didiskusikan. Peserta dapat melihat banyaknya peserta yang mengikuti suatu kegiatan dalam kalender kegiatan tersebut, sehingga kegiatan yang paling populer da-pat diketahui bersama. Tempat ini diisi oleh berita dan pengumuman yang berkaitan dengan kegiatan yang ada pada jadwal kegiatan serta undangan untuk membentuk kelompok. Indikator keaktifan peserta dapat dilihat pada daftar ini. Fasilitas untuk mengirimkan pesan pribadi kepada seorang peserta juga terdapat dalam tem-pat ini. Daftar kelompok dapat diatur seperti daftar peserta. Peserta dapat me-ngirimkan pesan kepada kelompok tertentu dan menyusun jadwal kegiatan kelompok. Pada tempat ini peserta dapat melakukan interaksi secara nyata dan mengorganisasikan sendiri kegiatan omong-omong/bercakap-cakap. Rancangan awal dari CoFind memfokuskan pada penempatan sumber belajar ke dalam lingkungan dan membiarkan sumber-sumber tersebut saling berkompetisi. Dengan demikian, sumber belajar akan menyesuaikan diri ter-hadap nilai-nilai dalam suatu lingkungan e-learning. CoFind merupakan sis-tem yang dinamis dalam suatu e-learning yang kaya informasi sehingga tidak memfokuskan diri pada produksi dan diseminasi bahan ajar. Dalam hal ini pembelajaran yang dinamis dalam lingkungan yang kaya informasi tidak ter-lalu membutuhkan produksi dan diseminasi bahan belajar karena sesungguh-nya semua itu sudah tersedia di sekitar kita. Hal ini memberi arti bahwa pe-manfaatan sumber belajar sangatlah penting. Untuk itulah diperlukan e-learning agar mampu memfasilitasi proses pembelajaran tersebut. Contoh rancangan CoFind terlihat pada Gambar 7. Gambar 2.6 Rancangan CoFind Rancangan e-learning 9. Evaluasi E-Learning Evaluasi adalah proses pengumpulan dan analisis data mengenai suatu obyek untuk pengambilan keputusan mengani obyek tersebut. Kita mengenal evaluasi hasil belajar. Dalam hal ini, yang menjadi obyek evaluasi ialah hasil belajar siswa. Pengumpulan data dalam hal ini dilakukan melalui serangkaian ujian atau tes. Hasil ujian atau tes tersebut kemudian diolah untuk memutus-kan apakah siswa tersebut lulus atau tidak, naik kelas atau mengulang kelas. Dalam evaluasi, yang menjadi obyek dapat berupa orang, benda, idea, program, kegiatan, atau alternatif. Jenis keputusan yang dilaksanakan akan menentukan jenis evaluasi. Evaluasi formatif berkaitan dengan keputusan untuk perbaikan. Evaluasi su-matif berkaitan dengan keputusan akhir terhadap suatu obyek yang dievalua-si. Contoh evaluasi formatif ialah pengumpulan dan analisis data yang diper-oleh melalui ulangan harian mengenai suatu topik materi ajar yang digunakan untuk memutuskan apakah materi ajar tersebut diulang pengajarannya dengan perbaikan pada cara penyampaian atau tidak perlu diulang. Sedangkan contoh evaluasi sumatif ialah pengumpulan dan analisis data yang diperoleh melalui ujian akhir. Keputusan yang dibuat dari evaluasi sumatif ini adalah final, apa-kah siswa lulus atau tidak lulus. Evaluasi e-learning merupakan evaluasi terhadap program pembelajar-an yang dilaksanakan berbasis internet. Beberapa kriteria yang digunakan un-tuk evaluasi e-learning ialah: (1) kriteria organisasi, (2) kriteria teknis, (3) kriteria rancangan pembelajaran, (4) kriteria latihan dan umpan balik, (5) kri-teria penggunaan, (6) kriteria media, (7) kriteria navigasi dan kendali, (8) kri-teria motivasi, dan (9) kriteria kolaborasi dan konstruktif. Ceklis Evaluasi E-Learning Kriteria Organisasi YA TIDAK Apakah tujuan pembelajaran memenuhi kebutuhan pembelajar? Apakah biaya yang dikeluarkan untuk pembelajaran cukup murah berdasarkan anggaran yang ada? Apakah pembelajaran ini dapat diselenggarakan dalam waktu yang sesuai de-ngan jadwal kegiatan pembelajar? Kriteria Teknis Apakah pembelajaran ini dapat dijalankan pada komputer yang tersedia? Apakah halaman-halaman dapat tampil dengan memadai tanpa menjadi lam-bat karena kemampuan computer yang digunakan? Apakah pembelajaran dapat dijalankan tanpa menginstall software tambahan? Kriteria Isi Apakah materi pembelajaran akurat dan sesuai dengan perkembangan? Apakah pembelajaran meliputi materi yang luas dan dalam untuk memnuhi ke-butuhan pembelajar? Apakah pembelajaran bebas dari kesalahan produksi, seperti kesalah ketik dan grafik? Kriteria Rancangan Pembelajaran Apakah jenis rancangan pembelajaran seperti ini cocok untuk mencapai kebu-tuhan pembelajaran pembelajar? Apakah materi disajikan dalam urutan yang logis sehingga membantu pebela-jar memahami materi tersebut? Apakah konsep-konsep yang abstrak diikuti dengan ilustrasi yang nyata atau contoh yang konkrit? Apakah tes yang ada mengukur dengan tepat tujuan belajar? Apakah tersedia test awal pembelajaran sehingga pembelajar dapat memilih materi pembelajaran sesuai dengan kemampuan awal pembelajar? Kriteria Latihan dan Umpan Balik Apakah dalam pembelajaran ini tersedia kesempatan untuk mempraktikkan idea dan keterampilan segera setelah penyajian? Apakah praktek dalam pembelajaran ini melatih pengetahuan dan keteram-pilan untuk persiapan penerapan dalam pekerjaan? Apakah praktek dalam pembelajaran ini memadukan pengetahuan dan kete-rampilan? Apakah umpan balik dalam kegiatan praktek dan tes cukup untuk membantu pembelajar mengetahui dan mengoreksi kesalahan? Kriteria Penggunaan Dapatkah pembelajar menjalankan program pembelajaran ini hanya dengan bantuan petunjuk tertulis? Apakah petunjuk dan bantuan online mencukupi untuk pembelajar mengope-rasikan program pembelajaran ini? Apakah sudah jelas apa yang harus pembelajar lakukan jika pembelajar men-dapatkan kesulitan? Apakah pembelajar dapat memperkirakan apa yang terjadi jika pembelajar meng-klik tombol yang tersedia? Apakah pembelajar menggunakan program pembelajaran ini tanpa ketakutan untuk merusak software dalam program pembelajaran ini? Kriteria Media Apakah teks dalam pembelajaran ini sedemikian rupa sehingga pembelajar mudah membacanya? Apakah teks ditampilkan tanpa pilihan besar dan jenis huruf? Apakah grafik digunakan secara tepat? Apakah multimedia digunakan bilamana kata-kata dan gambar sederhana ti-dak mencukupi? Apakah grafik dan multimedia membantu dalam menarik perhatian dan belajar materi yang penting dan bukan semata-mata untuk menghibur atau malah mengganggu pembelajar? Apakah bahan ajar dapat digunakan oleh pembelajar yang mengalami gang-guan penglihatan dan pendengaran? Kriteria Navigasi dan Kendali Dapatkah pembelajar menentukan urutan dan kecepatan sajian materi pem-belajaran? Dapatkah pembelajar mengendalikan komponen media yang dijalankan atau dihentikan (misalnya bunyi, lagu)? Apakah mekanisme navigasi dan akses mencukupi sehingga pembelajar da-pat menemukan isi materi tertentu? Apakah tiap bagian merupakan self-contained sehingga pembelajar dapat mengurutkan bagian-bagian sendiri tanpa kehilangan pemahaman? Apakah pembelajar selalu mengetahui sedang dimana mereka berada (dalam urutan materi pembelajaran)? Kriteria Motivasi Apakah pada awal pembelajaran pembelajar mendapat penjelasan apa yang akan didapat dengan mengikuti pembelajaran ini? Apakah pada setiap bagian atau unit pembelajaran dijelaskan apa yang akan diperoleh dengan mempelajari unit ini? Apakah tingkat kesulitan pembelajaran ini tidak terlalu sulit atau terlalu mudah sehingga memberikan tantangan kepada pembelajar? Apakah rancangan visual (warna, tata letak, dst.) menarik pembelajar pada awal pembelajaran dan sepanjang pembelajaran? Kriteria Kolaboratif dan Konstruktif Apakah kegiatan pembelajaran melibatkan pembelajar secara aktif, misalnya, dengan penugasan yang memerluka penerapan yang dipelajari kedalam situ-asi praktis? Apakah tersedia fasilitas yang memungkinkan pembelajar berinteraksi dengan pengajar dan dengan pembelajar lainnya? Apakah pembelajar dimungkinkan untuk menentukan apa yang akan dipela-jari? Apakah terdapat kesempatan untuk bekerja dalam kelompok? Apakah terdapat feature yang mendorong pembelajar merefleksikan hasil be-lajar, misalnya dalam suatu blog? Apakah materi ajar dikaitkan dengan kehidupan pekerjaan/kegiatan sehari-hari pembelajar? Apakah pembelajar dimungkinkan untuk memilih tugas yang bermakna bagi-nya? Pada ceklis di atas, makin banyak jawaban "Ya" terhadap tiap butir kri-teria e-learning, semakin baik e-learning tersebut. Untuk pengolahan data, "Ya" dapat diberi angka 1 dan "Tidak" diberi angka 0. Dengan demikian skor yang diperoleh dengan menjumlahkan tiap butir pada ceklis akan menunjuk-kan kualitas e-learning yang dievaluasi. Untuk evaluasi formatif, skor yang rendah menunjukkan masih banyak aspek yang perlu diperbaiki. Untuk eva-luasi summatif, misalnya untuk memutuskan membeli atau tidak membeli pa-ket e-learning, maka skor yang tinggi mengarahkan pada membeli produk tersebut, sedangkan skor rendah mengarahkan pada tidak membeli produk tersebut. Tugas Kunjungi situs yang mengelola e-learning. Usahakan Anda dapat akses untuk mencoba mempelajari bahan ajar yang disediakan. Gunakan Ceklis Evaluasi e-learning untuk mengevaluasi e-learning tersebut. Diskusikan de-ngan peserta yang lain dalam suatu kelompok: BAB III PERKEMBANGAN DAN PEMANFAATAN INTERNET DALAM PEMBELAJARAN A. Perkembangan Internet Setelah membahas pengertian e-learning, pada bagian ini Anda akan mempelajari perkembangan dan manfaat internet dalam pembelajaran. Anda sebagai pengawas sekolah diharapkan dapat termotivasi untuk mempelajari materi lebih lanjut. Di masa depan, tidak terhindarkan bahwa sekolah-sekolah akan menggunakan e-learning untuk sebagian kecil atau sebagian besar pem-elajarannya. Dalam perkembangan teknologi saat ini, yang dimaksud "masa depan" biasanya adalah waktu yang tidak lama lagi akan terwujud. Siapa di antara kita yang dapat menduga sepuluh tahun yang lalu mengenai meluasnya penggunaan telepon genggam seperti yang terjadi pada saat ini? Internet me-luas dengan cepat. International Telecommunication Union (1999) melapor-kan bahwa untuk mencapai 50 juta pengguna dibutuhkan 74 tahun untuk tek-nologi telepon, 38 tahun untuk radio, 16 tahun untuk PC, 13 tahun untuk TV, dan hanya 4 tahun untuk internet, seperti yang tampak pada Gambar 1. Gambar 3.1 Waktu yang Dibutuhkan untuk Mencapai Pengguna 50 Juta Orang Dalam bidang pengajaran, apa yang membuat teknologi internet begitu cepat berkembang dibandingkan teks, audio, video, komputer atau PC? Ini ti-dak lepas dari kemampuan internet dalam menangani modus pembelajaran seperti presentasi, demonstrasi, latihan berulang (drill & practice), interaktif, dan kolaboratif, seperti yang terlihat pada Tabel 1. Hal ini terjadi karena in-ternet merupakan teknologi yang dapat menyampaikan pesan secara multime-dia. Teks, suara (audio), gambar diam (ficture), gambar bergerak (video), ani-masi dapat disampaikan melalui internet. Perlu diperhatikan bahwa semua kemampuan tersebut adalah hanya merupakan potensi dari teknologi internet. Semua potensi tersebut dapat terimplementasikan atau tidak dalam pembela-jaran tergantung pada perancang pembelajaran dalam e-learning. Tabel 3.1 Potensi Teknologi untuk Berbagai Modus Pembelajaran Teknologi Modus Pembelajaran Teks Audio Video Komputer (PC) Internet Presentasi V V V V V Demonstrasi V V V V V Latihan Berulang (Drill & Practice) V V V Interaksi V V Kolaborasi V Dari Tabel 1 tampak bahwa pembelajaran dengan modus presentasi dan demonstrasi dapat dilakukan untuk semua teknologi yang tersedia untuk pem-belajaran. Tampak pula bahwa teknologi internet merupakan teknologi satu-satunya yang dapat menangani semua modus pembelajaran. Modus pembela-jaran terkait dengan peranserta guru atau pembelajar dalam pembelajaran. Modus pembelajaran presentasi lebih banyak memberikan peran serta kepada guru dibandingkan yang terjadi pada modus pembelajaran lainnya. Sebalik-nya, modus pembelajaran kolaboratif lebih banyak memberikan peran serta kepada pembelajar. Dalam sistem penyelenggaraan pendidikan terdapat empat komponen, yaitu pembelajar, sumber belajar, konteks, dan pengelola belajar (Dorn, 2002). Yang membedakan sistem pembelajaran konvensional dengan pembelajaran dalam e-learning terletak pada komponen konteks. Konteks dibentuk oleh su-atu lingkungan belajar. Dalam lingkungan e-learning, beberapa unsur dalam pendidikan konvensional dapat dipertanyakan atau bahkan dihilangkan. Ke-butuhan gedung kuliah yang luas dan jadwal perkuliahan yang merepotkan dapat dihindari. Komunikasi dapat dikendalikan oleh pembelajar, bukan oleh kehadiran pengajar. E-learning, dengan demikian, meminimalkan beberapa kebutuhan seperti pada pendidikan konvensional, dan memungkinkan lemba-ga pendidikan mengkonsentrasikan diri pada fungsi utama pendidikan, yaitu memfasilitasi dan mengelola belajar. Dengan demikian, e-learning dapat di-pandang sebagai suatu konteks pembelajaran, bukan hanya alat pembelajaran. Ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lewis dan Romiszowski (1996: p. 14) mengenai Computer Mediated Communication (CMC) bahwa "when CMC networking begins to be used seriously, the nature of the teaching and learning environment is inevitably changed". Jadi, penerapan e-learning akan mengubah lingkungan belajar. Sejalan dengan itu, Levin (1995) menyatakan bahwa interaksi dalam jaringan elektronik berbeda dalam beberapa hal dengan interaksi konvensional, sehingga memerlukan struktur sosial yang berbeda pula untuk mewadahinya. Dari sudut pandang paedagogis, pertanyaan utama yang perlu diajukan adalah bagaimana mengatur e-learning melalui penerap-an prinsip-prinsip rancangan pembelajaran sehingga perubahan lingkungan belajar yang terjadi merupakan lingkungan belajar yang lebih efektif? Dengan demikian, jelas bagi kita bahwa e-learning hanyalah alat atau teknologi. Teknologi tersebut tak pernah dapat meningkatkan mutu pembela-jaran tetapi menciptakan peluang untuk melaksanakan pembelajaran yang va-riatif dan bersifat multimedia. Perancang pembelajaranlah yang akan menen-tukan apakah pembelajaran lebih banyak memberikan ruang untuk peran ser-ta guru atau pembelajar. Rancangan pembelajaran yang sesuai dengan kondi-si pembelajar memerlukan kajian yang didasarkan pada pendekatan sistem dan kaidah-kaidah ilmiah. Untuk itu, penggunaan teknologi dalam pembela-jaran perlu dilandasi oleh teori pembelajaran yang sesuai untuk menumbuh-kembangkan kompetensi pembelajar. Dengan demikian, jelas bahwa peneka-nan pada e-learning atau belajar elektronik adalah pada "belajar" bukan pada "elektronik". B. Pemanfaatan Internet dalam Pembelajaran. Saat ini, Internet semakin mudah diakses baik oleh suatu organisasi, institusi maupun individu. Hal itu berakibat semakin banyak pula resources yang tersedia di Internet. Oleh karena bukanlah hal yang luar biasa apabila Internet sekarang ini menjadi resources utama dalam dunia pendidikan. Pe-manfaatan internet dalam pembelajaran antara lain dapat diberupa: e-mail, news group(mailing list), mentransfer file, chatting, pencarian informasi/sum-ber belajar, teleconference, dsb. Dengan Internet membantu para guru, pengawas maupun tenaga kepen-didikan yang lain dalam mencari sumber-sumber pembelajaran dari seluruh dunia, baik itu berupa rencana pembelajaran, artikel-artikel, soal-soal, dan se-bagainya, sehingga akan bermanfaat sekali untuk pengayaan materi pelajaran dan sekaligus memudahkan guru atau pengawas dalam mencari segala infor-masi. Adapun langkah-langkah yang diperlukan dalam mencari informasi se-bagai berikut. a. Pilih salah satu web browser b.Pilih web site yang akan digunakan, misal Yahoo Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Satu artikel yang telah diperoleh di Internet akan kita perlukan, maka kita perlu menyimpan secara langsung (men-download) artikel tersebut atau meng-copynya. Untuk menyimpan artikel yang kita inginkan dapat dilakukan dengan: Gambar 3.7 Gambar 3.8 Gambar 3.9 Gambar 3.10 Gambar 3.11 Tugas Kunjungilah suatu web browser yang ada (yahoo, google, atau yang la-innya). Pada kotak dialog, ketik keywords dengan informasi yang ingin Anda cari terkait dengan mata pelajaran/rumpun mata pelajaran tugas Anda. Coba kunjungi beberapa situs yang menurut Anda relevan, dan coba untuk menyim-pan atau meng-copynya dalam komputer atau flash disc. C. Pencarian Bahan Ajar/Informasi Melalui Internet Bertualang menjelajahi internet melalui layanan web (biasa disebut surfing) dapat dilakukan dengan memanfaatkan suatu program khusus di in-ternet "search engine" atau mesin pencarian. Search engine disediakan Cara penggunaan search engine sangat sederhana, yaitu: Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran berpe-ran sebagai wahana penyalur pesan atau informasi belajar sehingga mengkon-disikan seseorang untuk belajar. Salah satu cara dalam memilih media pem-belajaran yang tepat dapat dirumuskan dalam satu kata ACTION, yaitu akro-nim dari; access, cost, technology, interactivity, organization, dan novelty. Komputer merupakan jenis media yang dapat menyediakan respon yang se-gera terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh siswa. Bentuk-bentuk aplikasi komputer sebagai media di antaranya: (1) multimedia presentasi, (2) CD mul-timedia interaktif, dan (3) Video pembelajaran. Beberapa poin dari pemaparan tentang pembelajaran e-learning sebagai salah satu metode pembelajaran mutakhir melalui penggunaan teknologi in-ternet adalah sebagai berikut: (1) teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran di SMP/MTs menjadi sebuah terobosan baru dalam mengembang-kan kualitas pendidikan di Indonesia; (2)E-learning adalah pembelajaran me-lalui jasa elektronik dengan memanfaatkan teknologi komputer, jaringan kom-puter dan/atau internet yang dapat menjawab tantangan globalisasi, dimana e-learning menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang mutakhir karena ke-unggulan yang dimilikinya; (3) suksesnya program e-learning sangat tergan-tung pada: tersedianya infrastruktur pendukung, kemampuan dan keterampil-an guru yang mengoperasikannya, kebijakan pengawas sekolah SD/MI-SMP/ MTs yang mendukung pelaksanaan program e-learning, Dalam pemanfaatan e-learning hendaknya pengawas sekolah melakukan studi kelayakan yang memadai seperti kelayakan teknologi, ekonomis atau tidaknya pembelajaran e-learning serta keberterimaan pembelajaran e-learning di SD/MI-SMP/MTs. Aplikasi dan materi pembelajaran e-learning hendaknya dikembangkan sesu-ai kebutuhan sekolah; (4) bertualang menjelajahi internet melalui layanan web dapat dilakukan dengan memanfaatkan suatu program khusus di internet "search engine" atau mesin pencarian. Search engine disediakan DAFTAR PUSTAKA Anderson, T. & Elloumi, F. 2004. Theory and practice of online learning. Athabasca University. Barker, P. 1999. Mental models and network pedagogy. Makalah yang disam-paikan pada konferensi internasional Enabling Network-Based Learning, Finland, June 2- 5. Dron, J. 2002. Achieving self-organisation in network-based environment. Disertasi tidak dipublikasikan. University of Brighton. Haddad, W. D., & Draxler, A. 2002. Technologies for education. Paris: UNESCO. Janicki, T.N., G.P. Schell & J. Weinroth. 2002. Development of a model for computer supported learning systems. Available: [Http://www.ao.uiuc.edu/ljet/v3n1/janick] Kolb, D. 1985. Learning style inventory. Boston, MA: McBer and Company. http://www.coe.iup.edu/rjl/instruction/cm150/selfinterpretation/kolb.htm Levin, J.A. 1995. Organizing educational network interactions: steps towards a theory of network-based learning environments. Available: [Http://frs.ed.uiuc.edu/Guidelines/Levin-AERA-18Ap96.html]
Pengertian Teknologi .................................................... 3
Pengertian Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran .... 4
1. Pengertian E-Learning ……………………………….. 8
learning .................................................................. 10
Pengertian Teknologi
pengelolaannya (Hoba, 1997). Lebih lanjut pengertian teknologi di-definisikan sebagai penerapan dari ilmu atau pengetahuan lain yang terorga-nisir ke dalam tugas-tugas praktis (Galbraith, 1977).
Pengertian Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran
1. Pengertian E-Learning
assessment, animasi pendidikan, simulasi, permainan, perangkat lunak manajemen pembelajaran, dan lain sebagainya. Juga dapat berupa kombinasi dari penggunaan media yang berbeda (Thomas Toth, 2003).
Cara Pembelajaran dengan E-learning
era of teacher. Kini proses be-lajar dan mengajar banyak didominasi oleh peran guru dan buku (the era of teacher and book) dan pada masa mendatang proses belajar dan mengajar akan didominasi oleh peran guru, buku, dan teknologi (the era of teacher, book and technology).
dikemas saja dalam satu wadah (baca komputer) agar yang memerlukannya tidak harus ke sana kemari. Di benak Bill Gates saat itu ia memimpikan 'how to create a tool for the information era that could magnify the brain power instead of just muscle power' (bagaimana menciptakan se-buah alat untuk era informasi yang bisa memperbesar otak selain tenaga). Se-jak itulah The Saga of Microsoft mulai digarap. Bill Gates akhirnya menjadi orang yang sangat produktif dan output oriented. Menurut Robert Heller yang menulis buku tentang Bill Gates menyatakan bahwa Bill Gates selalu bilang "Turn your vision into reality". Itulah sebabnya program-program yang ada di Microsoft selalu dibuat user friendly. Berkat jasa Bill Gates inilah maka e-learning berkembang seperti sekarang ini.
course karena aplikasinya memanfaatkan jasa internet.
virtual), atau pembelajaran berbasis WWW (WWW based instruction). Semua istilah tersebut menyiratkan penger-tian bahwa pembelajar terpisah dari pengajar secara jarak jauh, pembelajar menggunakan teknologi untuk mengakses bahan ajar, pembelajar mengguna-kan teknologi internet untuk berinteraksi dengan pengajar dan pembelajar yang lain, dan terdapat bantuan belajar yang disediakan bagi pembelajar. Anderson & Elloumi (2004) mendefinisikan e-learning sebagai penggunaan internet untuk mengakses bahan ajar, berinteraksi dengan isi bahan ajar, pengajar dan peserta ajar lainnya, dan mendapatkan bantuan belajar selama proses pembe-lajaran, untuk dapat memperoleh pengetahuan, mengkonstruksi pemahaman, dan bertumbuh kembang melalui pengalaman belajar.
a. Teori Belajar dalam Sistem Pembelajaran E-learning
b. Implikasi Teori Belajar Perilaku terhadap E-learning
Penafsiran Hasil:
Jawaban B = Abstract Conceptualization (AC)
Jawaban C = Active Experimentation (AE)
Jawaban D = Reflective Observation (RO)
Active Experimentation (AE). Orang seperti ini kuat dalam hal penerapan praktis dari idea-idea. Orang dengan gaya belajar ini cocok untuk situasi dengan satu jawaban yang benar. Penelitian terhadap gaya belajar ini memperlihatkan bahwa Converger relatif tidak emosional, le-
Reflective Observation (RO). Diverger memiliki ka-rakteristik berlawanan dengan converger. Kekuatan Diverger terletak pada kreativitas dan kemampuan imajinatif. Orang dengan gaya belajar ini memi-liki kelebihan dalam kemampuan melihat situasi konkrit dari berbagai per-spektif dan menurunkan gagasan-gagasan. Penelitian memperlihatkan bahwa Diverger tertarik dengan orang-orang dan cenderung imajinatif dan emosio-nal. Mereka cenderung tertarik pada seni. Konselor, spesialis pengembangan organisasi, dan manager personalia cenderung ditempati oleh orang dengan gaya belajar ini.
Active Experimentation (AE). Accommodator berlawanan dengan assimilator. Kekuatan Accomodator terletak pada imple-mentasi rencana dan percobaan-percobaan. Mereka pengambil risiko dan mumpuni dalam situasi yang memerlukan keputusan dan penyesuaian yang cepat. Mereka sering menyelesaikan masalah melalui coba-coba. Latar pendi-dikan mereka biasanya bidang-bidang parktis seperti bisnis atau pendidikan. Mereka menyukai pekerjaan yang berorientasi tindakan seperti perawat, guru, pemasaran, atau penjual.
CoFind sering disebut sebagai lingkungan e-learning yang dapat menyesuaikan diri terhadap kebutuhan pebelajar. Pengor-ganisasian bahan ajar akan mengikuti preferensi pebelajar.
Save As
untuk membantu para pengguna internet menemukan suatu topik atau informasi ter-tentu dengan cepat dan efektif.
untuk mem-bantu para pengguna internet menemukan suatu topik atau informasi tertentu dengan cepat dan efektif.
Lamberski, R. (2002). Kolb learning style inventory. Available at
Minggu, April 05, 2009
Latar Belakang ................................................................... 1
Kompetensi yang Hendak Dicapai ..................................... 1
Indikator Pencapaian Kompetensi ...................................... 2
TIK DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN..... 3
Dimensi Kompetensi
Kompetensi yang Hendak Dicapai.
Indikator Pencapaian.
Memahami spektrum perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Memahami manfaat teknologi informasi dan komunikasi dalam pembela-jaran.
Merancang model/contoh pembelajaran berbasis TIK (e-learning).
Penjelasan tentang dimensi kompetensi, indikator, alokasi waktu dan skenario pendidikan dan pelatihan TIK dalam pembelajaran.
Eksplorasi pemahaman peserta berkenaan dengan TIK dalam pembe-lajaran melalui pendekatan andragogi.
Penyampaian Materi Diklat:
Menggunakan pendekatan andragogi, yaitu lebih mengutamakan pengungkapan kembali pengalaman peserta pelatihan, menganali-sis, menyimpulkan, dan mengeneralisasi dalam suasana diklat yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna. Per-anan pelatih lebih sebagai fasilitator.
Diskusi tentang indikator keberhasilan TIK dalam Pembelajaran.
Praktik/Simulasi penyusunan langkah-langkah pembinaan/super-visi guru dalam pemilihan TIK dalam pembelajaran.
Refleksi bersama antara peserta dengan pelatih mengenai jalannya pe-latihan TIK dalam pembelajaran
Teknologi berfungsi sebagai alat (tool), yaitu alat bantu bagi pengguna (user) atau siswa untuk membantu pembelajaran, misalnya dalam mengo-lah kata, mengolah angka, membuat unsur grafis, membuat data base, membuat program administratif untuk siswa, guru, dan staf, data kepega-waian, keuangan, dan sebagainya.
Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science). Dalam hal ini teknologi sebagai bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh sis-wa, misalnya dalam pembelajaran di sekolah sesuai kurikulum 2006 ter-dapat mata pelajaran TIK sebagai ilmu pengetahuan yang harus dikuasai siswa semua kompetensinya.
E-learning dapat mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih ekonomis (dalam kasus tertentu).
E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan atau mater, peserta didik dengan guru maupun sesama peserta didik.
Peserta didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang, dengan kondisi yang demi-kian itu peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran
Guru akan lebih mudah melakukan alternatif bahan-bahan belajar yang mutakhir sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuwan, mengembang-kan diri atau melakukan penelitian guna meningkatkan wawasannya, dan mengontrol kegiatan belajar peserta didik.
Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana sa-ja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
Keterbatasan jumlah komputer yang dimiliki oleh sekolah akan mengham-bat pelaksanaan e-learning.
Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggu-nakan ICT.
Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya nilai dalam proses belajar dan mengajar.
Apakah secara teknis dapat dilaksanakan (technically feasible) misalnya jaringan internet bisa dipasang, apakah infrastruktur pendukungnya seper-ti telepon, listrik, komputer tersedia, apakah tenaga teknis yang bisa meng-operasikannya tersedia, dan lain sebagainya.
Apakah secara ekonomis menguntungkan (economically profitable) misal-nya dengan adanya e-learning dapat memberikan keuntungan.
Apakah secara sosial penggunaan e-learning tersebut diterima oleh ma-syarakat (socially acceptable)
Course Content and Learning Unit Analysis seperti isi pelajaran, cakupan dan topik yang relevan.
Learner Analysis, seperti latar belakang pendidikan siswa, usia, seks, sta-tus pekerjaan, dan sebagainya.
Learning Context Analysis, seperti kompetisi pembelajaran yaitu menge-nai apa yang diinginkan hendaknya dibahas secara mendalam pada bagian ini.
State Instructional Objectives. Tujuan instruksional ini dapat disusun ber-dasarkan hasil dari analisis instruksional.
Construct Criterion Test Items. Penyusunan tes ini dapat didasarkan dari tujuan instruksional yang telah ditetapkan
Select Instructional Strategy. Strategi instruksional dapat ditetapkan berda-
Masalah akses untuk bisa melaksanakan e-learning seperti ketersediaan jaringan internet, listrik, telepon dan infrastruktur yang lain.
Masalah ketersediaan software (piranti lunak). Bagaimana mengusahakan piranti lunak yang tidak mahal.
Masalah dampaknya terhadap kurikulum yang ada.
Masalah skill dan knowledge.
Attitude (perilaku) terhadap ICT.
Discussion Forum.
Pebelajar perlu diberikan secara eksplisit hasil belajar yang menjadi tu-juan pembelajaran sehingga mereka dapat menyiapkan harapan dan dapat menimbang untuk diri sendiri apakah mereka telah mencapai tujuan terse-but atau belum mencapainya pada saat pembelajaran berlangsung.
Pebelajar perlu diuji untuk menentukan apakah mereka telah mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu, online testing atau bentuk tes lainnya per-lu diintegrasikan ke dalam pembelajaran supaya dapat memeriksa keterca-paian tujuan pembelajaran dan memberikan umpan balik yang cocok.
Bahan ajar perlu diurutkan sedemikian rupa sehingga memudahkan pebe-lajar untuk mempelajarinya. Urutan bahan ajar tersebut adalah dari mudah ke sulit, dari yang diketahui ke yang tidak diketahui, dari pengetahuan ke penerapan.
Pebelajar perlu disediakan umpan balik sehingga mereka dapat meman-tau proses belajar dan mendapatkan perbaikan bilamana diperlukan.
Rancang strategi untuk menarik perhatian sehingga pebelajar dapat mem-persepsi informasi yang disajikan. Misalnya, dalam e-learning, informasi penting ditempatkan pada posisi tengah-tengah layar komputer, meman-faatkan atribut layar komputer (warna, grafik, ukuran teks, jenis teks), ke-cepatan penyajian informasi, atau jenis media (audio, visual, animasi, vi-deo).
Supaya pebelajar memfokuskan perhatian pada hal-hal yang menjadi tu-juan kompetensi pada e-learning, tujuan kompetensi tersebut perlu diin-formasikan secara eksplisit kepada pebelajar. Informasikan pula penting-nya tujuan kompetensi tersebut untuk memotivasi.
Hubungkan bahan ajar yang merupakan informasi baru bagi pembelajar dengan pengetahuan yang telah dikuasai sebelumnya oleh pembelajar. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan advance organizer untuk mengaktifkan struktur kognitif. Gunakan juga pertanyaan-pertanyaan un-tuk mengaktifkan struktur koginitif yang relevan.
Informasi perlu dipenggal-penggal untuk memudahkan pemrosesan dalam memori jangka pendek. Sajikan 5 sampai 9 butir informasi dalam satu la-yar komputer. Jika terdapat banyak sekali butir informasi, sajikan infro-masi tersebut dalam bentuk peta informasi. Beberapa peta informasi ada-lah seperti pada Gambar 5.
Untuk memfasilitasi pebelajar memproses informasi secara mendalam, pebelajar perlu didorong supaya mengembangkan peta informasi pada saat pembelajaran atau sebagai kegiatan merangkum setelah pembelajaran.
Supaya pebelajar memproses informasi secara mendalam, pebelajar perlu disiapkan latihan yang memerlukan penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kegiatan tersebut akan mentransfer secara efektif informasi kedalam memori jangka panjang.
Bahan ajar pada e-learning perlu mengakomodasi gaya belajar pebela-jar. Pembelajar dengan gaya belajar Converger perlu diberi bahan ajar yang menekankan pada penerapan konsep. Pebelajar dengan gaya bela-jar Diverger perlu diberi bahan ajar yang memerlukan pengembangan da-ri pembelajar untuk menghasilkan konsep-konsep. Pebelajar dengan gaya belajar Assimilator perlu bahan ajar yang bersifat teori dan menyaji-kan sintesis berbagai konsep. Pembelajar dengan gaya belajar Accomodator memerlukan isi bahan ajar yang terkait dengan pemecahan masalah dalam
Informasi perlu disajikan dalam berbagai media untuk mengakomodasi perbedaan individual pebelajar dan memudahkan transfer ke memori jangka panjang. Untuk itu, gunakan berbagai media tekstual, verbal, dan visual.
Motivasi sangat penting dalam belajar. Motivasi mendorong pebelajar mempersepsi informasi dalam bahan ajar. Sebagus apa pun rancangan ba-han ajar, jika pebelajar tidak termotivasi maka tidak akan terjadi peristi-wa belajar karena pebelajar tidak akan mempersepsi informasi dalam bahan ajar tersebut. Untuk itu, gunakan model ARCS – attention, relevance, confidence, satisfaction yang diajukan oleh Keller (1983).
Belajar sebaiknya merupakan suatu proses yang aktif. Pebelajar perlu ter-libat secara aktif dalam kegiatan yang bermakna untuk menghasilkan pe-mrosesan taraf tinggi yang memfasilitasi pembentukan pengertian perso-nal pebelajar. Meminta pebelajar menerapkan yang dipelajari ke dalam situasi praktis merupakan proses aktif. Hal seperti ini akan memfasilitasi penafsiran personal pebelajar dan relevansi antara yang dipelajari dengan situasi nyata.
Pebelajar difasilitasi untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri bukan menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Konstruksi pe-ngetahuan difasilitasi oleh pembelajaran yang interaktif. Pada pembela-jaran yang interaktif, pebelajar berinisiatif untuk belajar dan berinteraksi dengan pebelajar yang lain atau dengan guru. Pada pembelajaran yang in-teraktif, kapan dan apa yang akan dipelajari dikendalikan oleh pebelajar.
Pebelajar perlu didorong untuk belajar kolaboratif dan untuk belajar kons-truktif. Bekerja dengan pebelajar yang lain dalam suatu kelompok mem-berikan pengalaman nyata dan pebelajar mendapat manfaat dari kelebihan pebelajar lain dalam kelompok.
Pebelajar perlu diberikan kendali terhadap proses belajar. Bila pebelajar dibolehkan untuk menentukan tujuan pembelajaran maka pembelajar per-lu mendapatkan bimbingan dari guru.
Pembelajar perlu diberi kesempatan untuk merefleksikan pengalaman be-lajarnya. Pebelajar dapat diminta untuk membuat jurnal belajar selama proses belajar untuk mendorong mereka berrefleksi.
Belajar perlu dibuat bermakna bagi pebelajar. Bahan ajar perlu mencakup contoh-contoh yang terkait dengan pebelajar sehingga mereka dapat me-maknai informasi yang disajikan. Tugas-tugas perlu memungkinkan pe-belajar memilih kegiatan yang bermakna bagi mereka.
Belajar perlu interaktif untuk mengembangkan belajar dengan taraf yang lebih tinggi. Interaksi juga memunculkan perasaan kehadiran guru dan kelompok belajar. Pebelajar berinteraksi dengan bahan ajar, guru, dan pe-belajar lainnya. Menurut Garrison (1999) rancangan pembelajaran yang menghadirkan interaksi antara pebelajar dengan bahan ajar, guru, dan pe-belajar lainnya merupakan pengalaman belajar yang signifikan.
Rancangan perlu menarik perhatian pengguna melalui penerapan rancang-an yang mudah dipahami, alat navigasi yang konsisten, dan pribadi – yai-tu dapat membuat pengguna merasa rancangan tersebut dibuat khusus un-
Rancangan menginformasikan pada pebelajar mengenai tujuan pembe-lajaran.
Rancangan menyajikan daftar prasyarat yang perlu dikuasai sebelum me-ngikuti suatu sesi.
Rancangan dapat memelihara minat dan keterlibatan pembelajar melalui beragam jenis sajian (teks, grafik, video, dan suara).
Rancangan menyediakan umpan balik melalui menu bantuan, dan kemam-puan untuk mengajukan pertanyaan.
Rancangan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan individual pembelajar dengan menyajikan banyak cara untuk menyajikan suatu konsep.
Rancangan mampu memperkuat kinerja pebelajar melalui ajuan masalah dan tugas-tugas.
Rancangan menyediakan penilaian kinerja melalui pengujian.
Rancangan memiliki fasilitas pemantau dan pencatat kemajuan ins-truktur.
Dalam rancangan seyogyanya menghindari pengajaran yang bersifat ter-lalu menjelaskan (instructivist) untuk hal-hal yang kurang penting, tetapi memberikan tekanan yang lebih besar pada pendekatan belajar konstruk-tif.
Pebelajar disediakan lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi terben-tuknya kelompok belajar sehingga pebelajar dapat memperoleh bantuan belajar melalui jaringan dalam kelompoknya.
Pebelajar disediakan kemudahan akses yang lebih besar untuk menghu-bungi staf akademik (pengajar) melalui jaringan elektronik.
Pebelajar disediakan kemudahan untuk melakukan penilaian diri (self-assesment) dan melakukan pemantauan kemajuan belajarnya.
Kemudahan bagi pebelajar untuk memperoleh materi ajar dalam cara yang efektif dan memanfaatan kekayaan semua sumber belajar yang tersedia dalam jaringan, yang tidak mungkin diperoleh melalui penyajian di kelas konvensional.
Seandainya sebuah sekolah ditawari untuk membeli e-learning tersebut untuk diterapkan di sekolahnya, seandainya Anda sebagai pengawas se-kolah dimintai rekomendasi, apakah Anda akan memberikan rekomendai bahwa e-learning tersebut cukup berharga untuk dibeli?
Seandainya Anda menjumpai e-learning seperti yang Anda evalausi ini di sekolah yang pengawasannya ada di bawah Anda, apa saran perbaikan yang dapat Anda beriikan terhadap e-learning ini?
Tekan enter atau klik pada Yahoo! Search, maka akan muncul tampilan pada layar sesuai informasi yang kita inginkan
Klik pada artikel yang diingankan, misalkan pada situs no. 1 dengan judul "Contextual Teaching and Learning – US Departement of Education", maka artikel tersebut akan muncul pada layar.
Setelah itu akan muncul kotak dialog seperti Gambar 4.5 berikut. Artikel tersebut mau disimpan dimana, mau disimpan di disket, hardisk, atau yang lainnya.
Atau bisa juga dengan menggunakan klik kanan pada mouse, maka akan muncul kotak dialog seperti berikut
Pilih Select All, maka semua artikel akan diblok seperti pada tampilan berikut
Klik kanan menggunakan mouse pada artikel tersebut, dan akan muncul Gambar 4.8 kotak dialog seperti berikut, kemudian pilih Copy
Pilih salah satu program yang akan ditempati artikel tersebut, misal MS Word, kemudian klik kanan di mouse pada layar, maka akan muncul ko-tak dialog seperti Gambar 3.10.
Pilih Paste, maka pada layar akan muncul artikel yang telah di-copy seca-ra keseluruhan.
Jika hanya sebagian artikel yang akan di-copy, maka bagian artikel yang diinginkan diblok dan penyimpanan dilakukan seperti cara di atas.
Buka Internet Explorer dan ketik alamat situs penyedia search engine pada kolom Address Bar. Contoh: gunakan www.google.com, atau www.yahoo.com, lalu tekan Enter atau klik Go.
Setelah halaman situs Google tampil, klik kotak pencarian, ketik satu atau dua kata kunci topik/nama situs/kandungan materi yang dicari. Contoh: ketik kata media pembelajaran (gunakan huruf kecil agar hasil pencarian lebih optimal). Klik tombol Google Search di bawah kotak pencarian un-tuk menjalankan search engine.
Tunggu search engine melakukan proses pencarian hingga muncul tam-pilan daftar referensi link hasil pencarian.
Cobalah klik salah satu link situs hasil pencarian yang ada. Umumnya si-tus yang paling tinggi tingkat kunjungannya akan ditampilkan pada urut-an atas. Tunggu hingga halaman situs yang dipilih tampil, periksa infor- masi yang tersedia.
Jika isi informasi yang tampil tidak sesuai dengan yang dikehendaki atau kurang akurat, klik tombol Back pada daftar ikon perintah sehingga hala- man hasil pencarian search engine akan tampil kembali.
Klik salah satu link situs hasil pencarian lain dan dengan cara yang sama pengguna dapat mencoba melihat halaman situs hasil pencarian lainnya sampai materi informasi atau situs yang diharapkan telah ditemukan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar