Minggu, April 05, 2009



 


 


 


 


 

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


 


 


 


 


 


 


 


 


 

MANAJEMEN UNIT PRODUKSI/JASA

SEBAGAI SUMBER BELAJAR SISWA

DAN PENGGALIAN DANA PENDIDIKAN PERSEKOLAHAN


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN

DIREKTORAT JENDERAL

PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

TAHUN 2007

 

PENGANTAR


 


 

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah telah ditetapkan bahwa ada 5 (lima) dimensi kompetensi yaitu: Kepribadian, Manajerial, Kewirausahaan, Supervisi dan Sosial. Dalam rangka pembinaan kompetensi calon kepala sekolah/kepala sekolah untuk menguasai lima dimensi kompetensi tersebut, Direktorat Tenaga Kependidikan telah berupaya menyusun naskah materi diklat pembinaan kompetensi untuk calon kepala sekolah/kepala sekolah.

Naskah materi diklat pembinaan kompetensi ini disusun bertujuan untuk memberikan acuan bagi stakeholder di daerah dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/kepala sekolah agar dapat dihasilkan standar lulusan diklat yang sama di setiap daerah.

Kami mengucapkan terimakasih kepada tim penyusun materi diklat pembinaan kompetensi calon kepala sekolah/kepala sekolah ini atas dedikasi dan kerja kerasnya sehingga naskah ini dapat diselesaikan.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoi upaya-upaya kita dalam meningkatkan mutu tenaga kependidikan.


 

Jakarta, November 2007

Direktur Tenaga Kependidikan


 


 


 

Surya Dharma, MPA, Ph.D

NIP. 130 783 511

DAFTAR ISI


 

PENGANTAR        i

DAFTAR ISI        ii

DAFTAR GAMBAR        iv

DAFTAR TABEL        v

BAB I     PENDAHULUAN        1

A.    Latar belakang        1

B.    Dimensi Kompetensi        2

C.    Kompetensi yang Diharapkan Dicapai        2

D.    Indikator Pencapaian Hasil        3

E.    Alokasi Waktu        3

F.    Skenario        4


 

BAB II     KONSEP MANAJEMEN UNIT PRODUKSI        5

A.    Pengertian Manajemen        5

B.    Pengertian UP/J SMK/MAK        6

C.    Tujuan dan Manfaat UP/J SMK/MAK        7

D.    Prinsip-Prinsip Manajemen UP/J SMK/MAK        9

E.    Cara Pemperkuat Manajemen UP/J SMK/MAK        18


 

BAB III    PERENCANAAN UNIT PRODUKSI/JASA SMK/MAK        23


 

BAB IV    PELAKSANAAN UP/J SMK/MAK        51

A.    Pengorganisasian UP/J SMK/MAK        51

B.    Uraian Tugas Personil UP/J SMK/MAK        55

C.    Sistem Administrasi UP/J SMK/MAK        58

D.    Pelaksanaan UP/J SMK/MAK sebagai Sumber Pembelajaran Siswa        59

E.    Pelaksanaan UP/J SMK/MAK sebagai Salah Satu Sumber Pendanaan Pendidikan SMK/MAK        65

F.    Kepemimpinan Pembelajaran di UP/J SMK/MAK        71

G.    Kepemimpinan Intrapreneurship di UP/J SMK/MAK        73

H.    Upaya-upaya menumbuhkan Naluri Kewirausahaan        84

I.    Rangkuman        85


 

BAB V    PENGAWASAN UP/J SMK/MAK        86

  1. B.    Konsep Pengawasan UP/J SMK/MAK sebagai Sumber Pendanaan        89

    C.    Konsep Pembinaan UP/J SMK/MAK        92


 

BAB VI    PEMASARAN HASIL UP/J SMK/MAK        104

A.    Pengertian Pemasaran        104

B. Produk        105

C. Siklus Hidup Produk        110

D. Harga        112

E. Tempat        115

F.     Promosi        116

G. Tahap-Tahap Pemasaran        117

H. Survei Pasar        118

I.     Teknik Penjualan        120

J.     Rangkuman        120


 


 

DAFTAR GAMBAR


 

Gambar 4.1.     Alternatif 1 Struktur Organisasi UP/J        53

Gambar 4.2.     Alternatif 2 Struktur Organisasi UP/J        54

Gambar 4.3.     Alternatif 3 Struktur Organisasi UP/J        55

Gambar 6.1. Pemesaran dan Indikatornya (Overton, 2000)        104


 

 


 


 

Tabel 2.1.    Perbedaan Unit Produksi dengan Teaching Factory        7

Tabel 4.1.    Perbedaan Manajer, Enterpreneur dengan Intrapreneur        74


 


 


 


 


 

 

BAB I

PENDAHULUAN


 

Latar belakang

Persaingan yang dialami oleh tamatan SMK/MAK dalam memenangkan kesempatan kerja semakin hari semakin
ketat. Hanya mereka yang kompetenlah yang mampu memenangkan persaingan tersebut. Terlebih-lebih dalam menghadapi pasar global, di mana tenaga kerja dari negara manapun akan bebas bersaing di negara kita.

Sejalan dengan kondisi tersebut, SMK/MAK harus semakin siap membekali tamatannya dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja sehingga tamatannya benar-benar mampu bersaing dan siap memenangkannya.

Tujuan utama SMK/MAK adalah menyiapkan tamatan yang siap bekerja di bidangnya. Berkaitan dengan penyiapan tenaga kerja ini, secara eksplisit disebutkan dalam Peraturan pemerintah Nomor 29 tahun 1990 pada pasar 29 ayat 2, bahwa:

"untuk mempersiapkan siswa SMK menjadi tenaga kerja, pada SMK dapat didirikan Unit Produksi yang beropersional secara profesional" Untuk itu, SMK harus mampu memberi pengalaman belajar kepada siswanya agar menguasai kompetensi produktif secara profsional. Di samping itu, siswa juga harus diajari kewirausahaan agar tamatannya tidak hanya menjadi pencari kerja tetapi juga dapat menjadi pencipta lapangan kerja. Kompetensi kewirausahaan tersebut dapat diperoleh melalui pembelajaran di unit produksi/jasa sekolah. Manfaat unit produksi/jasa SMK/MAK adalah sebagai sumber belajar siswa dan pendanaan pendidikan.

Siswa-siswa belajar cara menghasilkan barang/jasa yang bernilai ekonomis sehingga laku dijual di pasaran. Pengalaman ini memberikan rasa percaya diri bagi siswa untuk berwirausaha kelak di samping siswa dan sekolah mendapatkan keuntungan finansial. Keuntungan finansial unit produksi/jasa ini dapat menjadi salah satu sumber pendanan pendidikan di SMK/MAK mengingat tingginya biaya praktik. Agar unit produksi/jasa sekolah dapat menjadi sumber pembelajaran dan pendanaan pendidikan maka perlu dikelola secara profesional.

Berdasarkan alasan di atas maka calon Kepala SMK/MAK perlu diberi diklat manajemen unit produksi/jasa sekolah. Manajemen UP/J SMK/MAK ialah perencanan, pelaksanaan, kepemimpinan, pengawasan, dan pemasaran di UP/J SMK/MAK.

Ruang lingkup manajemen UP/J SMK/MAK adalah: (1) Pengantar Manajemen UP/J SMK/MAK, (2) Perencanaan UP/J SMK/MAK, (3) Pelaksanaan UP/J SMK/MAK, (4) Kepemimpinan UP/J SMK/MAK, (5) pengawasan UP/J SMK/MAK, dan (6) pemasaran UP/J SMK/MAK. Materi pendidikan dan pelatihan ini disusun berdasarkan ruang lingkup tersebut dan dengan uraian berikut ini.


 

Dimensi Kompetensi


Dimensi kompetensi yang diharapkan dibentuk pada akhir pendidikan dan pelatihan ini adalah dimensi kompetensi majemen unit produksi.

Kompetensi yang Diharapkan Dicapai

  1. Memahami konsep manajemen UP/J SMK/MAK.
  2. Membuat perencanaan UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar dan pendanaan pendidikan.
  3. Melaksanakan UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar dan pendanaan pendidikan..
  4. Memiliki kepemimpinan UP/J SMK/MAK
  5. Mengawasi UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar siswa dan pendanaan pendidikan di SMK/MAK
  6. Memahami konsep pemasaran hasil UP/J SMK/MAK


 

Indikator Pencapaian Hasil

  1. Mampu memahami konsep manajemen UP/J SMK/MAK
  2. Mampu membuat perencanaan UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar dan pendanaan pendidikan.
  3. Mampu melaksanakan UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar dan pendanaan pendidikan.
  4. Mampu mengimplemetasikan kepemimpinan UP/J SMK/MAK.
  5. Mampu mengawasi UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar siswa dan pendanaan pendidikan.
  6. Mampu melaksanakan pemasaran UP/J SMK/MAK


 

Alokasi Waktu

No. 

Materi Diklat 

Alokasi 

1. 

Konsep Manajemen U/J SMK/MAK

5 jam 

2.

Perencanaan UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar dan pendanaan pendidikan.

7 jam

3.

Pelaksanaan UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar dan pendanaan pendidikan.

5 jam

4.

Kepemimpinan UP/J SMK/MAK.

4 jam

5.

Pengawasan UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar siswa dan pendanaan pendidikan.

5 jam

6.

Konsep pemasaran UP/J SMK/MAK

4 jam


 

Skenario

  1. Perkenalan
  2. Pejelasan singkat, jelas dan terarah tentang dimensi kompetensi, indikator alokasi waktu dan skenario pendidikan dan pelatihan menajemen kewirausahaan.
  3. Pre-test
  4. Eksplorasi pemehaman peserta berkenaan dengn seluk beluk unit produksi melalui pendekatan andragogi.
  5. Pendidikan dan pelatihan (diklat) ini diselenggarakan dengan menggunakan pendekatan andragogi. Pendekatan ini lebih mengutamakan pengungkapan kembali pengalaman peserta pelatihan, menganalisis, menyimpulkan, dan mengeneralisasi dalam suasana diklat yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna. Peranan pelatih lebih mengutamakan sebagai fasilitator.
  6. Diskusi tentang indikator keberhasilan pelaksanaan unit produksi
  7. Praktik ( Simulasi) unit produksi.
  8. Pelatih memberikan post test selama 10 menit.
  9. Penutuplatih


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB II

KONSEP MANAJEMEN UNIT PRODUKSI


 

  1. Pengertian Manajemen


 

Manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggeris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.

Manajemen menurut Mary Parker (Stoner & Freeman, 2000) ialah seni melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang (The art of getting things done through people). Meskipun banyak definisi manajemen yang telah diungkapkan para ahli sesuai pandangan dan pendekatannya masing-masing seperti: Barnard (1938), Terry (1960), Gray (1982), Manullang (1983), Gitosudarmo (1984), Sukiswa (1986), Siregar & Samadhi (1997), Hitt,et.al. (1989), Schermerhon (1996), Wright & Noe (1996), Fattah (1996), Matteson & Ivancevich (1996), Handoko (2003), Gibson (2003), Dressler (2003) dan Casio (2003); namun tidak satupun yang memuaskan. Walaupun demikian, esensi manajemen dapat dianggap baik sebagai proses (fungsi) maupun sebagai tugas (task).

Fungsi manajemen menurut Taylor adalah: Planning, Directing, and Organizing of work (PDO). Menurut Fayol, ada empat fungsi manajemen yaitu: Planning, Commanding, Coordinating, and Controlling yang disingkat PCCC. Sedangkan menurut Gulick, fungsi manajemen adalah Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, and Budgeting dengan akronim POSDCoRB. Terry menyatakan fungsi manajemen adalah Planning, Organizing, Actualizing, and Controlling (POAC).

Manajemen (pengelolaan) sebagai fungsi meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, kepemimpinan, pemantauan, supervisi, evaluasi pelaporan, dan tindak lanjut hasil (Gibson, 2003 & Husaini Usman, 2007). Tetapi liputan manajemen ini dapat lebih disederhanakan menjadi Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan (P3). Karena pengorganisasian dan kepemimpinan dapat dimasukkan dalam pelaksanaan. Sedangkan pemantauan, supervisi, evaluasi pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan dapat dimasukkan ke dalam pengawasan.

  1. Pengertian UP/J SMK/MAK

UP/J SMK/MAK ialah suatu proses kegiatan usaha yang dilakukan sekolah/madrasah secara berkesinambungan, bersifat akademis dan bisnis dengan memberdayakan warga sekolah/madrasah dan lingkungan dalam bentuk unit usaha produksi/jasa yang dikelola secara profesional (Bambang Sartono, 2006). Selanjutnya, ditambahkan Bambang Sartono (2006), UP/J SMK/MAK juga merupakan suatu usaha incorporated-enterpreuneur atau suatu wadah kewirausahaan dalam suatu organisasi yang memerlukan kewenangan khusus dari pimpinan sekolah kepada pengelola untuk melakukan tugas dan tanggungjawabnya secara demokratis. Karena UP/J SMK/MAK adalah wadah kewirausahaan di sekolah maka ia harus dikelola secara akademis/bisnis dan dilembagakan dalam suatu wadah usaha. Untuk mendukung pengertian tersebut, lebih lanjut Bambang menjelaskan perbedaan antara Unit produksi dengan Teaching Factory, sebagai berikut.


 

Tabel 2.1. Perbedaan Unit Produksi dengan Teaching Factory

Unit Produksi 

Teaching Factory

1.    Produk mendukung pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar

2.     Produksi bergantung pada idle capacity sekolah

3.     Harus melibatkan guru, siswa dan staf sekolah

  • Menekankan pada kualitas produk


     

  • Dapat diexpand tan-pa batas


     

  • Hanya melibatkan guru, siswa, staf sekolah yang profesional.

Bambang Sartono (2006).


 

  1. Tujuan dan Manfaat UP/J SMK/MAK

Tujuan UP/J SMK/MAK adalah untuk:

meningkatkan mutu tamatan dalam berbagai segi terutama dalam hal pengetahuan dan keterampilan;

  1. wahana pelatihan berbasis produksi/ jasa bagi siswa;
  2. wahana menumbuhkan dan mengembangkan jiwa wirausaha guru dan siswa pada SMK/MAK;
  3. sarana praktik produktif secara langsung bagi siswa;
  4. membantu pendanaan untuk pemeliharaan, penambahan fasilitas dan biaya-biaya operasional pendidikan lainnya;
  5. menambah semangat kebersamaan, karena dapat menjadi wahana peningkatan aktivitas produktif guru dan siswa serta memberikan 'income' serta peningkatan kesejahteraan warga sekolah;
  6. mengembangkan sikap mandiri dan percaya diri dalam pelaksanaan kegiatan praktik siswa;
  7. melatih untuk berani mengambil risiko dengan perhitungan yang matang;
  8. mendukung pelaksanaan dan pencapaian Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang seutuhnya;.
  9. memberikan kesempatan kepada siswa dan guru untuk mengerjakan pekerjaan praktik yang berorientasi pada pasar;
  10. meningkatkan kreativitas dan inovasi di kalangan siswa, guru dan manajemen sekolah;
  11. menumbuhkan sikap profesional produktif pada siswa dan guru;
  12. melatih siswa untuk tidak bergantung kepada orang lain, namun
  13. mandiri khususnya dalam mendapatkan kesempatan kerja;
  14. wadah Pendidikan Sistem Ganda (PSG) bagi siswa yang tidak mendapatkan tempat praktik kerja industri di dunia usaha dan industri;
  15. menjalin hubungan yang lebih baik dengan dunia usaha dan industri serta masyarakat lain atas terbukanya fasilitas untuk umum dan hasil-hasil produksinya;
  16. meningkatkan intensitas dan frekuensi kegiatan intra, ko, dan ekstra kurikuler siswa; dan
  17. membangun kemampuan sekolah dalam menjalin kerjasama sinergis dengan pihal luar dan lingkungan serta masyarkat luas.


(Dikmenjur, 2007).

Adapun Manfaat UP/J SMK/MAK

a.     Sebagai sumber belajar siswa.

b.     Sebagai salah satu sumber pendanaan pendidikan di SMK/MAK.


 

  1. Prinsip-Prinsip Manajemen UP/J SMK/MAK

Dalam mengelola UP/J SMK/MAK antara lain dapat menerapkan manajemen berbasis sekolah dengan prinsip:

  1. kemandirian
  2. akuntabilitas,
  3. tranparan,
  4. kemitraan,
  5. partisipasi.
  6. efektif,
  7. efisien.


 

  1. Kemandirian

Kemandirian ialah otonomi dalam mengatur diri sendiri secara merdeka (tidak tergantung pihak lain). Dengan otonomi yang lebih besar, manajer UP/J SMK/MAK akan mempunyai kewenangan yang lebih besar dalam mengelola UP/J SMK/MAK sehingga UP/J SMK/MAK lebih mandiri. Melalui kemandiriannya, UP/J SMK/MAK lebih berdaya dalam mengembangkan program-program sekolah sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki. Yang ada. Manajemen UP/J SMK/MAK dilakukan secara otonomi mengandung arti bahwa manajemen mampu memutuskan sendiri karena merekalah yang tahu yang terbaik bagi UP/J SMK/MAK-nya. Otonomi manajemen juga berarti mampu mengatasi masalahanya sendiri. Otonomi UP/J SMK/MAK yang terus menerus akan menjamin keberlangsung (sustainabilitas) dan pengembangan UP/J SMK/MAK.

Otonomi harus didukung antara lain oleh kemampuan: merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi, kepemimpinan transformasional, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, berkomunikasi, berkoordinasi secara sinerjis, dan melakukan perubahan organisasi organisasi (jujur, adil, demokratis, transparan, adaptif, antisipatif, memberdayakan sumberdaya yang ada, dan memenuhi kebutuhan sendiri).

Otonomi dalam manajemen UP/J SMK/MAK dapat memberikan pembelajaran bagi siswa SMK/MAK bahwa dalam berusaha janganlah menunggu perintah orang lain, mulailah dari diri sendiri karena diri sendirilah yang paling tahu apa yang terbaik bagi dirinya berdasarkan kemampuan dan kemauan yang dimiliki. UP/J SMK/MAK diharapkan mampu menghasilkan tamatan yang mandiri. Otonomi juga menuntut siswa agar mau berubah ke arah yang lebih baik dan menyadarkan siswa bahwa nasib tidak akan berubah kecuali oleh diri sendiri.


 

2.     Akuntabilitas

Akuntabilitas ialah pertanggungjawaban tertulis sekolah kepada stakeholder-nya. Semua kegiatan dalam mengelola UP/J SMK/MAK yang sudah dilaksanakan harus dilaporkan kepada stakeholder atau komite sekolah dalam suatu rapat sekolah sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan UP/J SMK/MAK. Selanjutnya, komite sekolah diberi kesempatan secukupnya untuk mempelajari Laporan Kinerja UP/J SMK/MAK untuk diterima atau ditolak. Adanya prinsip akuntabilitas dalam manajemen UP/J SMK/MAK dapat mengurangi bahkan menghindarkan kecurigaan telah terjadi KKN. UP/J SMK/MAK adalah milik sekolah dan menggunakan fasilitas dan dana milik sekolah dan atau milik investor. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya pihak manajemen melaporkan pemanfaatan fasilitas dan dana tersebut kepada pihak sekolah dan investor.

Penerapan prinsip akuntabilitas dalam manajemen UP/J SMK/MAK dapat memberikan pembelajaran bagi siswa SMK/MAK bahwa bahwa setiap mendapat tugas harus diselesaikan dengan penuh tanggung jawab dan mampu mempertangungjawabkan hasilnya kepada pihak pemberi tugas. Penyelesaian suatu pekerjaan harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan. UP/J SMK/MAK diharapkan mampu menghasilkan tamatan yang bertanggung jawab baik bagi dirinya maupun orang lain. Prinsip otonomi dalam manajemen UP/J SMK/MAK dapat menyadarkan siswa bahwa setiap manusia adalah pemimpin minimal memimpin dirinya sendiri dan setiap pemimpin diminta pertanggungjawabannya.

Akuntabiltas dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai salah satu sumber pendanaan pendidikan di SMK/MAK dapat menambah kepercayaan bagi warga sekolah, investor, mitra, dan pelanggan UP/J SMK/MAK untuk membantu fasilitas dan dana, serta menyalurkan, dan membeli barang/jasa yang dihasilkan UP/J SMK/MAK. Pelanggan tidak akan mau bekerja sama dengan UP/J SMK/MAK jika kurang ada rasa tanggung jawabnya.


 

3.     Transparan

Transparan ialah keterbukaan. Keterbukaan dalam manajemen UP/J SMK/MAK dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa saling curiga antara sekolah dengan stakeholder-nya. UP/J SMK/MAK yang dicurigai akan ditinggalkan stakeholder-nya. Stakeholder sekolah ialah orang-orang yang peduli dengan kemajuan sekolah. Stakeholder internal sekolah adalah: siswa, guru, wakil kepala sekolah, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya. Stakeholder eksternal sekolah antara lain adalah: orang tua/wali siswa, birokrat Dinas Pendidikan, tokoh masyarakat termasuk LSM, pengusaha, anggota profesi, dan alumni.

Keterbukaan merupakan awal dari kejujuran. Keterbukaan dalam arti bersifat proporsional yaitu tidak semua rahasia pribadi diungkapkan melainkan keterbukaan dalam manajemen dan keuangan UP/J SMK/MAK. Keterbukaan hanya akan efektif jika ada komunikasi yang efektif atau sebaliknya.

Penerapan prinsip keterbukaan dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar memberikan pembelajaran bagi siswa SMK/MAK bahwa dalam berwirausaha perlu keterbukaan karena keterbukaan berhubungan timbal balik dengan kejujuran. Kejujuran terletak dalam hati nurani. Dalam menjual barang/jasa ungkapkan bahwa produk kami/jasa kami memang bermutu tinggi dengan bukti-buktinya. Sebaliknya, jika ada produk/jasa yang cacat, sebutkan pula lengkap dengan potongan harganya. Esensi keterbukaan adalah berusaha atau berdaganglah dengan jujur. SMK/MAK menetapkan prosedur yang mengatur transparansi sistem evaluasi hasil belajar untuk penilaian formal yang berkelanjutan. Semua guru mengembalikan hasil kerja siswa yang telah dinilai. SMK/MAK menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional yang mengatur mekanisme penyampaian ketidakpuasan peserta didik dan penyelesaiannya mengenai penilaian hasil belajar.

Penerapan prinsip keterbukaan dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai salah satu sumber pendanaan di SMK/MAK adalah pengelola UP/J SMK/MAK terbuka terutama dalam hal keuangan UP/J SMK/MAK, terbuka dalam hal mutu yang dihasilkan UP/J SMK/MAK sehingga tidak mengecewakan pelanggan.


 

4.     Kemitraan

Kemitraan ialah kerja sama saling menguntungkan dalam hubungan setara dan interaktif, aktif, dan positif. Di lingkungan SMK/MAK, lembaga tempat bermitra disebut institusi pasangan. Dalam mengelola UP/J SMK/MAK, manajemen harus memikirkan dengan siapa akan bermitra karena bekerja sendiri-sendiri hasilnya cenderung lebih kecil dibandingkan dengan bekerja bersama-sama mitra (sinerjis). Kemitraan akan berjalan efektif bila saling untung (profit), saling kebersamaan (together), saling emphaty, saling membantu (assist), saling dewasa (maturity), saling berkeinginan (willingness), saling teratur (organization), saling menghormati (respect), dan saling berbaik hati (kindness) atau disingkap P-TEAMWORK (Fasli Jalal & Edy Supriyadi, 2006). Dengan adanya mitra maka UP/J SMK/MAK mungkin akan memiliki pemasok (supplayer) sumber daya manusia dan nonmanusia dan/atau pangsa pasar dan/atau penyalur (distributor) produk barang/jasa yang dihasilkan oleh UP/J SMK/MAK. Dalam melakukan kemitraan, keluarga, masyarakat, dan pemerintah melaksanakan fungsinya masing-masing sesuai dengan perannya masing-masing. Masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawabnya terhadap pendidikan (Husaini Usman, 2005).

Penerapan prinsip kemitraan dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar bagi siswa SMK/MAK dapat memberikan pelajaran dalam belajar dan berusaha: (1) binalah kemitraan melalui jaringan kerja (netwoking) dalam melakukan usaha, (2) bermitralah dengan prinsip saling menguntungkan, (3) mengetahui sumber daya yang akan dipasok mitra, dan (4) mengetahui apa yang dapat dilakukan mitra dalam memasarkan produk barang/jasa. Dalam penyusunan silabus untuk UP/J SMK/MAK, guru dapat bermitra dengan Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaranan (MGMP), Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) atau perguruan tinggi.

Penerapan prinsip kemitraan dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai salah satu sumber pendanaan pendidikan di SMK/MAK adalah UP/J SMK/MAK dapar dukungan sumberdaya manusia dan nonmanusia dari mitra atau industri pasangan dalam mengembangkan UP/J SMK/ MAK dan untuk menempatkan siswa SMK/MAK magang di tempat mitra atau industri pasangan.


 

5.     Partisipasi

Partisipasi ialah keterlibatan aktif stakeholder secara langsung dalam manajemen UP/J SMK/MAK yang dilandasi keyakinan bahwa bila stakeholder berpartisipasi maka mereka merasa dihargai. Manusia pada hakekatnya ingin memenuhi kebutuhannya dengan penghargaan (esteem need) (Maslow,1954). Jika manusia dihargai maka dia akan merasa dilibatkan. Jika manusia dilibatkan maka ia merasa bertanggung jawab dan berdedikasi. Jika manusia merasa bertanggung jawab dan berdedikasi maka ia merasa memiliki. Dalam melakukan partisipasi harus mempertimbangkan kompetensi, tenaga, dana, waktu stakeholder sesuai dengan relevansinya. Stakeholder bekerja bahu membahu secara profesional sebagai tim kerja yang sinergis dan solid. Untuk membuat stakeholder yang terlibat dan merasa memiliki terhadap perencanaan UP/J SMK/MAK, diperlukan suasana yang demokratis, dan stakeholder terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Prinsip ini menuntut para orang-tua dan guru mengerti segala kebutuhan yang terbaik untuk peserta didiknya, dan melalui satu usaha yang kooperatif, mereka dapat bahu membahu meningkatkan program-program yang tepat sesuai kebutuhan peserta didik (Duhou, 2002).

Penerapan prinsip partisipasi dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar adalah dalam belajar dan berusaha, siswa berpartisipasi aktif tidak bedrsikap pasif. Dalam menyusun silabus, SMK/MAK dapat mengundang kelompok kerja guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaranan (MGMP), Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) atau perguruan tinggi untuk meningkatkan partisipasi aktif. Peningkatan partisipasi stakeholder dalam penyelenggaraan sekolah akan mampu menciptakan keterbukaan, kerjasama yang kuat, akuntabilitas, dan demokrasi pendidikan. Keterbukaan adalah dalam hal program dan keuangan. Kerja sama ialah adanya sikap dan perbuatan lahiriyah kebersamaan/kolektif untuk meningkatkan kualitas sekolah. Kerjasama sekolah yang baik ditunjukkan oleh hubungan antar stakeholder yang erat, dan adanya kesadaran bersama bahwa output sekolah merupakan hasil kolektif kerja tim yang kuat dan cerdas (Depdiknas,2002). Pembelajaran partsipasi bagi siswa SMK/Mak bahwa dalam merencanakan usaha perlu ada dukungan aktif pihak lain karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.

Penerapan prinsip partisipasi dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai salah satu sumber pendanaan di SMK/MAK adalah UP/J SMK/MAK mendapatkan dukungan dana dan fasilitas lainnya dari mitra SMK/MAK.


 

6.     Efektif

Efektif ialah setiap upaya untuk mencapai hasil/output yang cocok/sesuai dengan persyaratan yang diinginkan/diharapkan para pelanggan. Rendah atau kurangnya keefektifan (effectiveness) diukur oleh tingkatan di mana proses menghasilkan output tidak sesuai/sejalan/dan tidak cocok dengan persyaratan-persyaratan yang diinginkan/diharapkan pelanggan (dapat dilihat pada rendahnya mutu output/hasil) (Anonim, 2006). Sedangkan keefektifan (effectiveness) ialah keadaan di mana pencapaian hasil sesuai dengan acuan yang direncanakan dan diharapkan untuk memenuhi kepuasan pelanggan/pengguna hasil pendidikan. Hasil yang diharapkan dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif. Efektivitas secara kuantitatif adalah perbandingan antara hasil yang diperoleh dibagi dengan target yang harus dicapai, sedangkan efektivitas secara kualitatif adalah tingkat kepuasan yang diperoleh. Sesuatu yang efisien belum tentu efektif dan sesuatu yang efektif belum tentu efisien.

Efisien (daya guna) adalah proses penghematan 7M+1I dengan cara melakukan pekerjaan dengan benar (do things right), sedangkan efektif (hasil guna) adalah tingkat keberhasilan pencapaian tujuan (outcomes) dengan cara melakukan pekerjaan yang benar (do the right things). Efektif juga berarti mampu mencapai tujuan dengan baik. Jika efisiensi lebih memfokuskan diri pada proses penghematan, maka efektivitas lebih memfokuskan diri pada output atau hasil yang diharapkan.


 

7.     Efisien

Efisien ialah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang dipersyaratkan dengan pengorbanan sumber daya yang paling minimal (Anonim, 2006). Sumber daya terutama biaya, waktu, dan tenaga. Dalam hal ini, proses-proses yang dilakukan selalu menghindari terjadinya pemborosan atau kerugian-kerugian percuma yang tidak perlu. Proses efisiensi diukur dengan perbandingan antara output yang dicapai dengan biaya-biaya untuk menghasilkan output yang diharapkan. Biaya-biaya ini lazimnya dinyatakan dalam bentuk satuan sumber biaya yang telah dikeluarkan (baik dalam bentuk rupiah, jam kerja, satuan enerji yang digunakan). Sedangkan yang dimaksud efisiensi ialah acuan terukur kinerja di mana hasil yang dicapai dibandingkan dengan biaya-biaya/pengorbanan sumber daya yang telah dikeluarkan bagi pencapaian hasil tersebut (Anonim, 2006).

Beda efektif dan efisien adalah sebagai berikut. Efisien (daya guna) adalah proses penghematan 7M+1I dengan cara melakukan pekerjaan dengan benar (do things right), sedangkan efektif (hasil guna) adalah tingkat keberhasilan pencapaian tujuan (outcomes) dengan cara melakukan pekerjaan yang benar (do the right things). Efektif juga berarti mampu mencapai tujuan dengan baik. Jika efisiensi lebih memfokuskan diri pada proses penghematan, maka efektivitas lebih memfokuskan diri pada output atau hasil yang diharapkan.

Penerapan prinsip efisien dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar bagi siswa SMK/MAK dapat memberikan pelajaran bahwa dalam mengerjakan sesuatu harus hemat biaya, tenaga, dan waktu. Penerapan prinsip efisien dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai salah satu sumber pendanaan pendidikan di SMK/MAK adalah UP/J SMK/MAK harus berupaya menghemat biaya, waktu, dan tenaga dalam menghasilkan barang/jasa. Penghematan dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar, dan dapat menekan harga harga barang/jasa yang diproduksi sehingga mampu bersaing dengan para pesaing.


 

  1. Cara Pemperkuat Manajemen UP/J SMK/MAK

Keberhasilan Unit Produksi di SMK sangat tergantung kepada manajemen yang diterapkan di sekolah tersebut. Oleh karena menjadi hal yang penting untuk mem-perkuat manajemen SMK agar Unit Produksi dapat dikembangkan dalam upaya memperkokoh daya saing tamatan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:


 

1.     Perkuat Jiwa Wirausaha

Karena wirausahawan adalah juga seorang pemimpin yang mampu mempengaruhi dan meyakinkan kelompoknya dalam mengembangkan gagasannya dengan cara melakukan
kerjasama yang saling mempercayai satu sama lain. Komitmen yang teguh dalam mencari dan menciptakan peluang ini bisa ditumbuhkan dengan cara penyederhanaan birokrasi dan pendelegasian wewenang yang jelas kepada mitra usaha dan bawahan dalam menjalankan bisnis dan dalam pengembilan keputusan.


 

2.     Diperlukan Kesadaran akan Manfaat Keberadaan Unit Produksi di SMK

Keberadaan Unit Produksi di SMK seharusnya dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan produksi hasil praktik siswa. Unit produksi dapat menjadi wadah yang menampung produk siswa; menjadi quality control atas produk siswa; menjadi tim pemasaran; menjadi agen penjualan yang dapat memberikan kontribusi langsung siswa memperoleh hasil penjualan. Dalam upaya mengembangkan kesadaran ini, diperlukan iklim manajemen yang transparan sehingga seluruh warga sekolah dapat melihat secara langsung berbagai keuntungan yang diperoleh.


 

3.     Tertib Administrasi

Aspek administrasi sering kurang mendapat perhatian dalam usaha kecil di Indonesia. Unit Produksi seharusnya melakukan pembukuan atas setiap transaksi yang dapat dipelajari oleh warga sekolah. Data operasi Unit produksi dapat menjadi sarana untuk mengkaji berbagai hal yang berhubungan dengan pengembangan usaha, misalnya jenis permintaan yang paling sering disampaikan pelanggan, jenis produk yang cenderung diperlukan pada waktu tertentu, jenis produk yang diminati pada kalangan tertentu, dimana lokasi tempat tinggal pelanggan, pada waktu kapan keuntungan terbesar, pada saat bagaimana produk mencapai puncaknya atau sebaliknya permintaan pada posisi terendah.

Dalam pembelajaran praktik, siswa perlu diberi kesempatan untuk bekerja cepat dan akurat. Artinya semua tugas diselesaikan secara benar dengan waktu yang sependek mungkin dengan prosedur yang benar pula. Namun ketika siswa telah menunjukkan penguasaan kompetensi, mereka perlu ditantang untuk kreatif dan inovatif. Tantangan ini akan menggugah kompetisi diantara siswa, lebih-lebih bila diberikan sistem reward yang konsisten.


 

4.     Ciptakan Iklim 'Market' di Sekolah

Beri kesempatan siswa dan guru untuk melakukan 'jual-beli' di sekolah. Misalnya antara siswa maupun siswa dengan guru atau sebaliknya guru dengan siswa. Mereka dapat saling berjual-beli untuk saling memenuhi kebutuhan. Selanjutnya anjurkan siswa untuk berjual-beli di lingkungan keluarga mereka dan diteruskan dengan berjual-beli dengan di lingkungan masyarakat sekitar. Dengan cara ini maka akan terbentuk jejaring laba-laba yang bermuara di sekolah.


 

5.     Pengkondisian Lingkungan Sekolah

Mulailah dengan menanamkan nilai-nilai yang ada di industri untuk terjadi dan berlangsung di sekolah. Beberapa nilai yang dapat mulai dikondisikan adalah kebersihan, ketertiban, disiplin, dan ramah terhadap setiap tamu. Kondisi ini harus diciptakan dan menjadi budaya sekolah, karena dengan terciptanya kondisi tersebut warga sekolah khususnya siswa akan mengalami lingkungan/ dunia usaha yang sesungguhnya. Karena di dunia usaha selalu diupayakan suasana yang tertib, disiplin, ramah terhadap pelanggan dan selalu menjaga kebersihan untuk memberi kenyamanan kepada pelanggan dan relasi.


 

6.     Guru adalah Sumberdaya yang Penting

Ikut sertakan guru dalam berbagai diklat yang memungkinkan mereka berkembang dalam penguasaan kompetensi dan mencapai peningkatan wawasan dan keterampilan berwirausaha. Guru sebagai aset penting SMK akan menjadi agen perubahan dalam iklim belajar siswa. Bila perlu guru perlu dicarikan kesempatan melakukan on the job training di unit usaha kecil dan menengah. Pelatihan yang berkaitan dengan inovasi produk dan layanan berkaitan dengan program keahlian dan bidang mereka akan menjadi nilai tambah bagi pribadi guru maupun kepentingan sekolah.


 

7.     Membuka Berbagai Referensi

Belajar dengan multi referensi dan metode yang variatif akan menjadi daya tarik bagi siswa untuk menekuninya. Siswa perlu dibawa untuk melihat kemungkinan mencari informasi dan ide serta sumber belajar dari berbagai jenis referensi. Gunakan metode survey ke lapangan/ pasar, menjelajah internet, mempelajari iklan, berbagi berita ekonomi dan bisnis, membaca success story, akan merupakan pengalaman belajar yang memberi banyak pengetahuan.


 

8.     Mengembangkan Organisasi Unit Produksi

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat strukur organisasi Unit Produksi antara lain:

  • Organisasi dan manajemen Unit Produksi disusun secara flat:
    • Lebih menekankan pada kerja tim
    • Sebagai anggota tim, karyawan dilibatkan dan diberdayakan untuk memberi kontribusi kepada manajemen dalam mewujudkan kepuasan kepada pelanggan
    • Adanya pendelegasian tugas dan wewenang yang jelas kepada setiap unit kerja dan pelaksana
  • Mengembangkan prinsip 'desentralisasi' dan otoritas dalam pembagian tugas dan wewenang
  • Peran dan tanggungjawab personel dan pengelola secara jelas, untuk dapat menumbuhkan usaha tanpa dikekang oleh jalur birokrasi yang kaku
  • Gaya kepemimpinan sekolah bersifat luwes, fleksibel dan demokratis, untuk dapat menjalin komunikasi dan menyaring informasi dengan cepat bagi kepentingan Unit Produksi
  • Staffing, dilakukan dalam aktivitas yang berkaitan dengan pengelolaan SDM dalam pengembangan Unit Produksi yang meliputi: rekrutmen, seleksi, penempatan, orientasi, pemberian imbalan, unit pelatihan, promosi dan penilaian prestasi kerja.
  • Pengendalian dilakukan untuk melakukan pengaturan atau pengarahan dalam organisasi agar tujuan tercapai.
    • Pengendalian fisik, misal:

      Bahan baku

      Kualitas produk

      Peralatan produksi

      Kapasitas mesin, dll

    • Pengendalian Personel, meliputi:
      • Penempatan pekerja baru
      • Training karyawan
      • Penggajian dan prestasi kerja
    • Pengendalian Informasi, meliputi:
      • Informasi pemasaran dan penjualan
      • Informasi analisis lingkungan
      • Jadual produksi
    • Pengendalian finansial


 


 


 

BAB III

PERENCANAAN UNIT PRODUKSI/JASA SMK/MAK


 

A. Pengertian Perencanaan UP/J SMK/MAK

Perencanaan UP/J SMK/MAK ialah kegiatan yang akan dilaksanakan UP/J SMK/MAK untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Perencanaan UP/J SMK/MAK dalam hal ini adalah perencanan pembelajaran dan usaha atau bisnis karena fungsi UP/J SMK/MAK adalah sebagai sumber belajar dan pendanaan pendidikan SMK/MAK.

UP/J SMK/MAK seharusnya dapat menjadi wahana siswa melakukan praktik kerja sebagaimana mereka melakukan praktik kerja industri. Sebagai contoh, SMK program keahlian Tata Boga dapat memberikan kesempatan kepada siswa terlibat langsung dalam aktivitas jasa Catering pada unit produksi sekolah; siswa SMK/MAK program keahlian mekanik otomotif dapat melakukan praktik industri pada Unit Produksi sekolah yang berupa layanan perawatan dan perbaikan kendaraan bermotor/mobil. Namun tidak demikian kenyataan di lapangan, Unit Produksi di sekolah tidak dapat berkembang sebagai unit yang setara dengan unit usaha yang seharusnya, sehingga belum dapat memberikan pengalaman nyata dan intens terhadap siswa yang terlibat. Di sisi lain, UP/J SMK/MAK yang mampu berkembang dan dikelola secara profesional, biasanya cenderung tertutup bagi siswa yang akan melakukan praktik kerja. Kondisi ini menjadikan UP/J SMK/MAK seoleh-olah organisasi yang terpisah dari program pembelajaran reguler di sekolah. Agar Unit produksi mampu menjadi bagian dari organisasi SMK yang dapat menyiapkan tenaga kerja terampil, maka Unit Produksi perlu dikembangkan, dan manakala telah mencapai pertumbuhan yang memadai dapat menjadi wahana praktik industri bagi siswa (Dikmenjur, 2007).


 

B. Konsep Perencanaan UP/J SMK/MAK sebagai Sumber Belajar


 

1.     Program Pembelajaran di UP/J SMK/MAK

a.     Visi UP/J SMK/MAK

1)     Pengelola UP/J SMK/MAK merumuskan dan menetapkan visi UP/J SMK/MAK serta mengembangkannya.

2)     Visi UP/J SMK/MAK:

a)     dijadikan sebagai cita-cita bersama warga SMK/MAK dan segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang.

b)     mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga SMK/ MAK dan segenap pihak yang berkepentingan

c)     dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga SMK/MAK dan stakeholder selaras dengan visi SMK/MAK.

d)     diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/ madrasah dengan memperhatikan masukan komite sekolah

e)     disosialisaikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan

f)     ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat.

b.     Misi S/M

1) Pegelola UP/J SMK/MAK merumuskan dan menetapkan misi serta mengembangkannya.

2)     Misi UP/J SMK/MAK

a)     memberikan arah dalam mewujudkan visi UP/J SMK/MAK sesuai dengan tujuan pendidikan nasional

b)     merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu

c)     menjadi dasar program pokok sekolah/madrasah

d)     menekankan pada mutu layanan siswa dan mutu lulusan yang diharapkan oleh sekolah/madrasah

e)     memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program sekolah/madrasah

f)     memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan satuan-satuan unit sekolah/madrasah yang terlibat

g) dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah

h)     disosialisaikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan

i)     ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat.


 

c.     Tujuan UP/J SMK/MAK

1)     Pengelola UP/J SMK/MAK merumuskan dan menetapkan tujuan serta mengembangkannya.

2)     Tujuan UP/J SMK/MAK

a)     menggambarkan tingkat mutu yang perlu dicapai dalam jangka menengah (empat tahunan);

b)     mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan kebutuhan masyarakat;

c)     mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh sekolah/madrasah;

d)     mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh Kepala SMK/MAK; dan

e)     menyosialisasikan kepada warga SMK/MAK dan segenap pihak yang berkepentingan.


 

2.     Rencana Pembelajaran UP/J SMK/MAK

a.     Pengelola UP/J SMK/MAK membuat:

1)     rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan; dan

2)     rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran UP/J SMK/MAK dilaksanakan berdasarkan rencana jangka menengah

b.     Rencana kerja jangka menengah dan tahunan UP/J SMK/MAK:

1)     disetujui rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah/madrasah dan disahkan berlakunya oleh dinas pendidikan kabupaten/kota. Pada sekolah/madrasah swasta, rencana kerja ini disahkan berlakunya oleh penyelenggara sekolah/madrasah; dan

2)     dituangkan dalam dokumen yang mudah dibaca oleh pihak-pihak yang terkait.

c.     Rencana kerja empat tahun dan tahunan disesuaikan dengan persetujuan rapat dewan pendidik dan pertimbangan komite sekolah/madrasah;

d.     Rencana kerja tahunan dijadikan dasar manajemen UP/J SMK/MAK yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partispasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.

e.     Rencana kerja tahunan UP/J SMK/MAK memuat ketentuan yang jelas mengenai:

1)     kesiswaan yang akan terlibat praktik

2)     kurikulum dan kegiatan pembelajaran praktik

3)     pendidik dan tenaga kependidikan serta pengembangannya,

4)     sarana dan prasarana,

5)     keuangan dan pembiayaan,

6)     budaya dan lingkungan sekolah,

7)     peran serta masyarakat dan kemitraan,

8)     rencana-rencana kerja lain yang mmengarah pada peningkatan dan pengembangan mutu.    


 

C. Konsep Perencanaan UP/ SMK/MAK sebagai Sumber Pendanaan Pendidikan


 

1.     Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Menyiapkan Rencana Unit Produksi/Jasa

Langkah-langkah yang akan dibahas mencakup faktor-faktor utama yang dipertimbangkan dalam mempersiapkan ssuatu rencana usaha. Rencana usaha anda bisa meliputi sebagian atau seluruh langkah-langkah ini.


 

a.     Pelajari Pasar Anda (Membaca Peluang Bisnis)

Tentukan siapa saja konsumen bagi produksi atau jasa yang akan anda tawarkan. Sebagai contoh, jika anda akan menjual kusen pintu/jendela, anda harus tahu bahwa pasar anda (atau konsumen) adalah orang-orang yang sedang membutuhkan tempat tinggal dan biasanya akan membeli kusen/jendela berdasarkan selera pribadi mereka. Memahami orang yang akan anda layani. Bagaimana karakteristik mereka? Berapa besar belanja mereka dan apa saja yang biasanya menarik perhatian mereka?

Selidiki siapa pesaing anda. Berapa banyak mereka dan dimana mereka berusaha? Dengan mengetahui persaingan dan jumlah orang yang mungkin akan membeli produk seperti produk anda, berapa banyak dari orang-orang ini anda inginkan menjadi konsumen tetap anda? Ini adalah pangsa pasar anda.

Pertama-tama yang harus diingat pada saat mencoba mengidentifikasi peluang usaha adalah tujuan utama didirikannya suatu perusahaan atau unit produksi baik yang memproduksi barang/jasa untuk kebutuhan atau keinginan manusia. Berikut ini dijelaskan permintaan masyarakat akan produk barang/jasa pada saat ini yang dapat dipenuhi. Mungkin permintaan sekarang dipasok oleh pemasok atau produsen lokal. Bila demikian, selidiki apakah suplai lokal sudah memenuhi permintaan lokal atau belum sehingga dapat diketahui masih ada peluang atau tidak untuk membuka usaha di bidang tersebut.
Sebagai contoh, jika suatu perusahaan bangunan hanya mampu memenuhi setengah dari kebutuhan lokal maka dapat dipertimbangkan untuk membuka perusahaan bangunan.

Alternatif lain, sejumlah produk disuplai oleh konsumen atau pemasok dari luar. Pelajari produk-produk itu dan adakan modifikasi-modifikasi. Ada kemungkinan dengan sumber daya tertentu, Anda dapat menghasilkan produk sejenis dengan bentuk, fasilitas, dan mutu yang lebih tinggi tetapi dengan harga yang lebih rendah maka produk yang dhasilkan akan berpeluang laku di pasaran.

Sebaliknya, Anda juga dapat mencari peluang dari produk-produk yang dieksport. Biasanya, produk-produk ini diekspor dalam bentuk bahan baku setengah jadi. Misalnya, kayu yang diproduksi masyarakat biasanya dijual ke pembuat mebel di luar daerahnya. Sebagai seorang calon pengusaha, Anda dapat menemukan cara-cara meningkatkan nilai tambah kayu tersebut sebelum dijual atau diekspor. Misalnya dengan membuat mebel yang mempunyai nilai jual. Dengan demikian, Anda berpeluang membuka usaha.

Tersedianya sumber daya tertentu di lokasi tertentu dapat membuka peluang usaha. Beberapa hal yang pelu dipertimbangkan dalam memilih alternatif usaha.

1)     Bahan Baku

    Temukan materal yang berasal dari suatu kawasan dan tersedia dalam jumlah besar. Selidik kemungkinan mendapatkan uang dai sumber daya yang melimpah ini baik melalui pengumpulan, perdagangan, pengolahan parsial atau proses produksi. Misalnya tersedianya tanah lempung membuka peluang industri keramik.

2)     Keterampilan khusus SMK/MAK dan masyarakat setempat

    Suatu kelompok siswa du sekolah dan masyarakat biasanya memiliki keterampila khusus yaitu keterampilan tradsional yang dapat digunakan untuk keperluan komersial. Pelajari keterampilan-keterampilan ini secara cermat sebagai peluang tenaga kerja. Contoh: Daerah pantai tersedia tenaga nelayan dapat membuka peluang usaha penangkapan ikan.

3)     Informasi Industri

    Membaca jurnal-jurnal teknik dan bisnis akan membuka wawasan dunia usaha dewasa ini. Majalah SWA misalnya, adalah menyajikan berita-berita secara teratur tentang produk dan teknik-teknik baru. Beberapa lembaga ada yang melakukan studi berkala yang membahas: pertumbuhan, kemajuan, dan kinerja industri-industri tertentu. Stud-studi ini akan memberikan informasi yang bermanfaat dan mungkin akan membantu memutuskan apakah Anda melakukan investasi pada industri atau tidak.

3)     Teknologi

    Ikuti terus kemajuan teknologi untuk memperbaharui dan meningkatkan sesuatu yang baru. Proyek-proyek tertentu memerlukan pengetahuan teknis, keterampilan khusus, dan teknologi tertentu. Apakah Anda memiliki ketiga hal tersebut secara memadai? Contoh: mesin-mesin dan peralatan baru serta hasil-hasil penelitian dan pengembangan.

4)     Berbisnis Mulailah dari yang Kecil

    Berbisnis sendiri dengan memulai dari kecil atau bekerja sama dengan orang lain, sama-sama memiliki nilai kelebihan dan kekurangannya. Bagi bisnis pemula, untuk memulainya disarankan mulai dari yang kecil. Jangan karena orang tersebut memiliki uang banyak atau modal besar, langsung berbisnis dalam skala besar.

    Belajarlah dari yang kecil. Jika bisnisnya berkembang, ini merupakan doa dan harapan semua pebisnis dan dapat dibesarkan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki baik m odal, tenaga, pikiran, peluyang, dan tantangan yang ada. Jika bisnisnya dimulai dari kecil maka resiko yang dihadapi juga kecil. Kalau bisnisnya kurang maju atau sama sekali tidak berkembang, kerugian yang yang dideritanya tidak terlalu besar. Sesuatu yang dimulai dari kecil itu biasanya menyenangkan. Sebab, jika terjadi sesuatu kerugian, tidaklah terlalu menyakitkan. Di samping itu, usaha yang dimulai dari kecil pada umumnya mempunyai fondasi yang kokoh yang bermanfaat untuk pengembangan usaha ke depannya sehingga tidak mudah goyah dengan berbagai persaingan dan kendala-kendala.

    

5)     Risiko

    Pertimbangkan tingkat resiko keberhasilan atau kegagalan gagasan usaha sebelum melakukan investasi dalam usaha. Misalnya akan lebih berisiko melakukan investasi usaha di mana Anda tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman praktis di bidang usaha itu. Kemungkinan gagal juga tinggi apabila pasar sudah jenuh atau persaingan sangat keras.

6)     Hobby

    Anda juga harus mempertimbangkan apakah usaha itu adalah usaha dalam bidang Anda atau kesukaan Anda.

    Dari mana usaha dimulai? Jawabnya:

a)     Mulailah dari yang ringan

b)     Mulailah dari yang dekat.

c)     Mulailah dari yang kecil

d)     Mulailah dari yang mudah

e)     Mulailah dari diri sendiri

f)     Mulailah dari sekarang


 

b.     Teliti perilaku pasar di masa datang

Hitung berapa orang yang membeli produk anda di masa lalu, berapa orang yang membeli produk serupa dari perusahaan lain, dan berapa harganya. Faktor-faktor permintaan pasar akan suatu produk atau jasa serta tingkat persaingan juga menentukan tipe usaha Anda. Jangan membuka usaha yang sudah jenuh dan persaingan sangat keras meskipun Anda memiliki keunggulan khusus. Bukalah tipe usaha yang paling sedikit ditekuni orang lain atau yang paling tidak keras persaingannya.


 

c.     Memilih lokasi usaha

Dari penelitian terhadap calon konsumen anda, selidiki siapa mereka, apa dan dimana mereka bekerja; dan apa saja kebutuhan/keinginan mereka. Dimana mereka akan memakai produk anda – di rumah atau di tempat kerja? Bagaimana mereka menghabiskan waktu luang mereka?

Contoh: Tempat dimana banyak orang yang menghabiskan waktu luangnya, merupakan tempat yang ideal bagi usaha penjualan makanan atau hiburan. Usaha t-shirt printing mungkin paling baik berlokasi dekat sekolah, atau dekat tempat pusat olahraga, atau di tempat lain yang sering dikunjungi oleh calon pemakai produk anda.

Perhatikan fasilitas yang tersedia di daerah yang akan digunakan sebagai lokasi usaha anda. Apakah fasilitas listrik, air dan/atau sambungan telepon tersedia? Mudahkah dijangkau oleh pemasok dan konsumen anda? Apakah lokasi itu dekat dengan kawasan perdagangan dan dipinggir jalan besar?

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi usaha:

1)     Jarak antara sumber bahan baku dengan pasar (calon pembeli)

2)     Ketersediaan dan keandalan transportasi dan fasilitas lain

3)     Ketersediaan dan upah tenaga kerja

4)     Ketersediaan, keandalan dan harga daya listrik

5)     Ketersediaan, kualitas dan harga air

6)     Fasilitas pembuangan dan pengelolaan limbah

7)     Pajak

8)     Ketersediaan, karakteristik dan harga limbah

Jika bahan baku dan/atau produk jadi sangat berat, maka sebaiknya pabrik berlokasi dekat dengan sumber bahan baku dan/atau termpat pendistribusian. Jika tidak perusahaan akan terbebani dengan biaya transportasi. Sebagai contoh, pabrik bubur kertas (pulp) dan kertas harus berlokasi dekat sumber bahan baku karena bahan bakunya (kayu) jauh lebih berat dari produk jadinya (kertas).

Jika bahan baku/produk jadi termasuk barang yang berat, harus diperhitungkan dengan benar ketersediaan dan keandalan alat angkut di lokasi yang akan kita pilih.

Jika perusahaan berbentuk padat karya seperti perusahaan rokok, lokasi perusahaan harus diusahakan dekat dengan daerah yang penduduknya dapat direkrut sebagai tenaga kerja.

Lokasi terpilih adalah lokasi yang memerlukan investasi awal dan biaya operasional yang paling rendah.


 

d.     Mempersiapkan Rencana Usaha

Berdasarkan jumlah calon konsumen yang anda tuju, tentukan jumlah barang yang akan anda produksi untuk memenuhi pangsa pasar anda. Dari sini anda bisa mengestimasi jumlah bahan baku dan biaya yang dibutuhkan.

Putuskan juga apakah anda akan menyewa, membeli toko lama atau membangun yang baru. Jika akan membangun toko baru jangan lupa untuk memenuhi semua persyaratan (misalnya IMB) dan dengan sendirinya biaya yang dibutuhkan lebih besar.

Pada rencana usaha yang telah disusun sebelumnya, telah ditentukan jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk mengisi posisi administrasi, penjualan dan produksi. Hendaknya berhati-hati dalam memilih dan melatih tenaga kerja, karena ada hubungannya dengan uang yang akan dikeluarkan sebagai imbalan atas jasa mereka. Kita harus tahu persis keahlian khusus apa yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha agar uang kita berguna.

Biasanya bentuk usaha yang kecil hanya melibatkan saudara dan relasi sebagai karyawan, tetpi begitu usaha berkembang kita harus merekrut tenaga dari luar. Bisa dilakukan berdasarkan rekomendasi dari kenalan (cara yang murah), atau melalui bursa tenaga kerja (memerlukan biaya). Cara lain adalah dengan memasang iklan lowongan pekerjaan di koran/majalah. Tenaga kerja yang telak direkrut harus dilatih (dan diawasi) sesuai dengan tugasnya dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.


 

e.     Mempersiapkan Rencana Organisasi

Tentukanlah bentuk organisasi usaha anda. Apakah itu berupa perusahaan perseorangan, firma, atau korporasi (PT)? Selain itu, pelajari semua persyaratan-persyaratan hukum untuk memulai usaha. Selain ijin-ijin umum, cari informasi apakah jenis usaha anda memerlukan ijin khusus dari suatu departemen tertentu, misalnya. Apakah usaha Anda legal atau tidak? Pelajari dengan seksama apakah ada batasan-batasan hukum yang dapat membuat usaha Anda sulit atau dilarang beroperasi.

Setelah itu tulis semua kegiatan/aktivitas yang harus dilakukan dalam berusaha seperti perencanaan, pengemasan, penjualan, dan lain-lain. Tentukan posisi pada tiap kegiatan dan estimasi jumlah orang yang diperkerjakan pada setiap posisi. Tetapkan gaji untuk posisi pekerjaan berdasarkan tarip gaji di perusahaan-perusahaan lain yang bergerak pada usaha yang sejenis.    


 

f.     Mempersiapkan Rencana Keuangan

Berapa banyak modal yang dibutuhkan untuk mendirikan usaha? Biasanya suatu usaha memerlukan investasi dalam bentuk lahan, gedung, mesin-mesin, peralatan, dan modal untuk membayar pembelian bahan baku, gaji, dan pengeluaran-pengeluaran lain. Bisa jadi karena jumlah sumber dana yang dimiliki terbatas maka akan terbatas pula jenis usaha yang akan Anda terjuni. Sebagai contoh: jika modal kecil bukalah usaha yang bermodal kecil pula. Misalnya membuka usaha warung makanan cukup modal relatif kecil.

Dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari rencana-rencana lain, susunlah informasi keuangan berikut.

1)     Tentukan berapa banyak uang akan dibutuhkan untuk memulai usaha;

2)    Putuskan dari mana uang tersebut akan didapat;

3)     Estimasi semua item pendapatan dan pengeluaran. Buat anggaran kas untuk tahun pertama operasi, berdasarkan pemasukan kas yang diharapkan dan pengeluaran kas.

4)     Estimasi modal yang dimiliki (misalnya, kas, property, dll) serta jumlah uang yang akan diinvestasikan sebagai modal kerja, dan pinjaman yang harus anda peroleh untuk menutupi selisih antara investasi yang dibutuhkan dan uang yang anda miliki. Dari informasi ini, buatlah taksiran neraca akhir.


 

Modal usaha bisa berasal dari modal sendiri atau melalui pinjaman dari pihak lain, yang penting, harus dilakukan estimasi secara akurat mengenai jumlah dana yang dibutuhkan agar usaha berjalan lancar. Bila memang diperlukan, dana bisa dipinjam dari berbagai sumber dan setiap sumber punya kelebihan/kekurangan sendiri.

Beberapa hal yang harus diperhatikan: (1) periode pengembalian atau jangka waktu peminjaman, (2) tingkat suku bunga dan biaya provisi atau komisi, (3) jaminan, (4) periodik pengembalian, (5) batasan/aturan dari bank/debitur, dan (6) kemudahan pengambilan kembali jaminan

Setelah modal terkumpul, harus dibuat keputusan yang tepat mengenai pengadaan mesin/peralatan atau yang dibutuhkan untuk menghindari hal-hal berikut: (1) membayar lebih mahal, (2) membeli peralatan yang tidak diperlukan, (3) biaya operasi yang besar (perawatan, reparasi dan lain-lain).

Bila dana yang dibutuhkan tidak mencukupi, pemilihan mesin bisa dilakukan dengan memperhatikan: (1) karakteristik operasi, (2) teknologi, dan (3) harga.

Dilihat dari karakteristik operasinya mesin terdiri dari mesin khusus dan mesin multiguna. Sangat dianjurkan membeli mesin yang multiguna bila: (1) volume produksi rendah, (2) desain produk berubah dari waktu ke waktu, (3) tingkat fleksibilitas tinggi, (4) menginginkan harga mesin lebih murah.

Mesin khusus dapat digunakan bila: (1) desain produk tertentu, dan (2) volume produksi besar.

Sebelum memutuskan untuk membeli, bandingkan harga dari setiap mesin beserta untung-ruginya. Pertimbangkan juga biaya perawatannya. Anda dapat meminta informasi dari produsen lain yang menggunakan mesin dimaksud, juga mengenai reputasi suplier. Pilih suplier yang dapat menentukan mesin berdasarkan kebutuhan anda, dan yang memberikan jaminan purna jual yang baik misal : pemasangan, perawatan, dan reparasi; dan juga menyediakan suku cadang.

Mesin/peralatan yang akan dibeli tidak selalu harus baru. Anda dapat juga mempertimbangkan untuk membeli mesin bekas bila: (1) harga mesin bekas jauh lebih murah dari mesin baru, (2) keadaan keuangan tidak memungkinkan membeli mesin baru, dan (3) mesin bekas dapat memenuhi (cukup memuaskan) kebutuhan produksi..

Dalam membeli mesin bekas, perhatikan hal-hal berikut: (1) cek reparasi suplier yang menjual mesin bekas, (2) cari dan bandingkan beberapa mesin di beberapa tempat, (3) periksa kondisi mesin, dan (4) ketahui umur mesin dan lama pemakaian, sehingga dapat diramalkan performansinya dimasa datang.


 

g.     Studi Kelayakan Usaha Bisnis

Lakukan pengambilan keputusan membuka usaha dengan kriteria: tingkat kemudahan, tingkat resiko, dan cepat kembali modal atau Tingkat Return of Invesment (ROI).

Kriteria:

Kemudahan    :     3     =     sangat mudah

                        2     =     mudah

                        1     =     sukar

Risiko                :        3     =     kurang berisiko

                        2     =     berisiko

                        1     =     sangat berisiko

Kembali modal     :        3     =     cepat kembali modal

                        2     =     lambat kembali modal

                        1     =     sukar kembali modal


 

Usaha yang akan dibuka

Kemudahan

Risiko

Kembali modal

Bobot

A

2

2

3

12

B

3

3

3

27

C

3

1

2

6

Usaha yang dibuka adalah usaha B


 

Anda dapat pula menggunakan alternatif lain dalam membuka usaha. Caranya sebagai berikut. Berilah nilai 1 sampai 4 untuk kriteria-kriteria di bawah ini. 1 sangat tidak mendukung dan 4 sangat mendukung.

A.     Kelayakan pemasaran

B.     Kesukaan

C.     Keahlian

D.     Dana

E.     Bahan baku

F.     SDM/Teknologi


 

Jika A + B + C + D + E + F hasilnya kurang dari 2 maka usaha jangan dibuka.

    24


 

Contoh: 2 + 4 + 0 + 2 + 3 + 1 hasilnya = 0,5 maka usaha jangan dibuka.

    24


 

h.     Cara Memilih Bentuk Usaha

Pengelolaan usaha dapat dilakukan melalui cara: (1) menjadi pemilik, (2) mencari mitra kerja, dan (3) membentuk perusahaan

Jika anda mempunyai uang, ide dan pengalaman, anda dapat memutuskan untuk menjadi pemilik. Jika anda punya uang dan ide, tetapi kurang memiliki pengalaman, anda dapat mencari mitra kerja yang mempunyai keahlian yang dibutuhkan. Jika anda mempunyai ide, tetapi tidak punya uang dan kurang pengalaman, anda dapat mencari mitra kerja, atau membentuk perusahaan.

Karakteristik setiap bentuk usaha:

  1. Pemilik Tunggal

    Sebagai satu-satunya pemilik, banyak keuntungan yang didapat misalnya :

  • Dapat memulai atau membubarkan tanpa banyak formalitas.
  • Dapat bereaksi dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi dalam dunia usaha.
  • Semua keuntungan menjadi milik anda.

Dari sisi lain kerugiannya juga, misalnya : ada kemungkinan anda harus membayar hutang dengan kekayaan pribadi apabila asset usaha tidak cukup untuk menutupi hutang.

  1. Kerjasama

    Dapat dibentuk bila anda dan orang lain sepakat untuk bekerja sama dan bersama-sama memiliki perusahaan, dan harus perjanjian yang memperinci hak dan kewajiban setiap pihak. Paling tidak ada satu pihak yang bertanggung jawab terhadap masalah keuntungan. Perusahaan akan bubar bila salah satu pihak meninggal dunia.

3)     Perusahaan

Dalam bentuk usaha ini, dipisahkan antara pemilik (yang disebut dengan pemegang saham) dengan perusahaan (pelaksana). Kelangsungan hidup perusahaan ini tidak dipengaruhi baik oleh jumlah saham yang ada, ataupun dengan kematian salah seorang pemegang saham.


 

i.     Cara memulai unit produksi/jasa sekolah

Berikut ini beberapa petunjuk dalam memulai unit produksi/jasa sekolah. Berikut ini beberapa petunjuk dalam merencanakan UP/J SMK/MAK (Dikmenjur, 2007) antara lain:

1)     Temukan ide untuk memulai bisnis pada Unit Produksi sekolah antara lain melalui:

a)     Menginventarisir hobi/ minat siswa/ guru yang relevan dengan program keahlian yang dikembangkan di SMK

b)     Menginventarisasi kompetensi dan peng-alaman yang dimiliki siswa/ guru yang dapat dikembangkan menjadi kegiatan usaha

c)     Pelajari media masa (koran, majalah, internet, tayangan televisi), khususnya yang mem-bahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan bisnis

d)     Kunjungi pameran; anjurkan para siswa dan guru untuk menunjungi pameran dan menemukan ide bisnis berkaitan dengan kompetensi masing-masing program keahlian

e)     Lakukan survey ke pasar dan lingkungan tertentu untuk menemukan kebutuhan yang mendesak dalam lingkungan tersebut

f)     Menginventarisir keluhan-keluhan; tugaskan siswa dan guru untuk mewawancarai orang-orang yang mengkonsumsi produk tertentu.

g)     Melakukan curah gagasan/brainstorming, hal ini dapat dilakukan dengan siswa, staf/ guru, maupun dengan stakeholders lainnya

h)     Kembangkan kreativitas, malalui lomba/ kompetisi; jajak pendapat; penyelenggaraan acara/ kegiatan yang memungkinkan munculnya aneka ide dari berbagai sumber.

i)    Lakukan berbagai inovasi: dalam pem-belajaran, dalam penyelenggaraan ekstra maupun ko-kurikuler, sehingga inovasi tersebut masih terintegrasi dengan program reguler di SMK


 

2)     Setelah ditemukan ide untuk memulai bisnis, maka perlu dilakukan pembahasan oleh tim di sekolah untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut:

a)     dimana posisi kita sekarang?

b)     ke mana kita akan pergi?

c)     bagaimana kita mencapai?


 

Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka dilakukan analisis SWOT.

Sebagai contoh:

Kekuatan:

  1. Hubungan sekolah dengan masyarakat baik
  2. Lokasi sekolah strategis
  3. Fleksibilitas anggaran
  4. Sarana prasarana mencukupi
  5. Pelanggan produksi dan jasa sudah ada
  6. Dukungan pemerintah baik
  7. Seluruh warga sekolah mendukung,
  8. dll


 

Kelemahan:

  • Tingkat motivasi/ disiplin warga sekolah rendah
  • Motivasi warga sekolah untuk berkembang rendah

    c.     Staf yang terlatih sangat kurang/ tidak mempunyai jiwa enterpreuneur

    d.     Rasa memiliki atas fasilitas rendah

    e.     Pengambangan staf tidak ada

    f.     Hanya memusatkan perhatian terhadap ke-pentingan pembelajaran reguler

    g.     Manajemen usaha menjadi satu dengan manajemen sekolah

    h.     Perangkat keras masih dipergunakan hanya untuk KBM

    i.     Para guru pelaksana Unit Produksi memiliki beban mengajar yang sama dengan guru lain yang tidak terlibat,


 

Kesempatan:

  1. adanya pengembangan praktik kerja industri di SMK
  2. Daya dukung DU/DI dalam bentuk pening-katan kemampuan warga sekolah
  3. Prospek SMK
  4. DU/DI masih menuntut tenaga terampil,
  5. dll


 

Ancaman

  1. Kekurangan profesionalitas pengelola
  2. Daya saing usaha produk/ jasa masih ren-dah
  3. Stabilitas ekonomi dan politik yang tidak stabil


 

Untuk lebih memantapkan perencanaan Unit produksi maka dalam pembentukannya perlu diawali juga dengan langkah-langkah Rencana Bisnis (Bisnis Plan)


 

Deskripsi Usaha

  1. Jenis usaha apa yang akan dikembangkan
  2. Jenis produksi dan jasa apa yang akan dijual/ dihasilkan
  3. Jenis peluang apa yang ada
  4. Potensi yang dapat membantu pertumbuhan usaha
  5. Apa yang dapat mendukung keberhasilan usaha


 

Masalah pemasaran:

  1. siapa konsumen yang potensial
  2. Siapa pesaing yang dihadapi dan apa saja keunggulan mereka
  3. Bagaimana promosi penjualan yang akan dilakukan
  4. Berapa target pasar yang akan diraih
  5. Bagaimana stategi iklan dan promosi yang akan ditempuh


 

Infrastruktur:

  1. Dimana lokasi usaha
  2. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan lokasi
  3. Fasilitas dan peralatan untuk usaha
  4. Jenis transportasi yang ada dan yang akan dibutuhkan
  5. Faktor pendukung lain (jaringan listrik, komunikasi, air bersih, drainase, dll)
  6. Ketersediaan tenaga kerja
  7. Siapa suplier dalam usaha yang akan dilaksanakan


 

Manajemen:

  1. Siapa manajernya
  2. Jumlah pekerja yang dibutuhkan
  3. Berapa gaji yang dibayarkan
  4. Jenis dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan
  5. Apakah diperlukan konsultan ahli
  6. Apakah diperlukan ijin usaha
  7. Bagaimana pengaturan antara kegiatan pembelajaran reguler dengan Unit produksi.


     

Risiko:

  1. Problem apa yang amat potensial yang dapat diidentifikasi
  2. Risiko yang harus diperhitungkan


 

Finansial:

  1. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk usaha yang akan dikembangkan
  2. Berapa modal yang dibutuhkan untuk mengawali usaha
  3. Cashflow (aliran dana)
  4. Break Even Point
  5. Sumber keungan yang potensial
  6. Apakah ada investor
  7. Apakah ada loan


 

Penjadwalan:

  1. Berapa waktu yang diproyeksikan untuk usaha tersebut
  2. Bagaimana mengatur waktu mewujudkan tujuan


 

j.     Cara Membuat Rencana Bisnis (Business Plan)

Sistematika Rencana Bisnis adalah sebagai berikut.


 

I.     Ringkasan Eksekutif

Maksimal dua halaman

Berisi:

A.     Tujuan UP/J SMK/MAK dan produksi/jasa yang akan dihasilkan.

B.     Kecenderungan paling penting industri barang/jasa.

C.     Tipe iklan dan promosi yang akan diimlementasikan

D.     Penjualan dan keuntungan tiga tahun terakhir (jika UP/J sudah berjalan)

E.     Proyeksi penjualan dan keuntungan tiga tahun yang akan datang

F.     Pendidikan dan pengalaman bisnis manajemen UP/J SMK/MAK

G.     Pertimbangan penting seperti MoU, kontak pelanggan, hak paten, dan lain-lain.

I.     Informasi penting lainnya seperti prosedur kerja di UP/J SMK/MAK.


 

II.     Pernyataan Misi

A.     Tujuan bisnis

B.     Identifikasi produk barang/jasa yang akan ditawarkan.

C.     Gambaran filsafat manajemen yang dianut.


 

III.     Analisis Lingkungan Bisnis

Uraikan pertimbangan perubahan penduduk, bekijakan dan tindakan pemerintah, perubahan teknologi, kecenderungan ekonomi, dan sebagainya.

Analisis juga menjawab:

  • Bagaimana informasi industri yang sama saat ini?
  • Apakah industri yang ada rata-rata gagal?
  • Apakah sudah ada industri baru atau sudah ada satu industri yang sedang berkembang?
  • Apa saja keuntungan industri selain uang?
  • Siapa sasaran pembelinya dan bagaimana daya beli masyarakat?


 

IV.     Gambaran Produksi/Jasa

Berisikan:

Informasi tentang ukuran, bentuk, bahan utama, warna, berat, kecepatan, kemasan, tekstur, feature, lama garansi, pelayanan purna jual, dan jenis-

jenis jasa yang ditawarkan.


 

V.     Analisis Persaingan

Berisikan:

  • Idnetifikasikan tiga nama pesaing utama Anda.
  • Jarak antara UP/J SMK/MAK dengan pesaing lainnya.
  • Analisis kekuatan dan kelemahan pesaing Anda misalnya:

    Pilihan produksi: partai besar, menengah, kecil?

    Luas Pemasaran: 100%, 50%, 0%?

    Mutu layanan : baik, rata-rata, jelek?

    Jumlah promosi : banyak, sedang, sedikit?

    Harga : mahal, sedang, murah?

    Pekerja : stabil, rata-rata, banyak yang berhenti?

    Pengetahuan pekerja: baik, rata-rata, rendah?

    Keuangan : kuat, rata-rata, lemah?

    Perlengkapan : baru, rata-rata, lama?

    Kapasitas produksi: penuh, rata-rata, sedikit?

VI.     Strategi Harga

Berisikan: apakah ada harga promosi? Harga eceran? Harga partai besar?

Harga kontan? Bonus?


 

VII.    Gambarkan Kebijakan Kredit

Berisikan
berapa harga kredit, frekuensi pembayaran, cara pembayaran, bonus dan sanksi.


 

VIII.    Gambarkan Keunggulan Kompetitif UP/J SMK/MAK

Berisikan: mutu, harga, waktu pemesanan, harga, lokasi, pelayanan purna jual. Jelaskan bagaimana Anda membuat mutu lebih baik, pelayanan lebih baik, lokasi lebih baik. Kombinasikan beberapa kelebihan atau keunggulan jika mungkin.


 

IX.     Gambaran Metode Segmentasi Pasar yang Akan Digunakan

Berisikan:

Wilayah akan akan dilayani

Status penduduk yang akan menjadi pangsa pasar.

Psikologi pembeli seperti gaya hidup, orientasi keluarga, olah ragawan, dan sebagainya.


 

X.     Gambaran Lokasi

Berisikan denah lakasi usaha, alamat email dan nomor telepon


 

XI.     Gambaran Rencana Promosi

Berisikan apa yang akan dipromosikan, bagaimana mempromosikan, siap yang terlibat, waktu promosi, dan berapa biayanya?.


 

XII.     Identifikasi Manajemen dan Personil

Berisikan: struktur organisasi, uraian tugas, dan rencana gaji/upah. Alamat rumah dan nomor telepon masing-masing personil


 

XIII.     Pertimbangan Hukum

Berisikan: akte pendirian, pajak yang akan dibayar, hak paten, merk dagang, perjanjian kontrak dengan pemasok, penyalur, pelanggan, dan lain-lain.


 

XIV.     Identifikasi Persyaratan Asuransi

Berisikan: asuransi kesehatan, kecelakaan, perusahaan, dan lain-lain.


 

XV.     Identifikasi Pemasok

Berisikan: siapa pemasok bahan baku utama? Sistem pembayaran, jadwal penyampaian, dan standar minimal mutu dan kuantitas.

XVI.    Daftar Resiko yang Tidak Dapat Diramalkan

Berisikan: kemungkinan krisis ekonomi, perubahan cuaca, atau keadaan force majure lainnya. Jelaskan tindakan apa yang akan dilakukan jika terjadi force majure tersebut.


 

XVII.    Simpulan

Bersikan keputusan apakah usaha layak atau tidak layak untuk dibuka. Asumsi yang mendukung simpulan Anda. Jika usaha sudah dibuka, gambarkan bagaimana pengembangannya dan apa asumsinya.


 

    
 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB IV

PELAKSANAAN UP/J SMK/MAK


 

  1. Pengorganisasian UP/J SMK/MAK


 

1.     Prinsip Pengorganisasian

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat strukur organisasi UP/J SMK/MAK (Dikmenjur, 2007) antara lain:

  • Organisasi dan manajemen Unit Produksi disusun secara flat:

    1)     Lebih menekankan pada kerja tim

    2)     Sebagai anggota tim, karyawan dilibatkan dan diberdayakan untuk memberi kontribusi kepada manajemen dalam mewujudkan kepuasan kepada pelanggan

    3)     Adanya pendelegasian tugas dan wewenang yang jelas kepada setiap unit kerja dan pelaksana

  • Mengembangkan prinsip 'desentralisasi' dan otoritas dalam pembagian tugas dan wewenang
  • Peran dan tanggungjawab personel dan pengelola secara jelas, untuk dapat menumbuhkan usaha tanpa dikekang oleh jalur birokrasi yang kaku
  • Gaya kepemimpinan sekolah bersifat luwes, fleksibel dan demokratis, untuk dapat menjalin komunikasi dan menyaring informasi dengan cepat bagi kepentingan Unit Produksi
  • Staffing, dilakukan dalam aktivitas yang berkaitan dengan pengelolaan SDM dalam pengembangan Unit Produksi yang meliputi: rekrutmen, seleksi, penempatan, orientasi, pemberian imbalan, unit pelatihan, promosi dan penilaian prestasi kerja.
  • Pengendalian dilakukan untuk melakukan pengaturan atau pengarahan dalam organisasi agar tujuan tercapai.
    • Pengendalian fisik, misal: (1) bahan baku, (2) kualitas produk, (3) peralatan produksi, dan (4) kapasitas mesin, dll
    • Pengendalian Personel, meliputi: (1) penempatan pekerja baru, (2) diklat karyawan, dan (3) penggajian dan prestasi kerja

      3)     Pengendalian Informasi, meliputi: (1) informasi pemasaran dan penjualan, (2) informasi analisis lingkungan, (3) jadwal produksi, dan (4) pengendalian finansial


 

2.     Pelaksanaan Pengorganisasian UP/J SMK/MAK

a.     Struktur organisasi UP/J SMK/MAK berisi sistem penyelenggaraan dan administrasi yang diuraikan secara jelas dan transparan.

  1.     Semua pimpinan, pendidik, dan tenaga kependidikan mempunyai uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas tentang keseluruhan pelaksanan UP/J SMK/MAK.

    c.     Pedoman yang mengatur tentang struktur organisasi UP/J SMK/MAJK:

    1)     memasukan unsur staf administrasi dengan wewenang dan tanggung jawab yang jelas untuk menyelenggarakan administrasi secara optimal;

    2)     dievaluasi secara berkala untuk melihat efektivitas mekanisme kerja pengelolaan sekolah;

    d.     Diputuskan oleh Kepala SMK/MAK dengan mempertimbangkan pendapat dari komite SMK/MAK.

3.     Alternatif Struktur Organisasi UP/J SMK/MAK

Unit produksi pada hakekatnya secara kelembagaan merupakan suatu unit yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi sekolah. Namun demikian, untuk mempermudah dan lebih fokus dalam pembahasan, maka unit produksi dapat divisualisasikan dalam bentuk bagan tersendiri.

Pada prinsipnya, struktur organisasi unit produksi SMK/MAK belum terbakukan dan sangat tergantung dari kebutuhan masing-masing sekolah. Hal ini dipengaruhi oleh cakupan/luasan kegiatan yang ada pada unit produksi itu sendiri. Untuk itu, perlu dipahami bahwa bentuk struktur organisasi Unit produksi tidak ada yang terbaik. Yang ada, adalah organisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan sumberdaya yang dimiliki (Dikmenjur, 2007).

Secara sederhana, organisasi unit produksi sekolah paling tidak terdiri atas penanggung jawab, ketua, bendahara, sekretaris, dan bagian operasional yang meliputi bagian produksi dan pemasaran. Dengan demikian bagan struktur organisasi UP/J SMK/MAK dapat digambarkan sebagaimana halaman berikut ini (Dikmenjur (2007):


 


Gambar 4.1 Alternatif 1 Struktur Organisasi UP/J


Gambar 4.2 Alternatif 2 Struktur Organisasi UP/J


 

Apabila kondisinya sudah berkembang dan mempunyai jenis/ bidang usaha yang bervariasi, maka organisasinya perlu ditambah kepala divisi untuk masing-masing jenis/ bidang usaha tersebut Misal kepala Divisi Usaha Bengkel (jasa service, ganti oli, penjualan spareparts,dll) Kepala Divisi Usaha Keuangan (Bank Mini, Koperasi simpan pinjam, dll), Kepala Divisi Usaha Perkayuan (perabot dan kusen), Kepala Divisi Diklat (paket keterampilan, kursus-kursus, dll) dan lain-lain. Bagan struktur organisasi dan uraian tugasnya dapat digambarkan sebagaimana pada halaman berikut (Dikmenjur, 2007).


 


 


 


 


 


 


 


Gambar 4.3 Alternatif 3 Struktur Organisasi UP/J


 

  1. Uraian Tugas Personil UP/J SMK/MAK


     

    1. Penanggungjawab

      a.     Menyusun visi dan misi

      b.     Menetapkan struktur organisasi, uraian tugas dan mekanisme kerja

      c.     Menetapkan sistem pengelolaan keuang-an dan pembagian hasil kerja

      d.     Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat

      e.     Menyusun rencana program

      f.     Mengevaluasi pelaksanaan program


       

    2. Ketua

      a.     Mengkoordinir kegiatan Unit Produksi se-kolah

      b.     Mengawasi kegiatan Unit Produksi sekolah

      c.     Menjalin Kerjasama dengan mitra kerja

      d.     Menyusun uraian Tugas Personil Unit Pro-duksi Sekolah

      e.     Mendistribusikan tugas kepada setiap personil Unit Produksi Sekolah

      f.     Menandatangani naskah kerjasama de-ngan mitra kerja

      g.     Memberikan persetujuan atas produk sesuai dengan hasil musyawarah dengan personil lainnya (Kadiv usaha)

      h.     Memberikan persetujuan anggaran pro-duksi berdasarkan perhitungan harga yang telah diperhitungkan sebelumnya


       

    3. Kepala Divisi

      a.     Mengkoordinir kegiatan pada Unit Usaha masing-masing

      b.     Mengawasi kegiatan pada Unit Usaha masing-masing

      c.     Bekerjasama dengan ketua unit produksi menjalin Kerjasama dengan mitra kerja

      d.     Menyusun draft uraian tugas Personil pada unit usaha

      e.     Meneruskan pendistribusian tugas kepada setiap personil yang ada pada unit usaha

      f.     Memberikan rekomendasi persetujuan atas produk sesuai dengan hasil musyawarah dengan personil lainnya dalam lingkup unit usaha

      g.     Memberikan rekomendasi persetujuan anggaran produksi pada unit usaha berdasarkan perhitungan harga yang telah diperhitungkan sebelumnya

    4. Sekretaris

      a.     Melakukan pencatataan kegiatan Unit Produksi

      b.     Mengagendakan dan mengarsipkan surat-surat

      c.     Menangani administrasi Unit Produksi secara umum

      d.     Mengatur Jadwal kegiatan Unit Produksi

      e.     Membantu Bendahara dalam menyiapkan administrasi laporan keuangan

      f.     Menyiapkan Naskah Kerjasama Unit Produksi dengan mitra kerja

      g.     Mendistribisukan surat-surat baik intern maupun ekstern

      h.     Membuat dan mengarsipkan notula rapat

      i.     Mendokumentasikan berbagai dokumen Unit Produksi (Sertifikat: MoU; Kontrak; SPK, dll)

      j.     Membuat laporan berkala


       

    5. Bendahara

      a.     Menyusun Rencana anggaran Biaya untuk mendapat persetujuan ketua

      b.     Mengatur aliran dana masuk dan keluar dari dan ke Unit Produksi

      c.     Membukukan aliran dana Unit Produksi

      d.     Mendokumentasikan bukti-bukti penge-luaran dan pemasukan Unit Produksi

      e.    Membuat perhitungan upah bersama dengan bagian produksi

      f.     Menyusun laporan keuangan secara berkala dan tahunan


       

    6. Bagian Produksi

      a.     Mengkoordinir pengerjaan permintaan produksi

      b.     Menyusun perhitungan kebutuhan produksi yang meliputi: bahan dan upah

      c.     Mengawasi pelaksanaan produksi

      d.     Melakukan quality control

      e.     Membuat sample inovasi produk


       

    7. Bagian Pemasaran

      a.     Membuat program promosi

      b.     Menjalin kerjasama dan melakukan pende-katan dengan mitra kerja

      c.     Melaksanakan kegiatan promosi

      d.     Berkordinasi dengan Bagian Produksi untuk realisasi produksi sesuai permintaan pelanggan

      e.     Membuat laporan berkala tentang kegiatan promosi


       

    8. Pelaksana Produksi

      a.     Melaksanakan kegiatan produksi sesuai dengan permintaan bagian produksi

      b.     Melaporkan hasil produksi kepada bagian produksi

      c.     Melakukan perawatan dan pencatatan kondisi peralatan kerja

      d.     Menjaga keselamatan kerja

(Dikmenjur, 2007).


 

  1. Sistem Administrasi UP/J SMK/MAK

Beberapa unsur pokok yang harus ada dalam sistem administrasi UP/J SMK/MAK adalah (Dikmenjur, 2007):

  1. Kesekretariatan, yang meliputi: (1) surat menyurat, (2) penggajian, (3) data Pelanggan, (4) mekanisme Alur Informasi, (5) peraturan-peraturan, (6) perjanjian-perjanjian, (7) Buku Kas per Unit Usaha, (8) Buka Kas Sentral, (9) Budget Anggaran, (10) pembayaran, dan (11) rekening bank.
  2. Akuntansi, yang meliputi: (1) pembagian pendapatan, (2) pengelolaan kas dan tunai bank, dan (3) pembukuan


     

  1. Pelaksanaan UP/J SMK/MAK sebagai Sumber Pembelajaran Siswa


     

    1.     Pedoman Pembelajaran di UPJ/ SMK/MAK

    a.     Pengelola UP/J SMNK/MAK membuat dan memiliki pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan pembelajaran secara tertulis yang mudah dibaca oleh pihak-pihak yang terkait.

    b.     Perumusan pedoman S/M

    1)     Mempertimbangkan visi, misi, dan tujuan SMK/MAK;

    2)     Ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan masyarakat

    3)     Pedoman pengelolaan pembelajaran meliputi: (1) KTSP, (2) kalender pendidikan/akademik, (3) struktur organisasi S/M, (4) pembagian tugas di antara guru, (5) pembagian tugas di antara tenaga kependidikan, (6) peraturan akademik, (7) tata tertib UP/J SMK/MAK, (8) kode etik SMK/MAK, dan (9) biaya operasional SMK/MAK

    c.     Pedoman UP/J SMK/MAK berfungsi sebagai petunjuk pelaksanaan operasional pembelajaran

    d.     Pedoman pengelolaan KTSP, kalender pendidikan, dan pembagian tugas pendidik serta tenaga kependidikan dievaluasi dalam skala tahunan sementara lainnya dievaluasi sesuai kebutuhan.     

    e.     Kepala SMK/MAK mempertanggungjawabkan pelaksanaan pengelolaan pembelajaran di UP/J SMK/MAK pada rapat dewan pendidik dan bidang nonakademik pada rapat komite SMK/MAK dalam bentuk laporan pada akhir tahun ajaran yang disampaikan sebelum penyusunan rencana kerja tahunan berikutnya.


     

    2.     Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di UP/J SMK/MAK

Pelaksanaan MBS diarahkan agar UP/J SMK/MAK dapat mencapai target indikator mutu implementasi manajemen sekolah/madrasah antara lain: (1) pengelola UP/J SMK/MAK menerapkan prinsip-prinsip MBS, (2) kegiatan UP/J SMK/MAK tersusun secara proporsional untuk satu tahun pelajaran, (3) penugasan guru praktik sesuai dengan tuntutan minimal, (4) kuantitas dan kualitas guru praktik dan staf sesuai dengan kebutuhan UP/J SMK/MAK, (5) tenaga yang ada dimanfaatkan secara optimal, (6) pengelola UP/J SMK/MAK memiliki rencana pengembangan karier guru dan staf, (7) pengelola UP/J SMK/MAK memiliki mekanisme pemberian sanksi dan insentif, (8) pengelola UP/J SMK/MAK memiliki perencanaan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan, (9) pengelola UP/J SMK/MAK memiliki program peningkatan mutu pendidikan, (10) pengelola UP/J SMK/MAK mengembangkan keterbukaan secara proporsional, dan (11) pengelola UP/J SMK/MAK mengelola keuangan sekolah/madrasah dengan transparan.

Tidak ada satu implementasi MBS yang seragam untuk semua sekolah/madrasah. Pelaksanaan MBS bukanlah proses sekali jadi langsung bagus hasilnya, tetapi merupakan proses yang berlangsung kontinyu dan melibatkan warga sekolah/madrasah dan stakeholders secara aktif dan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah/madrasah.


 

3.     Tujuan Tahap-tahap Implementasi MBS

Tahap-tahap implementasi MBS dibuat dengan tujuan untuk: (1)membantu SMK/MAK agar MBS dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien; (2) membantu SMK/MAK dalam menyusun rencana dan program-programnya untuk mendapatkan dukungan dana dari sponsor kompeten, dan (3) melakukan ujicoba pelaksanaan konsep MBS.


 

4.     Tahap-tahap implementasi MBS

a.     Menyosialisasikan Konsep MBS

Menyosialisasikan konsep MBS melalui pelatihan, workshop dan sejenisnya. Dalam sosialisasi tersebut, dijelaskan apa, mengapa, dan bagaimana konsep MBS diimplementasikan.

b.     Mengidentifikasi Tantangan Nyata UP/J SMK/MAK

Tantangan nyata UP/J SMK/MAK adalah selisih hasil sekolah/madrasah dengan target sekolah/madrasah. Tantangan nyata UP/J SMK/MAK umumnya bersumber dari empat kategori yaitu: mutu, produktivitas, efektivitas, dan efisiensi. Contoh: Keuntungan Rp 50 juta. Target = Rp 75 juta. Tantangan nyata = Rp 25 juta.

c.    Merumuskan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran UP/J SMK/MAK.

d.     Mengidentifikasi Fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran.

Setelah sasaran ditetapkan maka langkah berikutnya adalah mengidentifikasi fungsi-fungsi yang digunakan untuk mencapai sasaran yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya antara lain fungsi manajemen seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan UP/J SMK/MAK.

e.     Melakukan Analisis SWOT

Analisis SWOT dilakukan untuk mengenali tingkat kesiapan UP/J SMK/MAK dalam mencapai sasaran sekolah/madrasah. Kekuatan adalah faktor dari dalam UP/J SMK/MAK yang mendorong pencapaian sasaran. Peluang adalah faktor dari luar UP/J SMK/MAK yang mendorong pencapaian sasaran. Kelemahan adalah faktor dari dalam UP/J SMK/MAK yang menghambat pencapaian sasaran. Ancaman adalah faktor dari luar UP/J SMK/MAK yang menghambat pencapaian sasaran.

f.     Alternatif Langkah Pemecahan Masalah

Dari hasil analisis SWOT dapat dilakukan tindakan yang diperlukan untuk merubah fungsi yang tidak siap menjadi siap. Tindakan mengatasi kelemahan menjadi kekuatan, dan ancaman menjadi peluang.

g.     Menyusun Rencana dan Program UP/J SMK/MAK

Rencana dan Program UP/J SMK/MAK harus menjelaskan secara detail dan lugas tentang: siapa yang melakukan, apa yang dilakukan, bilamana dilakukan, di mana dilakukan, bagaimana melakukan dan bagaimana biayanya. Hal ini untuk memudahkan pelaksanaan dan dukungan moral maupun finansial dari stakeholders. Hal pokok yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana adalah keterbukaan kepada stakeholders.

h.     Melaksanakan Rencana Peningkatan Mutu

    Pengelola UP/J SMK/MAK hendaknya: (1) proaktif melaksanakan rencana yang sudah disetujui stakeholders; (2) mendayagunakan sumberdaya pendidikan semaksimal mungkin, (3) menggunakan pengalaman-pengalaman yang efektif, teori-teori yang cocok untuk meningkatkan mutu; (4) bebas mengambil inisiatif dan kreatif dalam menjalankan program-program; (5) menerapkan konsep belajar tuntas (mastery learning).

i.     Melakukan Evaluasi Pelaksanaan

Evaluasi pelaksanaan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program. Pengelola UP/J SMK/MAK perlu melakukan evaluasi pelaksanaan program baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Evaluasi jangka pendek dilakukan setiap akhir semester. Jangka menengah setiap akhir tahun. Jangka panjang setiap akhir empat tahun. Dalam melakukan evaluasi, pengelola UP/J SMK/MAK harus melibatkan stakeholders. Sebelum melakukan evaluasi perlu disepakati sejak awal indikator-indikator keberhasilan setiap program. Hasil evaluasi perlu dibuat laporannya yang terdiri laporan teknis dan keuangan Jika UP/J SMK/MAK melakukan upaya-upaya penambahan pendapatan maka pendapatan tambahan itu harus dilaporkan sebagai bentuk pertangungjawaban (akuntabilitas) yang dikirimkan kepada atasan (kepala sekolah) dan komite sekolah/madrasah.


 

j.     Sasaran Baru

Hasil evaluasi merupakan umpan balik UP/J SMK/MAK dan orang tua siswa untuk merumuskan sasaran baru untuk tahun yang akan datang. Bila dianggap berhasil maka sasaran dapat ditingkatkan sesuai dengan kemampuan sumber daya UP/J SMK/MAK. Jika gagal maka sasaran dapat saja tetap seperti sedia kala, namun dilakukan perbaikan strategi dan mekanisme pelaksanaan kegiatan. Setelah sasaran baru ditetapkan, selanjutnya dilaksanakan analisis SWOT untuk mengetahui tingkat kesiapan masing-masing fungsi manajemen dalam sekolah/madrasah sehingga dapat diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam rangka penyusunan rencana dan program baru.


 

5.     Ruang Lingkup Pembinaan MBS

Ruang lingkup pembinaan MBS adalah tugas-tugas yang dilakukan pengelola UP/J SMK/MAK dalam pelaksanaan MBS yaitu: (1) menyusun rencana dan program pelaksanaan MBS dengan melibatkan stakeholder, (2) mengoordinasikan dan menyerasikan segala sumberdaya di UP/J SMK/MAK dan di luar UP/J SMK/MAK untuk mencapai sasaran MBS, (3) melaksanakan program MBS secara efektif dan efisien dengan menerapkan prinsip Total Quality Management (TQM) dan pendekatan sistem, (4) melaksanakan pengawasan dan pembimbingan pelaksanaan MBS sehingga kejituan implementasi dapat dijamin untuk mencapai sasaran MBS, (5) pada setiap akhir tahun ajaran melakukan evaluasi pencapaian sasaran MBS yang telah ditetapkan. Hasilnya untuk menentukan sasaran baru MBS tahun berikutnya, (6) menyusun laporan pelaksanaan MBS beserta hasilnya secara lengkap dan benar untuk disampaikan kepada Dinas Pendidikan kabupaten/kota, komite SMK dan yayasan (bagi MAK) setempat, (7) mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan MBS kepada stakeholders.

Dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan pemberlakuan kurikulum yang ada, SMK/MAK melaksanakan aktivitas produksi dalam pencapaian kompetensi yang diharapkan. Hal ini mengandung arti bahwa semua aspek individu berproses dalam kegiatan pembelajaran dan dapat diukur. Aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik terintegrasi dalam bentuk hasil belajar akhir yang berupa barang, jasa atau hasil karya lainnya (Dikmenjur, 2007) .


 

  1. Pelaksanaan UP/J SMK/MAK sebagai Salah Satu Sumber Pendanaan Pendidikan SMK/MAK

Hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa SMK/MAK tentu saja akan semakin bernilai apabila dapat diakui oleh masyarakat sebagai sesuatu yang dapat bermanfaat dan laku untuk dijual. Siswa SMK program keahlian Tata Boga dapat memproduksi berbagai jenis makanan yang laku dijual; dari program keahlian Tata Busana dapat menghasilkan barang dalam bentuk aneka pakaian jadi maupun jasa dengan menerima jahit pakaian; program keahlian Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura dengan menghasilkan berbagai hasil pertanian maupun budidaya hasil pertanian, perikanan maupun peternakan dan masih banyak lagi dari program keahlian lainnya (Dikmenjur, 2007).

Dengan berbagai produk yang dihasilkan oleh siswa, SMK seharusnya dapat mengembangkan Unit Produksi dengan menjual atau memasarkan produk hasil kompetensi siswa. SMK semestinya dapat berproduksi secara lebih intensif dan siswa akan semakin sering berlatih sehingga dapat mempertajam kompetensi sekaligus mengalami dan menikmati langsung hasil dari penjualan produk tersebut. Keuntungan hasil penjualan UP/J SMK/MAK tentu saja dapat menjadi salah satu sumber pendanaan pendidikan bagi SMK/MAK (Dikmenjur, 2007).


 

1.     Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Pelaksanaan UP/J SMK/MAK

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan UP/J SMK/MAK antara lain menurut Dikmenjur (2007) adalah: (1) memastikan personil yang terlibat dalam UP/J SMK/MAK: Siapa yang akan direkrut, bagaimana kriteria perekrutan, siapa yang akan terlibat secara langsung, bagaimana tugas dan tanggungjawab masing-masing; (2) mengatur waktu, meliputi waktu operasi UP/J SMK/MAK, waktu produksi suatu produk/jasa, pengaturan waktu personil dan pekerja lainnya atau dengan kata lain melaksanakan jadwal produksi barang/jasa yang telah direncanakan secara tepat waktu; (3) mengelola penjualan: Mengetahui pelanggan dan kebutuhannya, mengenal pesaing dengan kekurangan dan kelebihannya, Penetapan harga yang kompetitif (tidak selalu murah, namun harga yang menggambarkan jaminan keunggulan produk), Promosi yang proaktif, Layanan yang menjadi nilai tambah, tempat yang memadai dan nyaman, pemanfaatan teknologi dan informasi, melakukan pencatatan terhadap setiap transaksi; (4) menyiapkan peralatan yang dibutuhkan. Peralatan sangat dibutuhkan dalam operasi unit produksi/jasa, oleh karenanya, meskipun peralatan yang telah ada di sekolah masih perlu dipastikan peralan mana saja yang akan digunakan dalam melakukan aktivitas unit produksi/jasa sehingga tidak mengganggu aktivitas pembelajaran. Setidaknya perlu dipastikan penjadwalan pemakaian peralatan untuk operasi unit produksi/jasa yang tidak menimbulkan gangguan terhadap kegiatan belajar mengajar reguler.    Anda mungkin bertanya pada diri sendiri: bagaimana saya membuat barang atau jasa yang akan saya jual pada pasar saya? Salah satu bagian terpenting dari usaha adalah produksi/jasa. Produksi/jasa adalah proses pembuatan barang atau jasa yang dapat dikirim dan dijual oleh suatu perusahaan ke pasar perusahaan tersebut.

Penggunaan input (bahan baku, tenaga kerja, modal, energi, dsb) secara efesien untuk menghasilkan output (barang dan jasa) pada biaya yang terendah adalah tugas dari manajemen produksi. Manajemen produksi mengatur agar sumber daya digunakan secara efektif untuk membuat produk/jasa pada jumlah yang tepat dan mutu yang diinginkan serta harga yang tepat.

  1. Memilih cara melaksanakan dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen UP/J SMK/MAK seperti yang telah dibahas pada modul 1. Misalnya bekerja secara profseional, membagi keuntungan secara adil, dan sebagainya.
  2. Melaksanakan seperti yang tertuang dalam rencana bisnis yang telah dibuat sebelumnya.


 

2.     Antisipasi Masalah Pelaksanaan UP/J SMK/MAK

Masalah umu dalam pelaksanaan adalah tidak diterapkannya prinsip-prinsip manajemen efektif dan rencana bisnis yang telah dibuat. Masalah pelaksanaan unit produksi dapat dikelompokkan menjadi masalah yang berorientasi pada input, proses, dan output. Masalah yang berorientasi input umumnya berhubungan dengan ketersediaan dan biaya dari input. Sebagai contoh material atau tenaga kerja mungkin tidak tersedia dalam mutu atau jumlah yang diinginkan. Biaya dari kedua input juga tinggi. Masalah lainnya misalnya bahan rusak, pekerja terlambat atau absen, kurangnya pekerja yang trampil, dan seringnya mesin rusak. Masalah yang berorintasi proses misalnya metode kerja yang tidak efisien, kurangnya komitmen dan motivasi kerja. Masalah yang berhubungan dengan output misalnya produk yang rusak, dan ketidakmampuan untuk memenuhi jadwal pengiriman karena keterlambatan dalam produksi dan biaya produksi yang tidak beralasan.

Sebagai manajer produksi, anda seharusnya berusaha agar sumber daya atau input telah digunakan secara efesien untuk menghasilkan output pada harga yang tepat, mutu dan jumlah yang diinginkan oleh konsumen atau pembeli.Sasaran anda seharusnya: (1) menjamin penggunaan sumber daya yang optimum, (2) menurunkan biaya produksi, (3) meningkatkan mutu dan produktivitas, (4) menjamin ketepatan waktu.


 

3.     Biaya Produk Jadi

Biaya produk terbentuk dari dua komponen biaya, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Input yang secara langsung digunakan untuk membuat barang jadi membentuk biaya langsung, Sedangkan semua biaya dari input-input lain yang digunakan seperti biaya untuk keperluan persediaan, biaya kegiatan kantor, dan biaya pemasaran disebut biaya tak langsung.

Biaya langsung dibentuk dari dua bagian yaitu biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya bahan baku dan komponen yang digunakan untuk membuat suatu produk, disebut biaya bahan baku langsung. Sedangkan biaya untuk upah, fasilitas perumahan, asuransi dll yang dikeluarkan selama UP/J membuat produk/jasa disebut biaya tak langsung.

Biaya tak langsung meliputi pengeluaran lainnya dari bisnis, di antaranya: (1) penggunaan gedung, mesin dan peralatan beserta perawatan dan penggantiannya; (2) tenaga listrik, pelumas, air, pemanasan dan bahan-bahan lainnya yang diperlukan untuk menjalankan proses produksi, (3) gaji untuk para karyawan yang tidak membuat produk secara langsung seperti pemilik, pengelola, tenaga penjualan, mandor, pengurus kantor dsb, (4) biaya transportasi, (5) biaya kantor seperti biaya telpon, pos, fotocopy dll, (6) biaya penjualan, seperti komisi penjual, potongan harga, biaya iklan, dan sebagainya..


 

4.     Efisiensi Produksi

Sebagai manajer produksi, seharusnya anda memperhatikan penggunaan yang efisien dari input dalam memproduksi output. Anda harus selalu meningkatkan produktivitas yaitu rasio antara nilai output dan nilai input. Dengan kata lain produktivitas adalah efisiensi dalam penggunaan input untuk menghasilkan output.


 


5.     Pembuatan Barang/Jasa Bermutu

Mutu adalah bagian penting dalam rumus produktivitas. Dalam produksi, anda tidak selalu membuat 100% produk yang baik. Terkadang dihasilkan produk yang cacat, dan produk yang perlu pekerjan kembali. Pada dasarnya produktivitas adalah rasio antara output yang baik dengan input. Usaha, waktu dan uang yang terpakai dalam pengerjaan kembali dan pemeriksaan komponen kembali dan pemeriksaan komponen dan prosuk, merupakan kerugian karena mengurangi produktivitas.

Pengalaman para pabrikan menunjukan 25% produktivitas hilang karena rendahnya mutu. Jika anda dapat menghindari kehilangan ini anda dapat meningkatkan output anda sampai 30% tanpa menambah biaya produksi. Jadi jelas terdapat hubungan yang erat antara produktivitas dan mutu.


 


 

    
 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB IV

KEPEMIMPINAN UNIT PRODUKSI/JASA SMK/MAK


 

  1. Kepemimpinan Pembelajaran di UP/J SMK/MAK


 

Keberadaan UP/J SMK/MAK yang utama adalah sebagai sumber belajar siswa. Dengan adanya UP/J SMK/MAK diharapkan, siswa dapat melaksanakan pembelajaran praktik dalam rangka meningkatkan keterampilan, sikap, dan pengetahuanna. Oleh sebab itu, orang yang memimpin UP/J SMK/MAK perlu memiliki kepemimpinan pembelajaran. Tindakan kepemimpinan pembelajaran antara lain : (1) pengambilan keputusan partisipatif, (2) pengambilan keputusan bersifat objektif sesuai kebutuhan di lapangan, (3) pengambilan keputusan relevan dengan kondisi siswa, (4) di SMK/MAK terjadi keakraban antara kepala SMK/MAK, guru, staf, dan siswa, (5) kepala SMK/MAK terbuka menerima kritik dan saran, (6) kepala SMK/MAK terbuka terhadap pembaharuan-pembaharuan dalam sistem pendidikan, (7) ada kejelasan pendelegasian tugas antara kepala SMK/MAK, guru, dan staf; (8) kepala SMK/MAK memberi kesempatan yang sama semua guru dan staf untuk mengembangkan diri; dan (9) kepala SMK/MAK memiliki tujuan ke depan yang jelas (visioner), (10) setiap UP/J SMK/MAK dipimpin oleh seorang ketua UP/J SMK, (11) kriteria untuk menjadi ketua UP/J SMK/MAK dipilh secara demokratis berdasarkan musyawarah dan mufakat kecuali terpaksa dapat dengan voting, (12) pengelola UP/J SMK/MAK memilki kemamuan memimpin yaitu seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dimiliki, dihayati, dikuasa, dan diwujudkannya dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, (13) pengelola UP/J SMK/MAK.

Dalam pegelolaannya harus mampu menjabarkan tentang (a) menjabarkan visi UP/J SMK/MAK ke dalam target mutu pembelajaran praktik.(b) merumuskan tujuan dan target mutu yang akan dicapai; (c) menganalisis tantangan, peluang, kekuatan, dan kelemahan UP/J SMK/MAK; (d) membuat rencana kerja strategis dan rencana kerja tahunan untuk pelaksanaan peningkatan mutu pembelajaran praktik; (e) bertanggung jawab dalam membuat keputusan anggaran UP/J SMK/MAK; (f) melibatkan guru, komite sekolah dalam pengambilan keputusan penting SMK; (g) berkomunikasi untuk menciptakan dukungan intensif dai orang tua peserta didik dan masyarakat; (h) menjaga dan meningkatkan motivasi kerja pendidik dan tenaga kependidikan dengan menggunakan sistem pemberian penghargaan atas prestasi dan sanksi atas pelanggaran peraturan dan kode etik; (i) menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif bagi peserta didik; (j) bertanggung jawab atas perencanaan partisipatif mengenai pelaksanaan kurikulum; (k) melaksanakan dan merumuskan program supervisi, serta memaanfatkan hasil supervisi untuk menngkatkan kinerja UP/J SMK/MAK; (l) meningkatkan mutu pendidikan; (m) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya; (n) memfaslitasi pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan visi pembelajaran yang dikomunikasi dengan baik dan didukung oleh komunitas SMK/MAK; (o) membantu, membina, dan mempertahankan lingkungan SMK/MAK dan program pembelajaran praktik yang kondusif bagi proses belajar peserta didik dan pertumbuhan profesional para guru dan tenaga kependidikan; (p) menjamin manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya SMK/MAK untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat, efisien, dan efektif; (q) menjalin kerja sama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat, dan komite SMK/MAK menanggapi kepentingan dan kebutuhan komunitas yang beragam, dan memobilisasi sumber daya masyarakat; dan ® . memberi contoh/teladan/tindakan yang bertanggung jawab.


 

  1. Kepemimpinan Intrapreneurship di UP/J SMK/MAK

Kepemimpinan UP/J SMK/MAK lebih cocok menggunakan kepemimpinan intrapreneurship daripada kepemimpinan enterpreneurship. Karena intrapreneurship adalah enterpreneurship di dalam organisasi (Hisrich & Peters, 2002). Unsur-unsur kepemimpinan intrapreneurship dan perbedaannnya dengan manajer dan interpreneurship seperti tabel di bawah ini.


 

 

Tabel 4.1. Perbedaan Manajer, Entrepreneur dengan Intrapreneur

Unsur

Manajer Tradisional 

Entrepreneur Tradisional

Intrapreneur 

Motif Utama 

Menginginkan promosi dan imbalan perusahaan tradisional lainnya. Termotivasi oleh wewenang.

Menginginkan kebebasan. Berorientasi kepada tujuan, percaya diri dan termotivasi oleh dirinya sendiri.

Menginginkan kebebasan dan diperbolehkannya mempergunakan sumberdaya perusahaan. Berorientasi kepada tujuan dan dorongan diri sendiri, tetapi juga tanggap terhadap imbalan dan penghargaan perusahaan. 

Orientasi Waktu 

Dipengaruhi oleh kuota dan anggaran belanja, cakrawala rencana mingguan, bulanan, kuartalan, dan tahunan, promosi dan pemindahan yang akan dating.

Sasaran akhir pertumbuhan usaha 5-10 tahun, dipandang sebagai pedoman. Mengambil tindakan sekarang untuk menggerakkan langkah-langkah selanjutnya.

Sasaran kahir 3-15 tahun tergantung pada jenis usaha. Penting memenuhi jadwal yang ditetapkan oleh dirinya sendiri dan jadwal perusahaan. 

Tindakan 

Mendelegasikan tindakan. Pengawasan dan pelaporan paling banyak menghabiskan tenaganya. 

Bersedia melakukan pekerjaan kasar. Dapat membingungkan karyawan karena tiba-tiba mengambil alih pekerjaan mereka.

Bersedia melakukan pekerjaan kasar. Mungkin tahu bagaimana mendelegasikan tetapi jika perlu mengerjakan sendiri apa yang perlu dikerjakan. 

Keterampilan

Manajemen professional. Seringkali tamat pendidikan jurusan perniagaan. Alat analisis abstrak, manajemen karyawan dan ketrampilan politik. 

Menguasai seluk beluk bisnis dengan akrab. Mempunyai lebih banyak kelihaian berusaha daripada ketrampilan politik manajerial. Jika di bidang usaha teknik seringkali berpendidikan teknik. Mingkin sebelumnya sudah mempunyai tanggung jawab kepegawaian di perusahaan.

Mirip sekali dengan entrepreneur tradisional, tetapi pekerjaan menuntut kemampuan yang lebih besar untuk dapat sukses dalam perusahaan. Memerlukan bantuan untuk kesuksesan ini.

Keberanian dan Nasib 

Memandang orang lain bertanggung jawab atas nasibnya. Mungkin mampu dan berambisi, tetapi mungkin khawatir terhadap kemampuan orang lain untuk merintanginya. 

Percaya diri, bersifat optimis, dan berani.

Percaya diri dan berani. Banayk intrapreneur sinis terhadap sistim, tetapi optimis mampu mengatasinya. 

Perhatian 

Terutama kepada kejadian-kejadian dalam perusahaan. 

Terutama kepada teknologi dan pasar. 

Ke dalam maupun ke luar perusahaan, meyakinkan karyawan dalam perusahaan tentang perlunya usaha spekulatif dan pasar, tetapi juga memusatkan perhatian kepada pelanggan.

Risiko 

Berhati-hati. 

Tidak keberatan terhadap risiko yang terbatas. Melakukan investasi yang besar, tetapi mengharapkan supaya sukses.

Tidak keberatan terhadap risiko yang terbatas. Biasanya tidak takut dipecat, jadi menganggap kecil risiko pribadi. 

Penelitian Pasar 

Melakukan penyelidikan pasar utnuk mengetahui kebutuhan dan mengarahkan perencanaan produk.

Menciptakan kebutuhan. Menciptakan produk yang sering kali tidak dapat diuji dengan penelitian pasar. Pelanggan potensial belum memahami produk tersebut. Berbicara dengan pelanggan dan membentuk pandangan sendiri. 

Melakukan sendiri penelitian pasar dan menilai pasar berdasarkan intuisi seperti entrepreneur tradisional.

Status  

Memperhatiakn lambang status (kantor disudut dan sebagainya). 

Merasa senang duduk di atas peti jeruk ketika pekerjaan sering dilakukan. 

Menganggap lambing status tradisional sebagai lelucon, menghargai lambang kebebasan.

Kegagalan dan Kesalahan 

Berjuang menghindari kesalahan dan hal-hal yang tidak diduga. Menunda mengakui kegagalan. 

Memperlakukan kesalahan dan kegagalan sebagai pengalaman belajar. 

Ingin selalu kelihatan teratur dalam perusahaan. Berusaha menutupi proyek yang mengandung risiko sehingga dapat belajar dari kesalahan-kesalahan tanpa kerugian politis karena kegagalan yang diketahui umum.

Keputusan 

Sependapat dengan orang yang berkuasa. Menunda keputusan sampai dapat meraba apa yang diingini atasan.

Mengikuti visi pribadi. Tegas dan berorientasi kepada tindakan. 

Pandai mengusahakan agar visi pribadi disetujui orang lain. Lebih sabar dan mau berkompromi dibandingkan dengan entrepreneur tradisional, tetapi masih tetap seorang pelaku.

Melayani Siapa 

Memuaskan orang lain. 

Memuaskan diri sendiri dan pelanggan. 

Memuaskan diri sendiri, pelanggan dan mereka yang meyokong (sponsor). 

Sikap Terhadap Sistem 

Memandang sistem sebagai tempat untuk berkembang dan berlindung mencari kedudukan di dalam sistem itu.

Mungkin dapat maju dengan cepat di dalam sistem, tetapi jika gagal akan menolak sistem tersebut dan membentuk sistem sendiri. 

Tidak suka kepada sistem, tetapi berusaha memanipulasinya. 

Cara Memecahkan Masalah 

Memecahkan masalah dalam rangka sistem.

Menghindari masalah di dalam struktur yang besar dan formal dengan meninggalkannya dan memulai sendiri yang baru. 

Memecahkan masalah dalam rangka sistem atau melewatkannya tanpa meninggalkannya. 

Riwayat Keluarga 

Anggota keluarga bekerja di perusahaan besar.

Mempunyai latar belakang bisnis kecil entrepreneurial, professional atau pertanian. 

Mempunyai latar belakang bisnis kecil entrepreneurial, professional atau pertanian. 

Hubungan dengan Orang Tua 

Tidak tergantung kepada ibu, hubungan baik dan agak tergantung dengan bapak.

Tidak ada hubungan atau hubungan tidak baik dengan bapak. 

Hubungan dengan bapak lebih baik, tetapi masih sering tidak cocok. 

Latar Belakang Sosioekonomi 

Latar belakang kelas menengah (madya). 

Latar belakang kelas yang bawah menurut penelitian awal dan kelas menengah (madya) menurut penelitian yang baru diadakan.

Latar belakang kelas menengah (madya). 

Tingkat Pendidikan 

Berpendidikan tinggi. 

Berpendidikan menengah menurut penelitian sebelumnya dan menurut penelitian yang diadakan kemudian, beberapa sudah sarjana tetapi bukan Doktor.

Seringkali berpendidikan tinggi, khususnya di bisang teknik, tetapi kadang-kadang tidak. 

Hubungan dengan Orang Lain 

Hirarki sebagai hubungan dasar. 

Transaksi dan persetujuan dagang sebagai hubungan dasar.

Transaksi dalam rangka hirarki. 

(Pinchot III, 1988).


 


 

 

Ciri-ciri kepemimpinan intrapreneurship menurut (Hisrich & Peters, 2002) yaitu: (1) memahami lingkungan, (2) suka menghayal, (3) luwes, (4) melaksanakan manajemen, (5) mendorong tim kerja, (6) mendorong diskusi terbuka, (7) membangun dukungan koalisi, dan (8) ulet.


 

1.     Memahami Lingkungan

Seorang intrapreneur memerlukan pemahaman terhadap seluruh aspek lingkungan. Kemampuan memahami lingkungan mencerminkan tingkat kreativitas yang dimilki seseorang. Kreativitas mungkin merupakan tingkatan tertinggi di organisasi yang besar. Untuk menjadi seorang intrapreneurship yang berhasil, seseorang harus kreatif dan memahami lingkungan internal dan eksternalnya (Hisrisch & Peters, 2002).

Pengelola UP/J SMK/MAK bekerja di dalam sebuah sekolah baik negeri maupun swasta karena ia terikat dengan lingkungan dan ketentuan sekolah. Pengelola UP/J SMK/MAK harus pandai-pandai memahami dan memanfaatkan lingkungan sekolah. Sebagai contoh, jika lingkungan sekolah berada di daerah pantai maka kemungkinan usaha perikananlah yang menjanjikan. Jika lingkungan seklah berada di daerah pertanian, maka usaha pertanianlah yang mungkin dibuka.

Untuk memahami lingkungan maka sebagai calon intrapreneurship yang sukses, ia harus hobby menjelajah. Kreativitas dapat dikembangkan jika manusia suka menjelajah atau berpetualang. Dalam pengembangan unit produksi/jasa, naluri penjelajah ini diperlukan untuk memperoleh inovasi-inovasi baru dalam bentuk produksi/jasa. Mereka yang bernaluri adventuring merupakan pribadi yang senang menghadapi tantangan, sehingga terus menerus mencari terobosan. Seorang Kepala SMK/MAK yang berjiwa adventure akan terus menerus berusaha dan bahkan belajar dari kesalahan atau kegagalan sebagai sukses yang tertunda untuk meraih keberhasilan. Si penjelajah tidak akan mengenal kata patus asa sehingga ia tidak akan pernah berhenti mencoba sampai menemukan cara yang paling cocok untuk sampai ke tujuan. Demikian juga dalam pengembangan unit produksi/jasa, Kepala SMK/MAK akan mengerahkan tim pengelolaan (manajemen), khususnya pengelolaan unit produksi/jasa untuk terus mencari jenis produk/jasa yang benar-benar dapat memenuhi kepuasan pelanggan internal dan eksternal sekolah.


 

2.     Suka Mengkhayal (Visionary)

Seorang yang ingin menjadi intrapreneurship yang berhasil harus menjadi penghayal atau pemimpi untuk berhasil.Pemimpin yang suka berkhayal kemudian menawarkan hayalannya melalui komunikasi efektif kepada bawahannya untuk diwujudkan (Hisrich & Peters, 2002). Pemimpin UP/J SMK/MAK yang terikat dengan sistem sekolah harus terus-menerus mencari, menemukan dan meng-create ide-ide dalam pengembangan SMK/MAK khususnya unit produksi/jasa. Untuk itu Kepala SMK/MAK harus terus menerus dekat dengan sumber ide. Kehidupan rohani yang baik, menyediakan waktu untuk membaca, membangun jaringan, mengetahui informasi pasar sehingga ide mengembangkan unit produksi/jasa akan mengalir tanpa henti.


 

3.     Luwes

Luwes ialah bersifat fleksibel kepada siapa saja dalam pergaulan. Tidak kaku dengan orang lain maupun dengan aturan sekolah yang berlaku.. Dengan fleksibilitas, seseorang lebih lincah dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya sekolah secara optimal, tidak lagi harus menunggu petunjuk dari atasan dalam mengelola dan memberdayakan sumberdaya sekolah yang ada. Akibatnya, seseorang akan lebih responsif dan lebih cepat dalam merespons kekuatan-kekuatan, kelemahan-kelemahan, peluang-peluang, dan ancamana-ancaman yang dihadapinya. Meskipun seseorang sudah memiliki keluwesan-keluwesan, ia harus tetap dalam koridor kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di sekolahnya.


 

4.     Melaksanakan Prinsip Manajemen

Pemimpin UP/J SMK/MAK yang sukses harus melaksanakan prinsip manajemen (Overton, 2002) seperti yang telah diuraikan pada Bab 1.


 

5.     Mendorong Tim Kerja

Pemimpin UP/J SMK/MAK yang terikat dengan warga sekolah, dalam mengembangkan UP/J SMK/MAK harus melibatkan warga sekolah dalam sebuah tim yang solid. Ia dituntut untuk mendorong tim kerja agar bersama-sama memajukan UP/J SMK/MAK.

Seorang intrapreneurship yang sukses harus memiliki teamwork yang kompak (solid), cerdas, dan dinamis baik dalam arti sebenarnya maupun singkatan. TEAMWORK dalam arti singkatan adalah Together (bersama-sama, gotong royong), Empathy (saling merasakan), Assist (saling menolong), Maturity (saling dewasa), Willingness (saling memberi dan mengerti), Organization (saling tertata dengan baik), Respect (saling menghormati), dan Kindness (saling berbuat kebaikan(Jalal & Supriadi, 2001). Yang perlu ditanamkan dalam setiap anggota teamwork adalah kebersamaan, filsafat sapu lidi, bercerai kita runtuh bersatu kita teguh. Keberhasilan UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar siswa dan pendanaan bukanlah hasil kerja manajer UP/J SMK/MAK sendiri tetapi berkat kerjasama seluruh warga sekolah dan stakeholders.


 

6.     Mendorong Diskusi Terbuka

Pemimpin UP/J SMK/MAK yang terikat dengan warga sekolah, dalam mengembangkan UP/J SMK/MAK harus
melakukan diskusi terbuka dalam memajukan UP/J SMK/MAK.(Hisrich & Peters, 2002). Keterbukaan seorang intrapreneurship dalam manajemen UP/J SMK/MAK dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa saling curiga antara sekolah dengan stakeholder-nya. Sekolah yang dicurigai tidak jujur akan ditinggalkan stakeholder-nya. Keterbukaan merupakan awal dari kejujuran. Kejujuran terletak dalam hati nurani. Sekarang banyak orang pintar tetapi sedikit orang yang jujur. Tugas kepala sekolah dan guru adalah memberi dan menjadi contoh sebagai orang yang jujur kepada siswa-siswanya. Keterbukaan dalam arti bersifat proporsional yaitu tidak semua rahasia pribadi diungkapkan dalm diskusi-diskusi melainkan keterbukaan dalam manajemen dan keuangan sekolah. Keterbukaan hanya akan efektif jika ada komunikasi yang efektif atau sebaliknya.


 

7.     Membangun Dukungan Koalisi

Pemimpin UP/J SMK/MAK yang terikat dengan sekolah, dalam mengembangkan UP/J SMK/MAK harus
membangun koalisi dengan stakeholders sekolah terutama dengan institusi pasangan sekolah yang sudah ada MoU-nya.. Membangun dukungan koalisi berarti mengadakan kemitraan. Kemitraan ialah kerja sama saling menguntungkan dalam hubungan setara dan interaktif, aktif, dan positif. Seorang intrapreneurship yang sukses akan memikirkan dengan siapa akan bermitra atau membentuk jaringan kerja (networking) karena bekerja sendiri-sendiri hasilnya cenderung lebih kecil dibandingkan dengan bekerja bersama-sama mitra (sinerjis). Kemitraan akan berjalan efektif bila saling untung (profit). Kemitraan UP/J SMK/MAK misalnya bergabung dengan institusi pasangan yang ada di dunia usaha dan industri. Dalam melakukan kemitraan, keluarga, masyarakat, dan pemerintah melaksanakan fungsinya masing-masing sesuai dengan perannya masing-masing. Masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawabnya terhadap pendidikan


 

8.     Ulet

Berkeinginan kuat untuk menjadi nomor satu, selalu ingin maju, ingin berprestasi, di atas yang terbaik selalu ada yang lebih baik, tidak mudah menyerah, gigih, ulet (suka bekerja keras dan tidak mengenal jera atau putus asa). Keuletan sangat diperlukan untuk mengembangkan usaha karena di dalam keuletan akan muncul motivasi. Keuletan untuk menjadikan produksi sekolahnya laku di pasar, akan mendorong tumbuhnya inovasi produk dan layanan. Orang ini cenderung menjadi orang yang tidak mudah terpengaruh sesudah membulatkan tekatnya untuk mencapai sesuatu. Membentuk irama kerjanya sendiri dan bertahan dengan itu. Ia bisa menjadi kaku bahkan 'ngotot' jika amerasa ditekan untuk melakukan tindakan di luar keinginannya.

Kesediaan untuk bekerja keras menjadi persyaratan tak tertulis dalam mengelola kegiatab unit produksi/jasa SMK/MAK karena untuk memenuhi permintaan konsumen kadang memerlukan waktu kerja yang ingin cepat selasai. Sebagai wirausaha, tidak semestinya menolak pesanan konsumen atau permintaan layanan, misalnya mengantarkan pesanan ke tempat yang ditentukan, memenuhi pesanan dalam jumlah banyak sekaligus yang tidak pernah dilakukan sebelumnya. Oleh karenanya komitmen pemenuhan permintaan konsumen ini dalam hal kuantitas, kualitas maupun pelayanan.

Beberapa unit produksi SMK/MAK sering mengalami kegagalan atau kelambanan dalam perkembangan, antara lain dikarenakan kurangnya komitmen terhadap pelanggan yang disebabkan oleh ketidaksediaan Kepala SMK/MAK untuk bekerja keras. Bila hal ini terjadi, maka sebaik apapun kualitas produk unit produksi/jasa akan mengurangi minat pelanggan untuk memiihnya.


 

  1. Upaya-upaya menumbuhkan Naluri Kewirausahaan

  • Mengasah kepekaan terhadap berbagai peluang dan fenomena
  • Mulailah dari sekarang (Just do it)
  • Think big, start small
  • Memelihara semangat untuk mencari tahu
  • Memelihara dan menumbuhkan kemauan baca
  • Siap menerima dan siap memberi
  • Membangun jaringan, berkumpul dengan pebisnis
  • Menjaga penampilan
  • Menjaga kepercayaan
  • Memelihara dan menumbuhkembangkan sikap mental pewirausaha (K = 15 %; S = 15 %; Att = 70 %)
  • Di samping berusaha, terus-menerus berdoa


 

  1. Rangkuman

Kepemimpinan UP/J SMK/MAK meliputi kepemimpinan pembelajaran dan kepemimpinan intrapreneurship. Tindakan kepemimpinan pembelajaran memperhatikan 13 hal. Kepemimpinan intrapreneurship ialah wirausaha di dalam organisasi yang terikat dengan aturan organisasi. Karakteristik kepemimpinan intrapreneurship menurut (Hisrich & Peters, 2002) yaitu: (1) memahami lingkungan, (2) suka menghayal, (3) luwes, (4) melaksanakan manajemen, (5) mendorong tim kerja, (6) mendorong diskusi terbuka, (7) membangun dukungan koalisi, dan (8) ulet. Ada 12 cara agar pemimpin memiliki naluri wirausaha


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB V

PENGAWASAN UP/J SMK/MAK


 

A. Konsep Pengawasan UP/J SMK/MAK sebagai Sumber Belajar Siswa


 

1.     Pengawasan Akademik

a.     Pengelola UP/J SMK/MAK menyusun program pengawasan akademik secara objektif, bertanggung jawab dan berkelanjutan.

b.     Penyusunan program pengawasan akademik di UP/J SMK/MAK didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan.

c.     Program pengawasan akademik disosialisasikan ke seluruh pendidik dan tenaga kependidikan.

d.    Pengawasan UP/J SMK/MAK meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan.

e.     Pemantauan pengelolaan UP/J SMK/MAK dilakukan oleh komite sekolah/madrasah atau bentuk lain dari lembaga perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan secara teratur dan berkelanjutan untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas pegelolaan.

f.    Supervisi pengelolaan akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh kepala sekolah/madrasah dan pengawas sekolah/madrasah.

g.    Guru melaporkan hasil evaluasi dan penilaian sekurang-kurangnya setiap akhir semester yang ditujukan kepada kepala sekolah/madrasah dan orang tua/wali peserta didik.

h.     Tenaga kependidikan melaporkan pelaksanaan teknis dari tugas masing-masing sekurang-kurangnya setiap akhir semester yang ditujukan kepada kepala sekolah/madrasah. Kepala sekolah/madrasah, secara terus-menerus melakukan pengawasan pelaksanaan tugas tenaga kependidikan.

i.    Kepala sekolah/madrasah melaporkan hasil evaluasi kepada komite sekolah/madrasah dan pihak-pihak lain yang berkepeningan sekurang-kurangnya setiap akhir semester.

j.     Pengawas sekolah melaporkan hasil pengawasan di sekolah kepada bupati/walikota melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yan bertangung jawab di bidang pendidikan dan sekolah yang bersankutan, setelah dikonfirmasikan pada sekolah terkait.

k.     Pengawas madrasah melaporkan hasil pengawasan di madrasah kepada Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota dan pada madrasah yang bersangkutan, setelah dikonfirmasi pada madrasah terkait.

l.    Pengawas madrasah melaporkan hasil pengawasan menindaklanjuti laporan hasil pengawasan tersebut dalam rangka meningkatkan mutu sekolah/madrasah termasuk memberikan sanksi atas penyimpangan yang ditemukan.

m.     Sekolah/madrasah mendokumentasikan dan menggunakan hasil pemantauan, supervisi, evaluasi, dan pelaporan serta catatan tindak lanjut untuk memperbaiki kinerja sekolah/madrasah dalam pengelolaan pembelajaran dan pengelolaan secara keseluruhan.


 


 


 

2.     Evaluasi Diri

a.     Pengelola UP/J SMK/MAK melakukan evaluasi diri terhadap kinerja UP/J SMK/MAK.

b.     Pengelola UP/J SMK/MAK menetapkan prioritas indikator untuk mengukur, menilai kinerja, dan melakukan perbaikan dalam rangka pelaksanaan Sandar Nasional Pendidikan.

c.    Pengelola UP/J SMK/MAK melaksanakan:

1)     Evaluasi proses pembelajaran secara priodik, sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun, pada akhir semester akademik; dan

2)     Evaluasi diri UP/J SMK/MAK dilakukan secara priodik berdasarkan data dan informasi yang sahih.


 

3.     Evaluasi dan Pengembangan KTSP


a.     Komprehensif dan fleksibel dalam mengadaptasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mutakhir,

b.     Berkala untuk merespons perubahan kebutuhan peserta didik dan masyarakat, serta perubahan sistem pendidikan maupun perubahan sosial,

c.     Integratif dan monolitik sejalan dengan perubahan tingkat mata pelajaran, dan

d.     Menyeluruh dengan melibatkan bebagai pihak meliputi dewan pendidik, komite sekolah/madrasah, pemakai lulusan, dan alumni.


 


 


 

4.     Evaluasi Pendayagunaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

a.     Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan direncanakan secara komprehensif pada setiap akhir semester dengan mengacu pada Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

b.     Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan meliputi keseuaian penugasan dengan keahlian, keseimbangan beban kerja, dan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas.

c.     Evaluasi kinerja pendidik harus memperhatikan pencapaian prestasi dan perubahan-perubahan peserta didik.


 

  1. Konsep Pengawasan UP/J SMK/MAK sebagai Sumber Pendanaan


 

UP/J SMK/MAK harus menghasilkan barang/jasa yang memiliki Biaya hemat, Mutu hebat, dan Waktu tepat (BMW) agar mampu bersaing dengan barang/jasa sejenis di di masyarakat luas. Dengan demikian UP/J SMK/MAK akan mendapatkan keuntungan finansial yang dapat digunakan sebagai sumber pendanaan pendidikan di SMK/MAK. Oleh sebab itu, pengawasan terhadap biaya, mutu, dan waktu perlu dilakukan oleh pengelola UP/J SMK/MAK.


 

1.     Pengawasan terhadap Biaya

Pengelola
UP/J SMK harus mampu mengawasi pengeluaran biaya untuk menekan biaya produksi serendah-rendahnya sehingga mampu menjual produksi barang/jasa dengan harga bersaing dengan pesaingnya di masyarakat luas. Pengelola UP/J SMK/MAJK menjamin pemasok mengirim bahan baku dengan biaya dan mutu yang wajar dan yang telah disepakati, dan menyimpannya dengan baik untuk mencegah kerusakan. Periksa bahan baku yang dikirim pemasok untuk memastikan bahwa bahan baku tersebut dengan harga dan mutu yang telah disepakati (Dikmenjur, 2007).

Dalam bisnis dibutuhkan untuk menjaga persediaan bahan baku, bahan setengah jadi dan barang jadi untuk memenuhi target produksi dan penjualan. Pengelolaan dan pengawasan persediaan berarti anda harus menjaga agar persediaan tidak terlalu sedidkit atau terlalu rendah. Menyimpan kelebihan persediaan akan menaikkan modal kerja anda dan berkurangnya kas anda. Pada kenyataannya kelebihan persediaan juga akan merugikan anda dengan rusaknya bahan baku dan barang jadi akan disimpan terlalu lama.

Ide dasar pada pengawasan persediaan adalah mengoperasikan bisnis anda secara efektif dengan sekecil mungin jumlah persediaan, Untuk dapat melakukan ini anda seharusnya tahu jawaban dari pernyataan: (1) Kapan anda pesan? (2) Berapa kali anda pesan?, dan (3) Berapa banyak anda pesan?. Untuk menjawab pertanyaan di atas, anda harus tahu bagaimana memisahkan antara persediaan dasar dan persediaan musiman karena setiap jenis persediaan tersebut dikendalikan dengan cara yang berbeda.


 

2.     Pengawasan terhadap Mutu

a.     Standar Mutu

Pastikan produk/jasa jadi sesuai dengan standar mutu dengan melakukan pengujian dan kriteria yang memadai. Gunakan form hasil pemeriksaan barang jadi sebagai umpan balik untuk memelihara standar proses produksi/jasa. (Dikmenjur, 2007)


 

b.     Pengawasan informasi manufaktur

Pengelola UP/J SMK/MAK memastikan bahwa setiap pekerja bagian produksi telah mendapat instruksi yang lengkap, mudah dimengerti, jelas dan sederhana tentang proses produksi. Pengelola UP/J SMK/MAK memberi mereka gambar dan diagram yang jelas. Setiap perubahan kebijaksanaan dan prosedur diberikan dengan jelas pada mereka untuk menjamin mutu, biaya, dan waktu berproduksi (Dikmenjur, 2007)..


 

c.     Proses manufaktur

Cegah memproduksi banyak produk jadi yang cacat dengan melakukan prosedur pemeriksaan rutin pada proses yang penting, perencanaan yang tepat, perawatan mesin yang baik dan pemberian motivasi pada pekerja produksi/jasa.


 

d.     Alat Ukur dan Alat Uji

Jadwalkan kalibrasi, penyesuaian, atau perawatan secara periodik pada alat uji dan alat ukur. Alat ukur yang dipakai menentukan mutu produksi yang akan dihasilkan


 

e.     Pemeliharaan Peralatan

Untuk menjaga mutu dan menghemat biaya maka peralatan harus dipelihara dengan melakukan hal-hal di bawah ini secara rutin: (1) melumasi peralatan anda paling sedikit satu kali seminggu, (2) memeriksa kondisi komponen peralatan sekali sebulan, (3) memeriksa kondisi tenaga listrik dan kabel-kabel sekali sebulan.


 

3.     Pengawasan terhadap Waktu

Pengelola
UP/J SMK harus mampu mengawasi waktu produksi dan waktu penyampaian barang/jasa kepada pelanggannya. Jika UP/J SMK/MAK tidak mampu menepati janjinya kepada pelanggan maka lama kelamaan UP/J SMK/MAK akan kehilangan pelanggan dan pembeli dan akhirnya akan tutup.


 

  1. Konsep Pembinaan UP/J SMK/MAK


 

1.     Membina UP/J SMK/MAK sebagai Pendidikan Berbasis Produksi

Dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan pemberlakuan KTSP, SMK/MAK menyelenggarakan aktivitas produksi dalam pencapaian kompetensi yang diharapkan. Hal ini mengandung arti bahwa semua aspek individu berproses dalam kegiatan pembelajaran dan dapat diukur. Aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik terintegrasi dalam bentuk hasil belajar akhir yang berupa barang, jasa atau hasil karya lainnya. Hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa SMK/MAK tentu saja akan semakin bernilai apabila dapat diakui oleh masyarakat sebagai sesuatu yang dapat bermanfaat dan laku untuk dijual. Siswa SMK/MAK program keahlian Tata Boga dapat memproduksi berbagai jenis makanan yang laku dijual; dari program keahlian Tata Busana dapat menghasilkan barang dalam bentuk aneka pakaian jadi maupun jasa dengan menerima jahit pakaian; program keahlian Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura dengan menghasilkan berbagai hasil pertanian maupun budidaya hasil pertanian, perikanan maupun peternakan dan masih banyak lagi dari program keahlian lainnya (Dikmenjur, 2007).

Dengan berbagai produk yang dihasilkan oleh siswa, SMK/MAK seharusnya dapat mengembangkan UP/J SMK/MAK dengan menjual atau memasarkan produk hasil kompetensi siswa. SMK/MAK semestinya dapat berproduksi secara lebih intensif dan siswa akan semakin sering berlatih sehingga dapat mempertajam kompetensi sekaligus mengalami dan menikmati langsung hasil dari penjualan produk tersebut. Kenyataan di lapangan, tidak semua SMK/MAK dapat melakukan penjualan produk hasil praktik siswa dengan berbagai alasan. Alasan yang sering diungkapkan adalah bahwa hasil produksi siswa belum layak jual, sulitnya memasarkan produk, kekurangan modal, masih terbatasnya peralatan, terlalu banyak saingan dan masih banyak lagi. UP/J SMK/MAK saat ini belum dapat membantu mengatasi masalah utama yang berkaitan dengan pemasaran produk hasil praktik siswa. Yang masih banyak terjadi di SMK/MAK adalah, produk yang dipasarkan pada UP/J SMK/MAK adalah hasil produksi pihak lain (misalnya produk yang dihasilkan oleh karyawan UP/J SMK/MAK, alumni atau guru). Beberapa UP/J SMK/MAK telah melibatkan siswa, namun keterlibatan siswa masih sangat terbatas bahkan hanya sebagai pelengkap, yang hanya sekedar mambantu beroperasinya UP/J SMK/MAK. Kondisi UP/J SMK/MAK seharusnya dapat dimaksimalkan dengan dukungan manajemen UP/J SMK/MAK yang handal (Dikmenjur, 2007).


 

2.     Membina UP/J SMK/MAK sebagai Sumberdaya SDM dan Peralatan

Investasi termahal di SMK/MAK adalah guru, karena komponen guru adalah komponen pendidikan yang selain harus digaji, memerlukan pengembangan terus menerus melalui pendidikan, pelatihan, penyegaran, magang di industri dan jenis pengembangan lainnya agar dapat mendidik dan membelajarkan siswa lebih optimal. Guru yang sudah kompeten masih terus memerlukan pendidikan dan pelatihan untuk memperbaharui pengetahuan dan penguasaan kompetensi sesuai dengan kebutuhan perkembangan pengetahuan dan teknologi. Komponen mahal yang ke dua yang ada di SMK/MAK adalah peralatan. Peralatan selain memerlukan perawatan dan perbaikan juga memerlukan pembaharuan agar praktik yang dilakukan siswa di SMK/MAK dapat disesuaikan dengan perkembangan teknologi serta tuntutan dunia usaha dan industri. Peralatan di SMK/MAK seringkali menjadi investasi yang sangat mahal akibat rendahnya use-factor. Alat yang harganya mahal hanya dipergunakan dalam waktu dan oleh siswa yang terbatas, karena singkatnya waktu pembelajaran praktik. Seharusnya alat yang ada di SMK/MAK dapat dioptimalkan penggunaannya dengan adanya kegiatan-kegiatan penunjang selain pembelajaran reguler (Dikmenjur, 2007).

Dalam rangka pemberdayaan peralatan, beberapa SMK melakukan aktivitas pemakaian alat untuk kegiatan UP/J SMK/MAK. Namun sayangnya beberapa SMK/MAK dalam pemberdayaan alat melalui UP/J SMK/MAK tersebut lebih banyak melakukannya dengan cara menyewakan peralatan kepada pihak luar untuk berproduksi. Akibatnya, peralatan di UP/J SMK/MAK cepat mengalami kerusakan dan hasil perolehan dari persewaan tidak dapat menutupi biaya untuk perawatan, berbaikan maupun pengembangan, sehingga berakibat pada terjadinya bambatan kegiatan praktik. Namun demikian sudah ada beberapa SMK/MAK yang telah melakukan optimalisasi pemanfaatan peralatan dengan cara lain, yaitu dengan melaksanakan Career Center, yang berupa kursus-kursus atau pelatihan singkat bagi masyarakat. Sebagian kecil SMK/MAK melakukan optimalisasi peralatan dengan melaksanakan kegiatan UP/J SMK/MAK yang masih variatif, baik dilihat dari segi pengelolaan, omset, pemasaran, jenis usaha, lingkup kerja, dan kontribusanya terhadap sekolah (Dikmenjur, 2007).


 

3.     Membina UP/J SMK/MAK sebagai Wadah Penyiapan Tenaga Kerja

Potensi tenaga kerja di Indonesia sangat besar, sebagian di antaranya adalah tamatan SLTA yang un-skill. Dunia Usaha dan IIndustri saat ini semakin selektif dalam perekrutan tenaga kerja sehingga hanya yang benar-benar kompeten yang akan diterima untuk mengoperasikan usaha. Berkaitan dengan kondisi ini SMK seharusnya semakin tertantang untuk menyiapkan tenaga kerja yang kompeten pada bidangnya yang siap mengisi lapangan kerja dan mampu memenangkan persaingan. Kenyataan lain menunjukkan bahwa banyak kaum muda di Indonesia memasuki lapangan kerja pada usia sangat muda. Penelitian yang dilakukan oleh ILO-PBB di Jakarta, Jawa Tengah dan NTT, 28 % responden mencari kerja pada usia di bawah 18 tahun; 55 % pada usia 18-21 tahun dan 17% setelah dewasa. Ini semakin memperjelas bahwa kebanyakan pencari kerja adalah tamatan SLTA. Bila diasumsikan pencari kerja tersebut adalah tamatan SMK/MAK, maka sebagai lembaga pendidikan yang menyiapkan tenaga kerja, --seperti telah dijelaskan sebelumnya—SMK/MAK harus mampu menyelanggarakan pembelajaran untuk pencapaian kompetensi produktif, sekaligus kompetensi lainnya agar mempunyai nilai tawar yang tinggi dalam menghadapi persaingan (Dikmenjur, 2007).

Agar tamatan dapat menguasai kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha/dunia industri diperlukan sistem pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung bukan sekedar simulasi dalam bekerja. Oleh karenanya para siswa SMK/MAK harus mendapat kesempatan untuk melakukan praktik kerja di tempat usaha/ industri. Mengharapkan pemenuhan kebutuhan akan praktik kerja di industri bagi siswa SMK/MAK, berarti memerlukan keterlibatan industri secara besar-besaran, karena secara jumlah dan jangka waktu, industri tidak akan mampu menampung semua siswa untuk melakukan praktik industri. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai hal yang antara lain karena keterbatasan kapasitas industri, kurangnya tenaga pembimbing/ tenaga instruktur dari industri, penjadwalan tenaga kerja yang ada dan pemakaian fasilitas industri sudah sangat padat, sehingga berat untuk tambahan layanan kepada siwa praktik.

Bagaimanapun kondisinya, praktik kerja di industri sangat diperlukan bagi siswa SMK/MAK, karena untuk menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan siap memasuki dunia kerja diperlukan sistem pendidikan yang adaptif, fleksibel dan profesional. Tujuan tersebut hanya akan dapat dicapai dengan cara memadukan pengalaman praktik dasar di sekolah dimantapkan dengan praktik kerja di industri (Dikmenjur, 2007).

UP/J SMK/MAK seharusnya dapat menjadi wahana siswa melakukan praktik kerja sebagaimana mereka melakukan praktik kerja industri. Sebagai contoh, SMK program keahlian Tata Boga dapat memberikan kesempatan kepada siswa terlibat langsung dalam aktivitas jasa Catering pada unit produksi sekolah; siswa SMK/MAK program keahlian mekanik otomotif dapat melakukan praktik industri pada UP/J SMK/MAK yang berupa layanan perawatan dan perbaikan kendaraan bermotor/ mobil. Namun tidak demikian kenyataan di lapangan, UP/J SMK/MAK tidak dapat berkembang sebagai unit yang setara dengan unit usaha yang seharusnya sehingga belum dapat memberikan pengalaman nyata dan intens terhadap siswa yang terlibat.

Di sisi lain, UP/J SMK/MAK yang mampu berkembang dan dikelola secara profesional, biasanya cenderung tertutup bagi siswa yang akan melakukan praktik kerja. Kondisi ini menjadikan UP/J SMK/MAK seakan organisasi yang terpisah dari program pembelajaran reguler di sekolah. Agar Unit produksi mampu menjadi bagian dari organisasi SMK/SMK yang dapat menyiapkan tenaga kerja terampil, maka UP/J SMK/MAK perlu dikembangkan, dan manakala telah mencapai pertumbuhan yang memadai dapat menjadi wahana praktik industri bagi siswa (Dikmenjur, 2007).


 

4.     Membina UP/J SMK/MAK sebagai Wadah Menumbuhkan Jiwa Wirausaha

Perbandingan antara angkatan kerja dengan kemampuan industri untuk menampung mereka sangat tidak seimbang. Lebih-lebih dengan dibukanya zona perdagangan bebas, yang berdampak pada kebebasan mendapatkan lapangan pekerjaan di negara lain, maka persaingan tenaga kerja semakin ketat. Angkatan kerja Indonesia menghadapi tantangan yang sama sebagaimana disebutkan di atas, untuk itu SMK/MAK harus menyiapkan tamatannya untuk mampu mengisi peluang kerja tidak hanya dengan menjadi pekerja pada sektor formal saja, namun dapat mendorong mereka untuk mengembangkan wirausaha. Mengandalkan lapangan kerja yang ada di sektor formal, seperti industri dan dunia usaha tentu saja memerlukan waktu yang cukup lama untuk menyerap seluruh tamatan SMK/MAK. Oleh karena wirausaha dapat menjadi salah satu alternatif/pilihan. Karena wirausaha tidak hanya mendapatkan peluang kerja, namun juga akan membuka/ menciptakan peluang kerja bagi orang lain (Dikmenjur, 2007).

Temuan lain dari penelitian yang dilakukan oleh ILO pada tahun 2003, bahwa responden yang merupakan kaum muda lebih tertarik untuk bekerja mandiri. Laporan Gyrogy Sziraczki dan Annemarie Reenrink, yang disusun dengan judul Transisi Dari Sekolah-Menuju-Dunia Kerja di Indonesia, menjelaskan "...Temuan mengejutkan terlihat pada kelompok pekerja mda ketika ditanya soal ukuran perusahaan yang lebih disukai, sebagian besar mereka ternyata lebih memilih bekerja mandiri dan membuka usaha sendiri. Khusus diantara karyawan muda, hampir setengah dari sampel lebih suka bekerja mandiri, sedangkan di kalangan pencari kerja hampir seperlima ingin bekerja sebagai pekerja mandiri". (Dikmenjur, 2007).

Agar tamatannya dapat mengembangkan kewirausahaan, maka SMK/MAK harus mampu mengembangkan suatu kegiatan yang menjadi metode dan wadah yang dapat membantu tamatannya untuk berwirausaha, khususnya bagi mereka yang tidak berminat atau tidak bisa memasuki dunia industri. Dengan cara itulah maka tamatan SMK/MAK dapat mengisi dunia kerja dengan berwirausaha.

Selama ini SMK sering menyerukan untuk menanamkan jiwa wirausaha. Hal ini tidak akan pernah dapat dilihat hasilnya, sebab upaya yang dilakukan hanya upaya menanam saja tanpa memantau bagaimana pertumbuhan/ perkembangan selanjutnya. Untuk itu, saat ini sudah waktunya SMK tidak lagi hanya menanamkan jiwa wirausaha, namun juga menumbuhkannya. Dengan terminologi menumbuhkan ini, maka SMK menyadari tanggungjawabnya agar penanaman yang telah dilakukan sekaligus dapat dilihat pertumbuhannya dan dipetik hasilnya.

Menumbuhkan jiwa wirausaha suasana belajar dan berlatih menjalankan usaha menjadi iklim yang berkembang di sekolah. Siswa dan guru secara sendiri-sendiri maupun bersama dapat mengembangkan berbagai aktivitas usaha dalam menyikapi berbagai peluang yang ada di sekitar sekolah. Dengan cara ini siswa akan lebih siap menghadapi tantangan dan peluang usaha ketika mereka telah tamat kelak. Kesiapan tersebut dapat tercipta karena selain kompetensi produktif mereka semakin tajam, pengalaman usaha juga telah terasah (Dikmenjur, 2007).

UP/J SMK/MAK, idealnya dapat menjadi wadah dimana siswa tidak hanya mempertajam kompetensinya, tetapi juga belajar tentang mengembangkan kemampuan berwirausaha. Karena melalui UP/J SMK/MAK para siswa belajar berbagai pengalaman mengoperasikan usaha. Bagaimana mereka belajar tentang selera pelanggan, kelayakan produk, administrasi keuangan, pemasaran, bernegosiasi, pelayanan terhadap pelanggan, dan masih banyak lagi (Dikmenjur, 2007).

Uraian di atas adalah merupakan kondisi ideal, namun kenyataan di lapangan masih banyak UP/J SMK/MAK yang berperan belum optimal. UP/J SMK/MAK sering melibatkan siswa hanya sebagai pekerja saja. Bahkan siswa mendapat tugas untuk terlibat pada unit produksi sebagai kompensasi penyelesaian tugas, namun tidak dapat terlibat dalam pengelolaan atau ikut mendapatkan 'income', atau keuntungan hasil operasi Unit produksi. Dari kondisi ini menunjukkan bahwa siswa hanya terlibat dalam bagian-bagian tertentu dalam proses kegiatan Unit Produksi sebagai wahana pelatihan enterpreuneurship. Bahkan tidak sedikit yang keterlibatan siswa hanya sebagai pekerja saja, yang tidak memberikan imbalan apapun, sehingga siswa hanya mendapat pengalaman saja. Kondisi ini bisa jadi justru menjadikan Unit Produksi suatu organisasi yang kurang menarik dan tidak diminati oleh siswa karena hanya mengurangi waktu bergaul mereka dan tidak memberikan nilai tambah bagi dirinya (Dikmenjur, 2007).

Menyadari akan keberadaan UP/J SMK/MAK yang belum dikembangkan secara maksimal, seharusnya mendorong para Kepala SMK dan guru-guru produktif untuk mulai membina dan mengembangkan UP/J SMK/MAK agar bisa mencapai tujuan dan mempunyai nilai tambah dengan keberadaannya di sekolah. Pembinaan dan pengembangan UP/J SMK/MAK tersebut diharapkan akan menopang kemampuan SMK/MAK dalam memberikan bekal kompetensi produktif sekaligus skill dalam pengelolaan usaha. Dengan kompetensi dan skill tersebut diharapkan keterserapan tamatan SMK/MAK semakin tinggi sekaligus akan menyehatkan iklim perekonomian n(Dikmenjur, 2007).


 

5.     Mengembangkan UP/J SMK/MAK

Setelah UP/J SMK/MAK, maka perlu dilakukan peningkatan pengembangan usaha agar UP/J SMK/MAK makin besar, perannya makin luas dan keuntungan yang diperoleh juga semakin besar. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut (Dikmenjur, 2007).

  1. Mencari informasi tentang pelanggan: mempelajari kemungkinan kelompok pelang-gan baru, baik jenis kelamin, usia, kelompok, lingkungan tempat tinggal, maupun kebu-tuhan-kebutuhan lainnya yang belum ter-penuhi
  2. Mempelajari pesaing (pelaku usaha sejenis) tentang bagaimana mereka mengoperasikan usaha: barapa harga pesaing, bagaimana kualitas produknya, langkah promosi apa yang dilakukan, bagaimana kompetensi pekerja yang mereka miliki, layanan yang diberikan, mungkin ada tambahan service, bagaimana cara melakukan pendistribusian produk. Semua ini dapat dipergunakan sebagai informasi dalam cara pelaksanaan produksi, penetapan harga, jasa maupun produksi
  3. Lakukan penelitian pasar tanpa henti. Apa yang sedang ada di pasar, diantara produk yang ada di pasar yang mana yang lebih diminati, apakah pelanggan menginginkan yang lain (dari sisi bentuk, kemasan, jenis, cara layanan), berapa daya beli pelanggan pada umumnya.

        Selain penelitian pasar, juga perlu dikem-bangkan bentuk pengembangan pemasaran. Misalnya dari sistem menunggu konsumen sampai pada mendatangi
    konsumen; seperti pemasaran door to door, delivery order, pembayaran dengan cara angsuran, dan lain-lain.

  4. Evaluasi produk. Lakukan evaluasi produk secara periodik dan berkesinambungan terhadap UP/J SMK/MAK anda, yang antara lain meliputi bagaimana kualitas produk anda, bagaimana nilai penampilannya dibanding produk sejenis lainnya, bagiamana daya tariknya, apakah diperlukan modifikasi?, apakah harga yang ditawarkan telah sesuai?, dan lain-lain.
  5. Lakukan promosi tanpa henti: Beberapa langkah promosi yang dilakukan adalah membuat iklan, melakukan desiminasi dan promosi penjualan melalui peragaan, demonstrasi, membagikan sampel produk, dan lain-lain.
  6. Tingkatkan pengelolaan tempat UP/J SMK/MAK: apakah diperlukan peningkatan kebersihan, kenyamanan, dekorasi, luasnya, penataan, atau pengembangan lokasi untuk mendekati pelanggan, dan lain-lain.
  7. Konsultasi dengan yang ahli: Jangan segan untuk minta petunjuk dan saran dari mereka yang lebih dahulu menjalankan usaha sekaligus yang telah berhasil mengembangkan usaha.
  8. Tingkatkan permodalan: dapat dilakukan dengan menambah modal dari dalam maupun dari luar, misalnya mendapatkan kredit dari lembaga keuangan. Oleh karenanya senantiasa diperlukan tertib administrasi keuangan.


 

6.     Memperluas Usaha

Dalam memperluas usaha, ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagaimana dalam mengembangkan usaha. Dalam tahap ini dilakukan peningkatan jenis atau bidang usaha atau penambahan jumlah unit usaha.

Beberapa contoh pengembangan usaha yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut (Dikmenjur, 2007).

a.     Untuk SMK/MAK program keahlian Budidaya Ternak dapat melakukan bidang usaha penggemukan sapi,dalam pengembangan selanjutnya dapat menjual sapi atau daging sapi, dapat mengembangkan usaha membuat dan menjual kompos dan tanaman hias.

b.     SMK/MAK program keahlian Tata Kecantikan dengan usaha salon, dapat mengembangkan usaha perawatan dan penataan rambut, serta perawatan kulit. Pada program keahlian Tata Busana dapat mengembangkan usaha pakaian seragam sekolah, penyewaan pakaian adat, dan lain-lain.

c.     SMK/MAK program keahlian Mekanik Otomotif dapat mengembangkan bidang usaha jasa perbaikan motor/ mobil, disamping itu dapat menjual jasa perbaikan dapat juga menjual suku cadang/ spare parts.

d.     Pada SMK/MAK program keahlian Budidaya Perikanan yang telah mengembangkan Budidaya Ikan, disamping menjual ikan segar, dapat dikembangkan hasil budidaya ikan (seperti abon ikan, ikan asin, ikan presto, terasi, petis), dan dapat dilakukan usaha inovasi pakan ikan.


 


 

    
 


 


 


 

BAB VI

PEMASARAN HASIL UP/J SMK/MAK


 

  1. PENGERTIAN PEMASARAN

Sebelum mulai berproduksi, sebaiknya pikirkan dulu "siapa yang akan membeli produk atau jasa kita", atau dalam bahasa bisnisnya "siapa pasar kita". Pasar adalah wadah konsumen yang akan membeli produk/jasa yang dihasilkan suatu perusahaan; pasar, toko buku adalah pelajar/mahasiswa, pasar perusahaan rekanan adalah mereka yang suka musik, dan seterusnya. Pemasaran ialah kegiatan yang dilakukan untuk menjual produk seperti yang diharapkan pasar. Kegiatan dalam pemasaran meliputi perencanaan produk, penentunan harga, distribusi dan promosi. Atau dikenal dengan singkatan 4P dalam kegiatan pemasaran: Product (produk), Price (harga), Place (distribusi), dan Promotion (promosi). 4P dan indikatornya di atas digambarkan sebagai berikut:


Gambar 6.1. Pemesaran dan Indikatornya (Overton, 2000)

B.     Produk

Keputusan penting dalam kaitannya dengan produk adalah barang/jasa apa yang akan kita buat dan jual. Perhatikan hal-hal berikut.

  • Apa yang dibeli/dibutuhkan pasar

    2.    Mengapa barang tersebut dibeli

    3.     Siapa yang membeli

    4.     Bagaimana proses pembelian

    5.     Bagaimana mutu dan features

    6.     Bagaimana modelnya?

    7.     Bagaimana merknya (terkenal atau tidak?)

    8.     Bagaimana kemasannya?

    9.     Bagaimana pelayanannya?

    10.     Bagaimana garansinya?


 


1.     Produk yang Dibeli

Barang-barang yang diproduksi bisa diklasifikasikan menjadi :

  • barang yang tahan lama

    barang yang digunakan berkali-kali, misal baju, sepatu, tas, TV, dan lain-lain.

  • barang yang tidak tahan lama

    barang yang dikonsumsi satu atau beberapa kali, misal makanan, minuman, kertas, pensil dan lain-lain.

  • Jasa,

        Kegiatan yang dihasilkan untuk memuaskan pembeli, misal transportasi, salon, bank, dan lain-lain.

Barang yang tahan lama dan yang tidak tahan lama disebut barang nyata, sedangkan jasa disebut juga barang tidak nyata.

Perbedaan ini mempengaruhi strategi pemasaran yang akan digunakan. sebagai contoh, barang yang tahan lama membutuhkan personal selling, tetapi memberikan keuntungan per produk yang besar. Barang yang tidak tahan lama dan jasa, cepat dikonsumsi, sering dibeli, tersedia di banyak lokasi, tetapi memberikan keuntungan per produk yang kecil.


 

2.     Alasan Membeli

Pada umumnya konsumen membeli barang/jasa untuk memenuhi/ memuaskan kebutuhannya, misal kebutuhan akan makan, minum, sex trasnportasi dll. Suatu produk dapat memberikan lebih dari satu keuntungan kepada pembeli. Sebagai contoh, kegunaan utama shampo adalah untuk membersihkan rambut, tetapi pembeli bisa mendapat keuntungan yang lain seperti bau yang harum, mencegah ketombe dan mengandung conditioner.

Sebagai seorang pengusaha, anda dapat menciptakan suatu produk yang mempunyai kelebihan dibanding produk lain (seperti contoh diatas), sehingga permintaan terhadap produk anda tinggi, dan anda bisa mengungguli perusahaan lain. Atau anda dapat juga menciptakan suatu produk yang berbeda dengan yang produk lain yang sejenis, misal bila bagi perusahaan lain sebuah T-shirt hanya merupakan sebuah baju; anda dapat mempromosikan bahwa T-shirt produk anda dapat menaikkan citra pemakai. Seorang pengusaha harus berusaha agar konsumen beralih ke produknya dan bahkan menjadi langganannya.


 

3.     Orang yang Membeli

Pada dasarnya kegiatan membeli adalah suatu proses membuat keputusan. Orang akan memutuskan barang apa yang akan dibeli. Pada beberapa barang/jasa, hanya ada satu orang pembuat keputusan; tetapi untuk barang/jasa lain keputusan dibuat oleh beberapa orang. Tugas anda adalah mengidentifikasi siapa pembuat keputusan terakhir, dan berusaha untuk mempengaruhi yang bersangkutan, untuk membeli produk anda (mengkonsentrasikan kegiatan pemasaran pada ybs). Paling tidak ada empat orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan untuk membeli suatu barang, yaitu :

  • Influencer ialah orang yang punya pengaruh besar dalam mengajukan pembelian dan pembuat keputusan akhir.
  • Decider ialah pengambil keputusan yang menentukan apakah perlu membeli, barang apa yng dibeli, bagaimana cara membeli, kapan harus dibeli dan dimana bisa dibeli.
  • Buyer ialah orang yang ditugasi untuk membeli barang dimaksud.
  • User ialah orang yang menggunakan barang tersebut.

Sebagai contoh, dalam proses pembelian mainan anak-anak, anak itu sendiri atau temannya bertindak sebagai influencer, ayahnya sebagai decider, ibunya sebagai buyer dan anak itu sendiri sebagai user.

Motivasi pembeli timbul antara lain disebabkan untuk:

  1. Memenuhi kebutuhan dasar misalnya makan, pakaian, dan rumah tinggal.
  2. Menunjukkan status sosial misalnya pakaian yang bagus, barang mewah.
  3. Untuk investasi misalnya tanah, rumah, dan apartemen.


 


4.     Proses Pembelian

Ada lima langkah yang biasa dilakukan dalam membeli barang yaitu :

a.     Perasaan membutuhkan.

Orang yang akan membeli suatu barang harus punya perasaan bahwa dia memang menginginkan barang itu dan ingin membeli untuk memuaskan keinginannya.

b.     Pencarian informasi.

Calon pembeli akan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, misal dengan cara minta nasihat teman, baca iklan, tanya pada penjual, atau langsung melihat dan membandingkan beberapa barang dengan pertimbangan utama kualitas dan harga.

c.     Keputusan pembelian

Setelah melihat berbagai produk dan membandingkan dari segi merk, kualitas, harga dan lokasi pembelian, pembeli akan memutuskan mana yang paling optimal. Misal seorang calon pembeli akan memutuskan untuk membeli suatu barang di toko A karena lokasinya dekat dengan rumah, walaupun mungkin di toko lain yang lebih jauh harganya lebih murah.

d.     Kegunaan produk

Pada tahap ini calon pembeli memeriksa apakah barang yang akan dibelinya dapat memenuhi keinginannya. Tidak jarang calon pembeli menemukan kegunaan lain dari barang yang akan dibelinya, misalnya ybs membeli kue kaleng, maka setelah kue habis kalengnya bisa digunakan sebagai tempat bunga.

e.     Perasan setelah membeli barang

Setelah membeli barang, pembeli dapat merasa sangat puas atau malah tidak puas terhadap barang yang dibelinya. Hal ini penting diperhatikan oleh para pengusaha, karena sekali pembeli merasa tidak puas mereka tidak akan membeli produk anda lagi.


 

5.     Mutu dan Feature

Orang yang ingin selalu sempurna atau perfeksionist dan mengutamakan gengsi hanya memilih produk/jasa yang bermutu tinggi. Harga berapapun akan dibeli asalkan ada jaminan mutunya tinggi. Karena ada kepuasan tersendiri setelah membeli barang/jasa tersebut. Mutu produk tinggi biasanya berkaitan dengan merk-merk atau perusahaan-perusahaan terkenal terkenal misalnya Nokia, Toshiba, Fujitsu, Sony, dan sebagainya. Feature ialah fasilitas-fasilitas yang dimiliki suaytu produk. Semakin banyak fasilitas yang disediakan suatu produk, semakin mahal harganya.


 

6.     Model Produk

Orang yang senang mengikuti model selalu membeli produk terbaru dengan model yang baru pula. Harga berapapun akan dibeli asalkan ada jaminan modelnya menarik bagi pelanggan. Karena ada kepuasan tersendiri setelah membeli barang model baru tersebut. Contohnya, bangsa kita termasuk korban model baru sehingga sering berganti-ganti HP misalnya.


 

7.     Merk Produk/Jasa

Orang yang sudah terpengaruh dengan citra merk (brand image) selalu fanatik dengan merk kebanggaannya. Harga berapapun akan dibeli karena merknya sudah menjadi pavorit pembeli. Merk-merk terkenal itu misalnya Toyota, Mercy, BMW, Sony, Toshiba, dan sebagainya.


 

8.     Kemasan Produk

Kemasan suatu produk harus dibuat sedemikian rupa sehingga menarik konsumen untuk membelinya. Yang penting harga kemasan jangan sampai lebih mahal dari pada produknya.


 

9.     Pelayanan

Penjual harus memperlakukan pembeli sebagai raja. Layanilah pembeli sebaik mungkin sehingga pembeli puas dengan pelayanan penjual. Jika pelayanan penjual mengecewakan, maka pembeli akan kecewa sehinga tidak mau membeli lagi. Akibatnya perusahaan akan bangkrut. Pelayanan meliputi penyampaian produk yang tepat waktu dan pelayanan pasca jual.


 

10.     Garansi

Pembeli juga senang jika produk ada garansinya. Semakin lama masa garansi, semakin baik mutu produk tersebut.


 

C.         Siklus Hidup Produk

Ada empat tahap dalam siklus hidup suatu produk yaitu sebagi berikut:

1.     Pengenalan

    Perioda pertumbuhan yang lambat dimana secara berangsur pasar baru mengenal barang anda. Pada tahap ini uang yang didapat dari hasil penjualan sangat kecil.

2.     Pertumbuhan

    Dalam perioda ini penerimaan pasar terhadap barang anda meningkat dengan cepat. Pembeli semakin banyak dan produk semakin ditingkatkan. Pengusaha juga tetap memperhatikan agar persediaan barang tidak melimpah karena dikwatirkan akan berluk hukum dagang yaitu jika persediaan banyak sementara permintaan sedikit atau berkurang, maka barang akan turun. Akibatnya, keuntungan usaha juga akan menurun.

3.     Pemantapan

    Peningkatan penjualan dalam perioda ini berangsur lambat karena pasar sudah mencoba produk anda dan produk dapat diterima sesuai target anda.


 

4.     Penurunan

    Pada periode ini jumlah penjualan sangat menurun karena persaingan yang ketat dari kompetitor lain. Dengan sendirinya pendapatan juga menurun dratis.


 

Tidak semua produk mempunyai siklus hidup seperti yang telah dijelaskan. Ada produk yang langsung mengalami penurunan setelah proses pengenalan, ada juga produk lain yang dapat meningkatkan penjualan lagi setelah melalui proses penurunan, karena didukung oleh improvisasi produk dan pemasaran/penjualan yang gencar. Kebutuhan bahan pokok seperti beras dan gula akan selalu berada pada tahap pertumbuhan dan pemantapan.

Dengan mengetahui dalam tahap mana produk anda berada, anda dapat mengetahui seberapa besar penerimaan pasar terhadap produk anda. Sehingga anda dapat mengatur, misalnya kapan promosi besar-besaran perlu dilakukan (tahap pengenalan), dan kapan tidak diperlukan promosi (tahap penurunan).


 

D.     Harga

Setelah mengetahui produk apa yang akan dibuat dan siapa pasar anda, sekarang saatnya anda menentukan harga jual produk anda. Hal ini cukup penting, karena harga yang terlalu murah dapat menyebabkan kerugian, sedangkan harga yang terlalu mahal bisa menyebabkan pelanggan menjauh, sehingga bisnis anda tidak mengalami kemajuan. Lima metoda dasar dalam penentuan harga:

*     berorientasi pada ongkos atau daftar harga

*     berorientasi pada permintaan

*     berorientasi pada pesaing

*     berorientasi pada discounts (potongan)

*    berorientasi pada periode pembayaran (sekali bayar atau mencicil).


 

1.     Orientasi pada Ongkos.

Kebanyakan pengusaha menentukan harga jual produk berdasarkan biaya atau ongkos yang dikeluarkan untuk memproduksi barang itu, dengan cara menambahkan sekian persen (mial 20%) untuk keuntungan dari biaya produksi/unit.

Ada 2 cara dalam menghitung harga jual berdasarkan pada ongkos, yaitu penamhanan biaya (mark-up) dan titik impas (break even point).

a.     Penambahan biaya

Untuk mendapatkan nilai biaya produksi/unit, adalah biaya produksi dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan. Kemudian harga jual ditentukan dengan menambah biaya produksi/unit dengan suatu angka yang merupakan presentasi dari biaya produksi/unit.

b.    Teknik titik impas

Titik impas adalah suatu tingkat volume dimana nilai penjualan sama dengan total biaya. Untuk menggunakan teknik ini, dibutuhkan pengetahuan mengani dan perbedaan antara biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap tidak tergantung pada jumlah barang yang didproduksi. Yang termasuk dalam biaya tetap adalah biaya untuk sewa, rekening listrik & air dll. Biaya variabel besarnya tergantung pada jumlah barang yang diproduksi. Yang termasuk dalam biaya variabel adalah biaya untuk bahan baku, TK dll.


 

2.     Orientasi pada permintaan

Harga ditentukan berdasarkan permintaan terhadap produk itu. Bila permintaan terhadap suatu produk sangat tinggi, maka produk tersebut bisa dijual dengan harga tinggi pula. Sebaliknya, bila permintaan terhadap suatu produk rendah, maka kita harus menjual dengan harga yang lebih murah; walaupun biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi kedua produk tersebut sama.

Suatu produk yang sama dapat dijual dengan harga yang bervariasi tergantung pada calon pembeli, tempat dan waktu penjualan, atau versi lain produk tersebut.


 

3.    Orientasi pada pesaing

Harga jual suatu produk bia juga ditentukan dengan terlebih dulu mengetahui harga jual produk sejenis dari pesaing kita. Biasanya produk dijual dengan harga yang lebih murah atau bisa juga lebih mahal tetapi dengan prentasi selisih yang tetap.

Berbeda dengan kedua teknik sebelumnya, teknik ini tidak tergantung kepada hubungan antara biaya produksi dengan harga jualnya. Walaupun permintaan terhadap produk berubah, harga jual produk tetap tergantung kepada harga jual dari pesaing.


 

Teknik lain

Masih ada beberapa cara lain, misal :

  • pemilik toko menjual suatu produk terkenal dengan harga sangat rendah dengan tujuan menarik pembeli ke tokonya dengan harapan pembeli juga akan membeli barang lain di tokonya.
  • Beberapa toko menerapkan harga yang diyakini punya efek psikologis, misalnya untuk suatu produk mereka memasang harga Rp 4.950,- dan buka Rp 5.000,-.
  • Cara lain yang lebih impresif adalah "beli-satu-gratis-satu", walaupun sesungguhnya biaya produksinya memang sangat rendah, sehingga dia bisa menjual 2 produk sekaligus.
  • Ada juga perusahaan yang menetukan harga setelah terlebih dahulu menghitung berapa keuntungan yang ingin di dapatkan.


 

E.     Tempat

Biasanya perusahaan tidak dapat menjual langsung barangnya kepada konsumen. Mereka membutuhkan jasa untuk memasarkan barangnya di suatu tempat (outlet) yang dekat dengan konsumen, dan kemudian distributor ini akan mendistribusikan barang tersebut ke toko-toko yang akan menjualnya kepada konsumen.

Berbekal pengalaman, hubungan baik, dan SDM yang mereka miliki, mereka bisa melakukan pendistribusian barang dengan lebih efisien, lebih ekonomis dan lebih cepat dibandingkan bila kita melakukannya sendiri. Karena jasanya mereka akan mendapatkan persentase dari penjualan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan tempat jaringan distribusi.


 

1.     Karakteristik produk.

a.     Barang yang tidak tahan lama seperti makanan dan minuman sangat baik bila dijual melalui jalur distribusi yang pendek, misal melalui pengecer.

  1. Produk kebutuhan sehari-hari seperti sabun dan sikat gigi sebaiknya juga dijual melalui pengecer. Sedangkan produk khusus seperti mesin dapat dijual langsung kepada perusahaan pemakai, karena sulitnya mencari tenaga penjual perantara yang menguasai mesin tersebut.
  2. Produk yang butuh perlakuan khusus, biasanya juga dijual kepada konsumen melalui pengeser.


 

2.     Karakteristik Konsumen

a.     Pada umumnya orang membeli barang untuk keperluan industri secara langsung dari pabrik, sedangkan barang untuk keperluan sehari-hari di pengecer.

  • Salah satu hal yang harus dipertimbangkan juga adalah lokasi geografis dan jumlah pembeli yang potensial, karena semakin banyak konsumen sebaiknya semakin banyak pula jaringan distribusi yang harus dibangun.
  • Produk yang bentuknya kecil tapi penggunaannya seperti obat, sebaiknya lebih baik dijual melalui penyalur tunggal.


     

F.     Promosi

Kita perlu melakukan promosi pada saat :

  • Ingin mengetahui seperti apa produk pesaing di pasar yang telah kita targetkan
  • Ingin membuat produk tampil beda dari prodsuk sejenis.
  • Orang belum terlalu mengenal produk kita
  • Produk dijual secara mail-order.

Variasi kegiatan promosi :

1.     Iklan

    Mempromosikan produk melalui media TV dan radio, koran dan majalah, display dan bilboard atau menjadi sponsor kegiatan.

2.     Personal selling

    Promosi penjualan dilakukan dengan mendatangi dan bercakap-cakap langsung dengan calon pembeli, baik di rumah, dikantor atau di tempat bisnis lain.

3.     Publikasi

    Publikasi dilakukan melalui TV atau media lain untuk menstimulasi permintaan akan produk dengan cara, produsen membahas suatu masalah dimana masalah tersebut dapat teratasi bila kita menggunakan produknya.

4.     Promosi penjualan

    Dilakukan misalnya dengan cara memberikan cantoh produk (sample), memberi bonus, potongan harga, demo, icip-icip gratis dsb.


 

G.     Tahap-Tahap Pemasaran

Pemasaran adalah bagian penting dari suatu sistem kegiatan bisnis yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada pemuasan kebutuhan dan keinginan dan permintaan pembeli.

Ada 4 tahap kegiatan pemasaran sebagai berikut.

  1. Tahap Survei Pasar untuk mendapat pelanggan potensial.
  2. Tahap Produksi, yaitu sesuatau yang dapat ditawarkan kepada calon pembeli yang membutuhkan.
  3. Tahap Penjualan, untuk memikat calon pembeli (promosi)
  4. Tahap Pemasaran, yaitu untuk meningkatkan mutu, jumlah dan daya saing.

Yang harus diketahui mengenai pemasaran bagi pengelola UP/J SMK/MAK
antara lain:

  1. Bahwa pemasaran itu adalah sistem pertukaran barang jasa dan ide dari produsen ke konsumen sebagai peningkatan penjualan.
  2. Bahwa pemasaran itu ialah kegiatan organisasi yang berkaitan satu sama lain yang tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan jaman.
  3. Pemasaran sering tidak dapat berdiri sendiri, perlu didukung oleh fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian dan yang penting adalah terlebih dahulu melaksanakan pemasaran intern dengan tugas melatih dan memotivasi karyawan untuk berhasil melayani pelanggan dengan baik.
  4. Semakin majunya tingkat pengetahuan dan tingkat kesejahteraan seseorang, maka peran konsumen (pelanggan) menjadi semakin penting. Mengatasi tingkah laku konsumen adalah relatif penting bila dibandingkan dengan mengatasi masalah proses produksi. Dalam bisnis modern proses produksi (macam dan kualitas produk) harus mengikuti perkembangan permintaan pasar.
  5. Dalam pemasaran perlu ada target sasaran yang ingin diraih.

        Perencnaan pemasaran adalah perumusan usaha yang akan dilakukan dalam bidang pemasaran dengan menggunakan sumber daya yang ada dalam suatu perusahaan guna mencapai tujuan dan sasaran tertentu di bidang pemasaran pada suatu waktu tertentu di masa yang akan datang.


 

H.     Survei Pasar

Survei pasar ialah pengumpulan, pencatatan dan analisis data secara sistimatis tentang persoalan yang berkaitan dengan pemasaran barang dan jasa.


 

1.     Pelaksanaan Survei Pasar

Pelaksanaan Survei Pasar meliputi: siapa( status, jenis kelamin) Berapa jumlah yang mereka beli, Dimana lokasinya dan Bagaimana sifat persaingan yang akan dihadapi.


 

2.     Fungsi Survei Pasar

a.     Untuk mengurangi ketidakpastian pada pengambilan keputusan dalam proses pemasaran

b.     Untuk memantau dan mengendalikan prestasi kegiatan pemasaran.


 

3.     Survei Pasar dapat Membantu

  1. Untuk menemukan pasar yang menguntungkan
  2. Memilih produk yang dapat dijual
  3. Menentukan perubahan dalam perilaku konsumen
  4. Meningkatkan teknik-teknik pemasaran
  5. Merencanakan sasaran-sasarn yang relistik.


 

4.     Riset Pasar menyediakan data dan informasi pasar pada waktu

a.     Mengurangi resiko bisnis

b.     Mengenali persoalan dan problem potensial pada pasar yang sekarang

c.     Mengenali peluang pasar yang baru

d.     Memeperoleh informasi dan fakta tentang pasar untuk membantu dalam membuat keputusan yang lebih baik dan membuat rencana selanjutnya.

5.     Langkah-langkah proses Riset Pasar

a.     Merumuskan persoalannya

b.     Lakukan penelitian pendahuluan

c.     Rencanakan risetnya

d.     Gunakan sumber daya anda sendiri

e.     Gunakan sumber-sumber dari luar

  1. Tafsirkan data
  2. Buatlah keputusan
  3. Tetaplah dan tinjaulah kembali keputusan anda.


     

I.     Teknik Penjualan

Salah satu teknik penjualan yaitu : menarik perhatian. Kontak awal harus sopan santun dan hormat. Penjual yang berhasil berhati-hati untuk berbicara dengan baik serta berpenampilan rapi agar dapat mengesankan (menampilkan citra yang baik) untuk pertemuan/kontak selanjutnya.

Teknik-teknik penjualan terdiri dari: (1) menarik perhatian dengan tegur sapa yang ramah/tidak ada unsur paksaan, (2) mengajukan pertanyaan yang sederhana dan berarti, (3) presentasi penjualan yang sistematis, (4) penanganan keberatan, (5) pesan manfaat : penutupan percobaan, (6) penutupan, dan (7) penyampaian pesan manfaat


 

J.     Rangkuman

Kegiatan dalam pemasaran meliputi 4P yaitu: Product (produk), Price (harga), Place (distribusi), dan Promotion (promosi). Produk meliputi: mutu//feature, model, merk (Brand Image), kemasan/ukuran, dan layanan. Harga meliputi: daftar harga, potongan, pesaing, dan periode pembayaran. Tempat meliputi: saluran distribusi, pengepakan, lakoasi, persedian, dan transport. Promosi meliputi: iklan, penjual, promosi penjual, dan publisitas. Cara melakukan pemasaran empat tahap yaitu: (1) tahap Survei Pasar untuk mendapat pelanggan potensial, (2) Tahap Produksi, yaitu sesuatu yang dapat ditawarkan kepada calon pembeli yang membutuhkan, (3) Tahap Penjualan, untuk memikat calon pembeli (promosi), dan (4) Tahap Pemasaran, yaitu untuk meningkatkan mutu, jumlah dan daya saing.


 


 

Lampiran-lampiran :


 

Penugasan dari bab 1

Sesuai dengan skenario bimbingan teknis maka penugasan dilakukan sebagai

berikut.

Peserta menjawab pre tes (15 menit).


 

Tugas 1    :     Setiap peserta menuliskan:

a.     Definisi manajemen UP/J SMK/MAK dan manfaatnya.

b.     Prinsip-prinsip Manajemen UP/J SMK/MAK dengan contoh penerapannya untuk sumber:

1)     belajar siswa

2)     pendanaan pendidikan. (30 menit).


 

Tugas 2    :     Setiap kelompok (5- 10 orang) mendiskusikan dan menuliskan:

a.     Definisi manajemen UP/J SMK/MAK dan manfaatnya.

b.     Prinsip-prinsip Manajemen UP/J SMK/MAK dengan contoh penerapannya untuk sumber belajar siswa dan pendanaan pendidikan. (30 menit).


 

Tugas 3    :    Sidang pleno untuk memaparkan hasil diskusi kelompok untuk mendapatkan masukan kelompok lainnya. (60 menit).


 

Fasilitator mengomentari hasil diskusi (60 menit) dengan sebelumnya membagikan Modul Materi 1.

Mengadakan tanya jawab


 

Tugas 4    :     Masing-masing peserta membuat kesimpulannya:

a.     Manajemen UP/J SMK/MAK ialah ................................

b.     Manfaatnya adalah........................................................

c.     Prinsip-prinsip Manajemen UP/J SMK/MAK dan penerapannyadalam bentuk tabel. Waktu 30 menit.

Tugas 5    :     Bermain Game. Tiga kelompok masing-masing bertugas sebagai:

Kelompok 1 = Perencana

Kelompok 2 = Pelaksana

Kelompok 3 = Pengawas

Selesaikanlah game pada Lampiran 1.

Waktu 30 menit.

LEMBAR PETUNJUK TIM PELAKSANA


 

  1. Anda mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan instruksi yang diberikan oleh tim pelaksana.

        Tugas anda adalah menjadwalkan waktu yang tidak lebih dari 45 menit dari sekarang. Tim perencana mungkin akan memanggil anda untuk mendengarkan instruksinya setiap saat. Jika anda tidak dipanggil, anda dapat melapor kepada tim perencana untuk minta instruksi pada akhir dari waktu yang dimiliki. Instruksi tidak akan diperbolehkan setelah 45 menit.

  2. Anda menyelesaikan tugas secepat mungkin.
  3. Selama menunggu instruksi, disarankan anda bersama teman anda sesame oprator berdiskusi dan membuat catatan tentang :
    1. Perasaan dan pengalaman anda selama menunggu instruksi untuk tugas yang tidak diketahui?
    2. Bagaimana anda dapat mengorganisasikan sebagai suatu tim?
  4. Catatan anda selama diskusi akan membantu anda dalam menyelesaikan tugas.


 

Penugasan dari bab 2

Sesuai dengan skenario bimbingan teknis maka penugasan dilakukan sebagai berikut.

Peserta menjawab pre test (10 menit).    


 

Tugas 1: Setiap peserta menuliskan:

(a) prinsip-prinsip perencanaan

(b) faktor-faktor perencanaan     

(c) membuat studi kelayakan

(d) membuat rencana bisnis

(45 menit)


 

Tugas 2: Setiap kelompok (5- 10 orang) mendiskusikan dan menuliskan:

(a) prinsip-prinsip perencanaan

(b) faktor-faktor perencanaan     

(c) membuat studi kelayakan

(d) membuat rencana bisnis

(60 menit)

Tugas3:    Sidang pleno untuk memaparkan hasil diskusi kelompok untuk mendapatkan masukan kelompok lainnya. (60 menit).


 

Fasilitator mengomentari hasil diskusi (60 menit) dengan sebelumnya

membagikan Bab II.


 

Mengadakan tanya jawab (10 menit)


 

Tugas 4: Masing-masing peserta membuat kesimpulannya:

(a) prinsip-prinsip perenca

(b) membuat studi kelayakan usaha

(c) membuat rencana bisnis

(15 menit)

Peserta menjawab post test 30 menit


 

Penugasan dari bab 3

Sesuai dengan skenario bimbingan teknis maka penugasan dilakukan sebagai berikut.

Peserta menjawab pre test (10 menit).

Tugas 1:     Setiap peserta menuliskan:

(a)     struktur organisasi UP/J SMK/MAK dan uraian tugasnya

(b)     pelaksanaan UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar siswa.

(c)     pelaksanaan UP/J SMK/MAK sebagai sumber pendanaan pendidikan.

(d)     antispasi masalah pelaksanaan UP/J SMK/MAK

(30 menit)

Tugas 2:     Setiap kelompok (5- 10 orang) mendiskusikan dan menuliskan:

(a)     struktur organisasi UP/J SMK/MAK

(b)     pelaksanaan UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar siswa.

(c)     pelaksanaan UP/J SMK/MAK sebagai sumber pendanaan pendidikan.

(d)     antispasi masalah pelaksanaan UP/J SMK/MAK

(Waktu 60 menit)

Tugas 3: Sidang pleno untuk memaparkan hasil diskusi kelompok untuk mendapatkan masukan kelompok lainnya. (60 menit).

Fasilitator mengomentari hasil diskusi (45 menit) dengan sebelumnya membagikan Bab III.

Mengadakan tanya jawab (15 menit)

Tugas 4: Masing-masing peserta membuat kesimpulannya (30 menit)

Peserta menjawab post test 10 menit.


 

Penugasan dari bab 4

Menjawab pre test (10 Menit)

Tugas 1:     Menugaskan kepada setiap peserta untuk menuliskan:

(a)     tugas-tugas kepemimpinan pembelajaran

(b)     karakteristik kepemimpinan intrapreneurship

(30 menit)

Tugas 2:     Peserta berdikusi kelompok (5-10 orang peserta setiap kelompok) untuk memadukan tugas 1 (a) sd 1 (b) 30 menit).

Tugas 3:    Peserta melaksanakan sidang pleno untuk pemaparan hasil diskusi kelompok

(45 menit)

Mengomentari hasil diskusi peserta sesuai dengan Bab IV, Bab IV

Dibagikan (30 menit).

Memberi kesempatan tanya jawab (15 menit).

Tugas 4: masing-masing peserta menyimpulkan Bab IV. (15 menit)

Tugas 5: Menguji kreativitas Anda.

Masing-masing peserta menghubungkan titik sekaligus tanpa diangkat pulpennya dan tidak boleh bergaris double. (5 menit 3 soal)

Tugas 6: Apakah Anda bernaluri kewirausahaan? (10 menit)

Tugas 7: Game (5 menit)

Mengadakan post test (15 menit).


 


 


 

TUGAS 5: Menguji Kreativitas Anda

Hubungakan titik-titik tanpa mengangkat pen dengan satu kali lintasan setiap titik.


 

A.

.     .     .


 


 

.     .     .


 


 

.     .     .


 


 

B.

.     .     .     .


 


 

.     .     .     .


 


 

.     .     .     .


 


 

.     .     .     .


 


 

C.

    .     .


 


 

.     .     .     .


 


 

.     .     .     .


 


 

    .     .

TUGAS 6 Apakah Anda Bernaluri Kewirausahaan ?

Isilah angket Hawkins & Turia di bawah ini sejujur mungkin. Pilih :

  1. =     sangat tidak dapat diterapkan pada diri Anda.
  2. =     tidak dapat diterapkan
  3. =     agak tidak dapat diterapkan
  4. =     ragu-ragu
  5. =     agak dapat diterapkan
  6. =     dapat diterapkan
  7. =     paling dapat diterapkan


KEBEBASAN
 

No 

Pernyataan 

0 

1 

2 

3 

4 

5 

6 

1. 

Saya melakukan sesuatu dengan cara saya sendiri 

       

2. 

Saya suka memberontak terhadap kekuasaan 

       

3.. 

Saya kadang-kadang keras kepala 

       

4. 

Saya senang mengambil prakarsa (inisiatif)

       

5. 

Saya senang menyendiri 

       

6. 

Saya tertarik pada posisi kepemimpinan 

       

7. 

Saya senang tanggung jawab 

       

8. 

Saya senang mandiri dari pada meminta bantuan 

       

9. 

Saya senang diawasi dalam bekerja

       

10. 

Kebebasan pribadi penting bagi saya 

       
 

Jumlah

 


DISIPLIN DIRI
 

 

Pernyataan 

0 

1 

2 

3 

4 

5 

6 

11. 

Saya bersifat kokoh 

       

12. 

Saya tetap menyelesaikan tugas-tugas walaupun hal meliputi banyak hal. 

       

13. 

Saya akan bekerja nonstop untuk menyelesaikan tugas

       

14. 

Saat saya tertarik dengan tugas, saya hanya tidur sedikit 

       

15. 

Jika sesuatu perlu dikerjakan, saya tetap mengerjakan walaupun pekerjaan itu tidak menyenangkan. 

       

16. 

Konsentrasi saya baik 

       

17. 

Bila ada sesuatu yang saya inginkan, saya menyimpan baik-baik hasil akhirnya dalam ingatan saya.

       

18. 

Saya mempertahankan pendapat saya 

       

19. 

Saya menganalisa kesalahan saya agar dapat belajar dari kesalahan 

       

20. 

Saya mempunyai dorongan yang kuat untuk maju.

       
 

Jumlah

 
 

KREATIVITAS

 

Pernyataan 

0 

1 

2 

3 

4 

5 

6 

21. 

Saya mudah memecahkan berbagai masalah. 

       

22. 

Saya melihat masalah sebagai suatu tantangan. 

       

23. 

Saya mempunyai pendapat yang benar-benar baru. 

       

24. 

Saya dapat menyesuaikan diri.

       

25. 

Saya ingin tahu sesuatu. 

       

26. 

Saya mengikuti bisikan hati (intuitif). 

       

27. 

Saya dapat berpikir tentang kegunaan lain dari benda-benda biasa. 

       

28. 

Saya mudah menerima gagasan baru. 

       

29. 

Saya mempunyai khayalan (imajinasi) yang baik.

       

30. 

Saya mencoba cara-cara baru dalam melakukan sesuatu 

       
 

Jumlah

 
 

DORONGAN DAN KEINGINAN 

 
 

Pernyataan 

0 

1 

2 

3 

4 

5 

6 

31. 

Jika saya memutuskan untuk berbuat sesuatu, tidak seorangpun dapat mencegah saya.

       

32. 

Bila sesuatu menemui jalan buntu maka saya akan mencari jalan ke luarnya (tidak menyerah begitu saja). 

       

33. 

Saya bersedia bekorban saat ini untuk mendapat imbalan jangka panjang 

       

34. 

Saya memiliki keberanian. 

       

35. 

Saya mememiliki keteguhan hati.

       

36. 

Saya penuh niat. 

       

37. 

Saya kukuh dengan pendirian saya. 

       

38. 

Saya berpikir positif. 

       

39. 

Saya memenuhi janji 

       

40. 

Saya berambisi 

       
 

MENGHADAPI RISIKO

 

Pernyataan 

0 

1 

2 

3 

4 

5 

6 

41. 

Saya rasa jika saya tidak mengambil risiko, saya akan terikat pada kebiasaan. 

       

42. 

Saya senang menemukan hal-hal baru dan aneh untuk dikerjakan. 

       

43. 

Saya mempunyai kebutuhan yang tinggi untuk berpetualang. 

       

44. 

Saya hidup berani mengambil risiko

       

45. 

Saya memanfaatkan kesempatan-kesempatan. 

       

46. 

Saya berani mengambil risiko agar lebih maju 

       

47. 

Saya mencari kebenaran untuk sesuatu yang saya percaya. 

       

48. 

Saya untung-untungan terhadap gagasan yang baik walaupun tidak meyakinkan.

       

49. 

Saya siap gagal demi meluaskan pengalaman saya. 

       

50. 

Saya mempelajari sesuatu yang baru walaupun di luar bidang keahlian saya.  

       
 

PERCAYA DIRI

    

 

Pernyataan 

0 

1 

2 

3 

4 

5 

6 

51. 

Kesadaran akan harga diri 

       

52. 

Saya emosional. 

       

53. 

Saya merasa terjamin (aman). 

       

54. 

Saya dapat mengatasi segala sesuatu. 

       

55. 

Saya merasa seperti seorang pemanang. 

       

56. 

Saya percaya kepada diri saya sendiri. 

       

57. 

Tak peduli apa yang terjadi, saya berada di atas segala-galanya.

       

58. 

Saya dapat menerima pujian. 

       

59. 

Saya dapat menerima tantangan 

       

60. 

Saya mempunyai daya tahan kerja yang tak terbatas. 

       
 

Jumlah

 


 

Tugas 7: Game

Buktikan secara matematis, manakah yang paling penting dalam berwirausaha atau dalam hidup ini?

Skill

Knowledge

Hard Work

Leadership

Luck

Money

Attitude

Kunci Tugas 5: Uji Kreativitas


 

A.

.     .     .


 


 

.     .     .


 


 

.     .     .


 


 


 


 


 

B.

.     .     .     .


 


 

.     .     .     .


 


 

.     .     .     .


 


 

.     .     .     .


 


 


 


 


 


 

C.

    .     .


 


 

.     .     .     .


 


 

.     .     .     .


 


 

    .     .


 


 


 

Kunci Tugas 6

PENILAIAN EVALUASI DIRI APAKAH ANDA BERNALURI KEWIRAUSAHAAN?

0     =     Kehidupan Anda mudah membosankan, dan mungkin Anda memang lebih senang hidup yang demikian.

1 – 119     =     Anda barangkali baru masih tepat bekerja dengan orang lain

120 – 209     =     Anda membutuhkan banyak dorongan untuk bernaluri kewirausahaan.

210 – 279     =     Anda berpotensi untuk mengembangkan naluri kewirausahaan.

280 – 319     =     Anda memiliki banyak hal positif untuk berwirausaha.

320 – 360     =     Anda bernaluri kewirausahaan.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Kunci Tugas 7 Game


 



 


 

Penugasan dari bab 5

Sesuai dengan skenario bimbingan teknis maka diberikan penugasan sebagai berikut.

Peserta menjawab pre-test tertulis oleh fasilitator.(10 menit)

Tugas 1:     Setiap peserta untuk menuliskan:

(a)     Konsep pengawasan UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar

(b)     Konsep pengawasan UP/J SMK/MAK sebagai sumber pendanaan pendidikan

(c)     Konsep pembinaan UP/J SMK/MAK

(waktu: 15 menit)

Tugas 2:     Peserta berdikusi kelompok (5-10 orang peserta setiap kelompok) untuk memadukan tugas 1 (a) sd 1 (c).

    (30 menit)

Tugas 3:     Melaksanakan sidang pleno untuk pemaparan hasil diskusi

    Kelompok (45 menit)

Mengomentari hasil diskusi peserta dan pelatih membagikan Bab V. (10 menit)

Memberi kesempatan tanya jawab (5 menit).

Tugas 4:     Menugaskan masing-masing peserta menyimpulkan Bab V.

(10 menit)

Tugas 5:     Menjawab post test.(10 menit)


 


 


 

Penugasan dari bab 6

Berdasarkan skenario bimbingan teknis maka penugasan kepada peserta adalah sebagai berikut.

Semua peserta menjawab pre-test tertulis oleh fasilitator.(10 menit)

Tugas 1:     Menugaskan kepada peserta untuk menuliskan:

Penerapan konsep pemasaran UP/J SMK/MAK

(waktu: 15 menit)

Tugas 2:    Menugaskan peserta berdikusi kelompok (5-10 orang peserta setiap kelompok) untuk memadukan tugas 1.

(30 menit)

Tugas 3:    Melaksanakan sidang pleno untuk pemaparan hasil diskusi

Kelompok (45 menit)

Mengomentari hasil diskusi peserta sesuai dengan Bab VI, Bab VI dibagikan. (10 menit)

Memberi kesempatan tanya jawab (5 menit).

Tugas 4:     Menugaskan masing-masing peserta menyimpulkan materi Bab VI.

(5 menit)

Tugas 5:     Mengevaluasi diri (5 menit)

Menjawab post test.


 


 


 


 


 


 


 


 


 

DAFTAR PUSTAKA


 

Casio, F.C. 2003. Managing Human Resources Productivity, Quality of Work Life, Profitss. Sixth Edition. Bosto: McGraw-Hill Irwin.

Depdiknas. (2002). Memiliki dan Melaksanakan Kreativitas dan Jiwa Kewirausahan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama.

Depdiknas. 2004. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku I. Jakarta: Depdiknas.Depdiknas. 2004.

Dikmenjur. 2007. Pembinaan Unit Produksi. Jakarta: Dikmenjur.

Dressler, G. 2003. Human Resources Management. Nith Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Fattah, N. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donnelly, J.H., & Konopaske, R. 2003. Organizations: Behavior, Structure, Processes. 11th Edition. New York: McGraw-Hill Irwin.

Gitosudarmo, I. 1983. Prinsip Dasar Manajemen. Yogyakarta: BPFE-UGM..

Gray, J.L & Starke, F.A. 1991. Organizational Behavior: Concept and Applications , Fifth Edition. Ohio, Columbus: Merrill Macmillan.

Handoko, T.H. 2003. Manajemen. Yogyakarta: BPFE UGM.

Hawkins, Kathleen, L., & Turla, Peter, A. (1986). Ujialh Tingkat Kecerdasan Anda sebagai Seorang Wiraswastawan. Solo: Dabara Publisher.

Hisrich, Robert, D., & Peters, Michael, P. (2002). Enterpreneurship. Fifth Edition. New York: McGraw-Hill Irwin.

Hitt, M.A., Middlemist, R.D. & Mathis, R.L.1986. Management Concepts and Effective Practice. New York: West Publishing Company.

Hoy, W.K. & Miskel, C.G. 2005. Educational Administration Theory, Research, and Practice. New York: Random House,
Inc.

Husaini, Usman. 2007. Manajemen: Teori, Praktik, dan Hasil Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Jalal, F. & Supriadi, D. 2006. (Editor). Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Edisi Kedua. Jakarta: Adicita.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 232/U/1997/ tentang Penyelenggaran Pendidikan Sistem Ganda pada Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta, 1998.

Lambing, Peggy, A., & Kuehl, Charles, R. (2003). Enterprenuership. Third Edition. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall.

Lunenburg, F.C. & Ornstein, A.C. 2002 Educational Administration Concepts and Practice. Third Edition. Belmont, CA: Wadsworth Thomson Learning.

Manullang, M. 1983. Organisasi dan Management. Edisi Kedua. Yogyakarta: Liberty.

Matteson, M.T. & Ivancevich, J.M. 1996. Management and Organization Behavir Classics. Chicago: Irwin.

Overton, Rodney. (2002). Are You An: Enterpreneur? Singapore: Wharton Books, Pte. Ltd.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Jakarta, 2005

Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 tahun 1990, Tentang Pendidikan Menengah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1990

Pinchot III, Gifford. (1988). Intrapreneuring. (Terjemahan Zulkipli Kasip). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sallis, E. 2003. Total Quality Management in Education. London: Kogan Page Educational Management Series.

Schermerhon 1996. Management. New York: John Wiley & Sons.

Siregar, A.B & Samadhi, T.A. 1997. Manajemen. Bandung: ITB.

Stoner, J.A.F & Freeman, R.E. 2000. Management. New Jersey: Prentice-Hall International Editions.

Sukiswa, I. 1986. Dasar-dasar Umum Manajemen Pendidikan. Bandung: Tarsito.

Terry, G.R. 1960. The Principles of Management, Third Edition. Homewood Illinois: Richard Irwin.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Momor 20 tahun 2003. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Jakarta, 2003

Usman. 2005. Kemitraan Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Januari. Tahun ke-11, No. 052, h. 144-155.


 


 


 


 


 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar