Minggu, April 05, 2009



 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

PENGOLAHAN DAN TEKNIK ANALISIS

DATA HASIL PENILAIAN


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN

DIREKTORAT JENDERAL

PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

2008

KATA PENGANTAR


 


 

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 12 Ta-hun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah berisi standar kualifi-kasi dan kompetensi pengawas sekolah. Standar kualifikasi menjelaskan per-syaratan akademik dan nonakademik untuk diangkat menjadi pengawas seko-lah. Standar kompetensi menjelaskan seperangkat kemampuan yang harus di-miliki dan dikuasai pengawas sekolah untuk dapat melaksanakan tugas pokok, fungsi, dan tanggung jawabnya.

Ada enam dimensi kompetensi yang harus dikuasai pengawas sekolah yakni: (a) kompetensi kepribadian, (b) kompetensi supervisi manajerial, (c) kompetensi supervisi akademik, (d) kompetensi evaluasi pendidikan, (e) kom-petensi penelitian dan pengembangan, dan (f) kompetensi sosial. Dari hasil uji kompetensi di beberapa daerah menunjukkan kompetensi pengawas seko-lah masih perlu ditingkatkan terutama dimensi kompetensi supervisi manaje-rial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan, dan kompetensi penelitian dan pengembangan. Untuk itu diperlukan adanya diklat peningkatan kompetensi pengawas sekolah baik bagi pengawas sekolah dalam jabatan, terlebih lagi bagi para calon pengawas sekolah.

Materi dasar untuk semua dimensi kompetensi sengaja disiapkan agar dapat dijadikan rujukan oleh para pelatih dalam melaksanakan diklat pening-katan kompetensi pengawas sekolah di mana pun pelatihan tersebut dilakana-kan. Kepada tim penulis materi diklat kompetensi pengawas sekolah yang ter-diri atas dosen LPTK dan widya iswara dari LPMP dan P4TK kami ucapkan terima kasih. Semoga tulisan ini ada manfaatnya.


 


 

Jakarta, Juni 2008

Direktur Tenaga Kependidikan

Ditjen PMPTK


 


 


 

Surya Dharma, MPA., Ph.D


 

DAFTAR ISI


 

KATA PENGANTAR .........................................................................    i

DAFTAR ISI ........................................................................................    ii

BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang ...................................................................    1
  2. Dimensi Kompetensi ..........................................................    1
  3. Kompetensi yang Hendak Dicapai .....................................    1
  4. Indikator Pencapaian Kompetensi ......................................    1
  5. Alokasi Waktu ....................................................................    2
  6. Skenario ..............................................................................    2

BAB II KLASIFIKASI DAN PENGOLAHAN DATA HASIL PENILAIAN

A. Klasifikasi Data ..................................................................    4

  1. Data Primer dan Data Sekunder ...................................    4
  2. Data Kuantitatif dan Kualitatif .....................................    5
  3. Data Nominal, Ordinal, Interval, dan Rasio .................    6

B. Pengolahan Data ………………………………………….    9

  1. Editing ………………………………………………..    10
  2. Koding (Pemberian Kode) ...........................................    20

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA HASIL PENILAIAN

A.     Analisis Data ………………………………………………    23

  1. Tabel Frekuensi .............................................................    24
  2. Tabulasi Silang ………………………………………..    29
  3. Korelasi ……………………………………………….    30

B .     Interpretasi Data ..................................................................    32

  1. Persiapan Interpretasi Data ...........................................    32
  2. Interpretasi Data Tabel Tunggal ...................................    34
  3. Interpretasi Data Tabel Silang ......................................    39
  4. Interpretasi Data Grafik ................................................    43
  5. Interpretasi Grafik Batang ............................................    44
  6. Interpretasi Grafik Pie ..................................................    45
  7. Interpretasi Data Peta ....................................................    46
  8. Interpretasi Peta ............................................................    47

        

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................    52


 


 


 

 

BAB I

PENDAHULUAN


 

A.     Latar Belakang

Kegiatan supervisi yang dilakukan pengawas satuan pendidikan dapat digambarkan sebagai sebuah siklus, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang hasilnya digunakan sebagai acuan perencanaan berikutnya ter-utama berkaitan dengan temuan-temuan yang perlu ditindaklanjuti. Semua ta-hapan tersebut sama-sama penting.

Dalam kaitannya dengan evaluasi dan tidak lanjut pengawasan, maka pengawas harus mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja ke-pala sekolah, guru maupun staf. Pengolahan dan analisis data hasil penilaian tentunya melibatkan metode atau teknik-teknik tertentu sesuai dengan jenis data dan tujuan analisisnya. Selain itu dalam pengolahan dan analisis data, juga diperlukan adanya ketajaman, kejelian dan kadang-kadang juga imajina-si serta abstract thinking. Dengan kemampuan ini maka data hasil penilaian akan menjadi bermakna setelah diolah dan dianalisis.

Beberapa teknik analisis data dalam penilaian mungkin dapat diadopsi pengawas dalam mengolah dan menganalisis hasil penilaian kinerja kepala sekolah, guru, maupun staf. Materi ini dirancang untuk membekali para pe-ngawas dalam mengolah dan menganalisis data hasil penilaian tersebut.


 

B.     Dimensi Kompetensi

Dimensi kompetensi yang diharapkan dibentuk pada akhir pendidikan dan pelatihan ini adalah dimensi evaluasi pendidikan.

        

C. Kompetensi yang Hendak Dicapai

Setelah menyelesaikan materi pendidikan dan latihan ini Pengawas di-harapkan mampu mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja ke-pala sekolah, guru dan staf sehingga dapat menjadi informasi yang bermakna dan dapat ditindaklanjuti.


 

D.     Indikator Pencapaian

Setelah menyelesaikan materi pendidikan dan pelatihan Pengawas diha-

rapkan:

  1. Mampu mengklasifikasikan jenis-jenis data hasil penilaian.
  2. Mampu melakukan pengolahan dan analisis data kualitatif menjadi informasi yang bermakna.
  3. Mampu melakukan pengolahan dan analisis data kuantitatif menjadi informasi yang bermakna.
  4. Mampu menarik kesimpulan dari pengolahan dan analisis hasil peni-laian kinerja kepala sekolah, guru dan staf.
  5. Mampu menemukan aspek-aspek yang perlu ditindaklanjuti dari ana-lisis hasil penilaian.


 

E.     Alokasi Waktu

No. 

Materi Diklat

Alokasi 

1. 

Klasifikasi, penyajian, dan pengolahan data hasil penilaian

2 jam 

2. 

Analisis data kuantitatif dan kualitatif 

3 jam 

3. 

Penarikan kesimpulan dan tindak lanjut 

2 jam 


 

F. Skenario

  1. Perkenalan
  2. Penjelasan tentang dimensi kompetensi, indikator, alokasi waktu dan skenario pendidikan dan pelatihan pengolahan dan analisis data hasil penilaian.
  3. Pre-test.
  4. Eksplorasi pemahaman peserta berkenaan dengan pengolahan dan analisis data hasil penilaian melalui pendekatan andragogi.
  5. Penyampaian Materi Diklat:
    1. Menggunakan pendekatan andragogi, yaitu lebih mengutamakan pengungkapan kembali pengalaman peserta pelatihan, menganali-sis, menyimpulkan, dan menggeneralisasi dalam suasana diklat yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermak-na. Peranan pelatih lebih sebagai fasilitator.
    2. Diskusi tentang indikator keberhasilan pelatihan pengolahan dan analisis data hasil penilaian.
    3. Praktik pengolahan dan analisis data hasil penilaian.
  6. Post test.
  7. Refleksi bersama antara peserta dengan pelatih mengenai jalannya pe-latihan.
  8. Penutup


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB II

KLASIFIKASI DAN PENGOLAHAN DATA

HASIL PENILAIAN


 


 

A. Klasifikasi Data

Data merupakan kumpulan dari fakta yang mengandung sejumlah infor-masi. Data dapat diklasifikasikan menjadi berbagai jenis: (1) berdasarkan sumbernya, (2) berdasarkan bentuknya, dan (3) berdasarkan skala.


 

1. Data Primer dan Data Sekunder

Berdasarkan sumbernya data dikelompokkan atas data primer dan skun-der.

Data primer adalah data yang diambil langsung dari responden atau tar-get pengamatan. Data diperoleh dari hasil wawancara, angket dan observasi. Daftar pertanyaan disebut dengan kuesioner. Kuesioner telah dipersiapkan secara khusus sesuai dengan tujuan pengamatan. Data yang diambil dari sum-ber utama (primer) ini biasanya sangat banyak, karena itu sering mempergu-nakan sampel atau cuplikan atau sebagian dari keseluruhan target (populasi). Responden dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Data primer dapat menggali informasi lebih luas, dapat berupa fakta, sikap, motivasi atau prilaku. Pengo-lahan data pun lebih beragam, dapat mempergunakan metode statistik baik parametrik maupun nonparametrik.

Data sekunder, bersumber dari berbagai dokumen yang ada di berbagai instansi, seperti dinas pendidikan, sekolah, guru dan siswa. Dokumen merupa-kan catatan-catatan/data penting yang sengaja disimpan untuk bahan analisis. Misalnya data tentang perolehan nilai siswa, data inventarisasi sarana seko-lah, data cashflow keuangan sekolah, data sosial ekonomi siswa dan sebagai-nya. Data tersebut biasanya dikelompokkan berdasarkan urutan waktu dan kesamaan variabel.

Keuntungan interpretasi data sekunder yaitu: (1) murah, dapat diguna-kan untuk berbagai kepentingan dan berbagai instansi; (2) data dapat dikum-pulkan/didapatkan dengan waktu yang relatif cepat; (3) dapat belajar dan me-ngerti kejadian di waktu lampau; (4) dapat meningkatkan pengetahuan mela-lui replikasi dan menambah jumlah sampel; dan (5) dapat memahami peru-bahan peta pendidikan, mislanya perkembangan jumlah siswa, perkembangan prestasi siswa, perkembangan kinerja guru dan kepala sekolah.

Sedangkan kelemahan dari data sekunder yaitu: (1) keakuratan data ti-dak terjamin, tergantung pada pengolahan dan hasil interpretasi sebelumnya; (2) data yang tersedia kadang tidak sesuai dengan kebutuhan; (3) unit pengu-kuran yang berbeda; dan (4) usang (out off date).


 

2. Data Kuantitatif dan Kualitatif

Berdasarkan bentuknya data dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu data kuantitatif dan kualitatif.

Data kuantitatif adalah jenis data yang dinyatakan dalam angka atau bi-langan hasil perhitungan, seperti menghitung, mengukur dan menimbang. Di-lihat dari nilainya, data kuantitatif dapat digolongkan menjadi diskrit dan data kontinyu. Data deskrit data yang nilainya dalam bentuk bilangan asli atau bi-langan yang terpisah-pisah (terpotong-potong, mempunyai ciri sendiri-sendi-ri) misalnya 1, 2, 3 dan seterusnya, diperoleh dari hasil menghitung, membilang atau mencacah. Misalnya jumlah guru, jumlah siswa, jumlah buku, jumlah kepala sekolah berdasarkan jenjang pendidikan atau di suatu wilayah. Data kontinyu, data yang nilainya dalam bentuk bilangan riil dan merupakan rang-kaian yang berkesinambungan yang diperoleh dari hasil pengukuran. Data kontinyu dapat dalam bentuk angka pecahan atau desimal, misalnya tingkat kecerdasan, luas sekolah, beban mengajar, pengeluaran atau pemasukan dana sekolah, dan sebagainya.

Data Kualitatif adalah jenis data yang dinyatakan dalam bentuk kata-ka-ta atau uraian kalimat. Data kualitatif diperoleh dari jawaban atas pertanyaan terbuka atau hasil wawancara atau deskripsi hasil observasi. Data kualitatif biasanya berhubungan dengan mutu, harkat atau derajat, misalnya: (a) tinggi, sedang, rendah; (b) sangat puas, puas, dan tidak puas; (c) banyak, sedang dan sedikit; (d) jauh, dekat; (e) besar, kecil; dan (f) baik, buruk. Data kualitatif dapat juiga ditransfer menjadi data kuantitatif melalui pengelompokkan data dengan cara diberi bobot.

Misalnya prestasi kepala sekolah:

  • Sangat baik, diberi bobot     4
  • Baik, diberi bobot         3
  • Sedang, diberi bobot     2
  • Buruk, diberi bobot     1


 

3. Data Nominal, Ordinal, Interval, dan Rasio

Berdasarkan skala atau tingkat pengukuran data dapat dikelompokkan menjadi: (a) data nominal, (b) data ordinal, (c) data interval, dan (d) data rasio.


 

a. Data Nominal

Data nominal termasuk jenis data kualitatif, dan hanya mempunyai satu kategori, sehingga tidak menunjukkan tingkatan atau heirarhi. Misalnya data tentang tempat tinggal, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan/ marital, tempat lahir, nama sekolah, mata pencaharian dan sebagainya. Data nominal untuk memudahkan analisis biasanya dijadikan angka yaitu proses yang disebut kategori. Bilangan yang dipergunakan hanya sebagai lambang/ simbol untuk membedakan setiap kategori.

Misalnya:

  • Jenis kelamin
    • Perempuan diberi lambang/simbol        1
    • Laki-laki diberi lambang/simbol         2
  • Satus perkawinan/marital
    • Kawin diberi simbol/lambang          1
    • Belum kawin diberi lambang/simbol        2
    • Janda/duda diberi lambang/simbol        3
  • Alamat rumah guru
    • Sama dengan lokasi sekolah diberi lambang/simbol        1
    • Berbeda desa tapi satu kecamatan diberi lambang/simbol    2
    • Berbeda kecamatan satu kabupaten diberi lambang/simbol    3
    • Lintas kabupaten diberi lambang/simbol            4
  • Agama guru/kepala sekolah
    • Islam diberi lambang/simbol        1
    • Kristen     diberi lambang/simbol    2
    • Hindu diberi lambang/simbol        3
    • Buddha diberi lambang/simbol    4
    • Lainnya diberi lambang/simbol    5

Angka tersebut hanya sebagai simbol atau tanda saja, tidak berjenjang artinya tidak dapat dikatakan guru laki-laki lebih baik dari perempuan, atau status kawin lebih jelek dari status belum kawin, suku Jawa lebih baik dari suku Batak, dan seterusnya. Data kategori ini pun tidak dapat dijumlahkan seperti simbol 1 (perempuan) + 2 (laki-laki) = menjadi 3 (jadi tidak bermak-na), dan lainnya. Data nominal hanya bisa dideskripsikan berdasarkan akumu-lasi frekuensi, misalnya sebagai berikut:

-Laki-laki    60 orang

-Perempuan     40 orang

Berarti jumlah guru laki-laki lebih banyak dari guru perempuan.


 

b. Data Ordinal

Data ordninal termasuk data kualitatif yang jenjangnya lebih tinggi dari data nominal. Data ordinal sudah menunjukkan lambang dan jenjang atau ting-katan (rank) lebih besar, lebih kecil.

Misalnya:

  • Tingkat pendidikan guru/kepala sekolah
    • D4        1
    • S1        2
    • S2        3
    • S3        4
  • Persepsinya terhadap profesi guru
    • sangat senang    3
    • senang         2    
    • tidak senang    1            
  • Kualitas pembelajaran
    • Sangat baik    5
    • Baik        4
    • Cukup        3
    • Kurang baik    2
    • Buruk        1

Makin kecil bilangan makin jelek dan makin besar makin bagus, jadi makin besar bilangan makin tinggi peringkatnya.

Tiap angka atau peringkat menunjukkan kelas tersendiri dan tidak dapat disamakan, serta menunjukkan adanya tingkatan lebih tinggi atau lebih rendah, misalnya yang berpendidikan SMA lebih baik dari SMP, atau S1 lebih tinggi dari S2 dan seterusnya, namun tetap tidak dapat dijumlahkan seperti halnya kategori.


 

c. Data Interval

Data interval termasuk dalam jenis data kuantitatif, berupa angka, dapat bertingkat/berjenjang, dapat menunjukkan peringkat (makin besar bilangan makin tinggi peringkatnya), bilangan menyatakan jarak (interval), dan titik nol bukan merupakan titik mutlak. Titik nol dinyatakan berdasarkan perjanji-an.

Misalnya:

  • Jumlah siswa
    • < 500 orang     1
    • 500 – 1000 orang     2
    • 1001 – 1500 orang 3
    • > 1500 orang     4
  • Perolehan Nilai Ujian Nasional
    • < 3    1
    • 3 – 5    2
    • > 5    3
  • Luas sekolah
    • < 1000 meter²     1
    • 1000 – 3000 m²     2
    • > 3000 m²     3


 

d. Data Rasio

Data rasio merupakan jenis data paling tinggi, dapat menyatakan seba-gai peringkat, menyatakan jarak, dan mempunyai titik nol sebagai titik mutlak, serta dan dapat dioperasikan secara matematik (dijumlah, dibagi, dikurangi dan dikali)

Misalnya, besarnya honor kelebihan mengajar dinyatakan dalam rupiah/ minggu.

Perbandingan dan Contoh Skala Nominal, Ordinal, Interval, dan Rasio


 

No. 

Skala 

Ciri skala 

Contoh 

1 

Nominal 

  • Kategori
  • Bilangan sebagai lambang untuk membedakan
  • Jenis kelamin
  • Status sekolah
  • Agama

2 

Ordinal 

  • Bilangan sebagai lambang
  • Menunjukkan peringkat
  • Pendidikan guru
  • Pendidikan kepsek
  • Keberhasilan MBS

3 

Interval 

  • Bilangan sebagai lambang
  • Menunjukkan peringkat
  • Bilangan menyatakann jarak (interval)
  • Titik nol bukan titik mutlak
  • IQ
  • Potensi akademik
  • Hasil Tes prestasi
  • Produktivitas kepsek

4 

Rasio

  • Bilangan sebagai lambang
  • Bilangan mengisyaratkan peringkat
  • Bilangan menyatakan jarak
  • Titik nol merupakan titik mutlak
  • Pendapatan
  • Jarak sekolah ke tempat tinggal
  • Honor kelebihan mengajar


 

Klasifikasi data bertujuan untuk mengelompokkan data yang sejenis.

Contoh:

  1. Guru terdiri atas status guru, usia, pangkat/golongan, latar belakang pen-didikan, lama mengajar, beban tugas mengajar, mengajar di swasta, bi-dang studi, dan sebagainya.
  2. Siswa terdiri atas jumlah siswa, jumlah kelas, rombel, kondisi sosial eko-nomi, dan sebagainya.
  3. Tenaga pendidik terdiri atas jumlah kualifikasi, tugas dan kewenangan.
  4. Sarana dan prasarana: luas sekolah, alokasi ruang sekolah, jumlah kelas, laboratorium, perpustakaan, perlengkapan belajar mengajar, dan sebagai-nya.

Dengan klasifikasi tersebut maka pengolahan data dapat dilakukan de-ngan lebih mudah.


 

B. Pengolahan Data

Suatu penelitian, pengamatan, observasi selalu didahului dengan peru-musan tujuan, identifikasi permasalahan, mengidentifikasi variabel yang mem-pengaruhi permasalahan, menyusun instrumen/alat penelitian atau kisi-kisi pengamatan, pengambilan data, pengolahan data dan analisis data, interpreta-si data, dan akhirnya menyimpulkan guna menjawab permasalahan. Rangkai-an kegiatan itu harus berkesinambungan dan konsisten untuk mencapai tuju-an yang telah dirumuskan sebelumnya.

Pengolahan data dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat dan mudah diproses lebih lanjut. Analisis data dilakukan untuk lebih memaknai data yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang objektif. Pe-ngolahan data dan analisis data merupakan salah satu tahapan yang sangat pen-ting dalam penilaian untuk memperoleh informasi yang akurat dalam rangka pengambilan keputusan yang valid. Kualitas informasi hasil penelitian salah satunya sangat ditentukan oleh hasil pengolahan data tanpa mengabaikan ku-alitas dari instrumen dan proses pengambilan data itu sendiri. Pengolahan da-ta merupakan kegiatan yang mendahului analisis data, walaupun dalam pelak-sanaannya kegiatan pengolahan data masih dilakukan dalam proses analisis data, misalnya, bila ditemukan kejanggalan hasil analisis maka sering kali pe-neliti harus kembali lagi memeriksa kebenaran data dan memperbaikinya ter-lebih dahulu sebelum melanjutkan analisis dan seterusnya.

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1989) mengelompokkan pengo-lahan data dan pengkodean sebagai bagian dari proses analisis data. Sedang-kan Gay, (1996) memakai istilah penyiapan data
(data preparation) sebagai pengertian dari pengolahan data. Sementara itu, Wignjosoebroto, S. (1977) menyatakan bahwa pengolahan data merupakan tahap awal dari analisis ku-antitatif, dengan kegiatan pokok meliputi editing dan coding. Selanjutnya di-katakan bahwa pengolahan data dapat merupakan suatu kegiatan persiapan analisis data yang meliputi: (1) membersihkan data, (2) memberi kode, me-masukkan data ke komputer, dan (3) memeriksa kembali data (verifikasi) ter-sebut sebelum dilanjutkan dengan proses analisis data yang dapat dilakukan secara manual maupun menggunakan komputer.

Dengan demikian pengolahan data dapat diartikan sebagai kegiatan pen-dahuluan analisis data. Secara sistematis pengolahan data perhubungan de-ngan kegiatan: (1) editing, (2) koding, dan (3) tabulasi.


 

1. Editing

Data yang dikumpulkan melalui penelitian survey umumnya sangat ba-

nyak dan masih merupakan data mentah yang belum tentu semuanya benar

karena terdapat berbagai sumber kesalahan. Adapun sumber kesalahan antara lain akibat kesalahan pengisian, kesalahan interpretasi atas pertanyaan atau pernyataan pada instrumen. Karena itu perlu diedit atau memeriksa data. Hal yang perlu diperiksa antara lain:

  • Apakah kuesioner/daftar pertanyaan telah terisi secara lengkap atau belum?

Misalnya ada pertanyaan yang belum terisi    

  • Apakah pertanyaan sudah konsisten?

Misalnya pertanyaan tentang berapa usia kepala sekolah?

Dijawab: 30 tahun .

  • Pertanyaan berikutnya pengalaman menjadi kepala sekolah?

Dijawab: 20 tahun

Kedua pertanyaan itu tidak konsisiten, dan pasti ada kesalahan, kesalah-annya dapat di pertanyaan pertama atau kedua. Karena itu perlu diklarifi-kasi ke responden.

  • Apakah jawaban kuesioner sudah logis dan benar ?

    Misalnya besarnya pendapatan < 2 juta diberi peringkat 2 tapi ditulis 9 (padahal angka itu tidak ada dalam peringkat); angka 3 ditulis 8, dan se-bagainya.

    Untuk pertanyaan terbuka, jawaban belum ditentukan lebih dahulu, se-hingga responden mempunyai kebebasan untuk menjawab pertanyaan, harus dilihat apakah jawaban sudah lengkap, jawaban sudah tegas sesuai pertanyaan (tidak tumpang tindih), dan tidak banyak kata lain-lain, dan sebagainya sehingga membiaskan jawaban.


 

 

Contoh Kelengkapan Pengisian Data

NSS 

NIP 

Nama 

JK 

TempatLahir 

TglLahir 

Kawin 

Jml Anak 

Ms. Kerja 

Keterangan

101020892034 

132028054 

AUD 

L 

BANDUNG 

05/10/1966 

K 

  

80 

INVALID 

201020890144 

131560382 

MIKDAM MUSTOPA 

L 

BANDUNG 

09/05/1964 

K 

  

71 

INVALID 

101021001033 

480067847 

RUCHIJAT WIRADIKARJA 

L 

SUMEDANG 

07/08/1951 

  

  

55 

INVALID 

302026105030 

  

SJAHMAR SIKAR 

L

SUMBAWA 

  

  

  

54 

INVALID 

201021719096 

991001928 

SUKARYA 

L 

  

31/12/1930 

  

0 

54 

INVALID 

324026201500 

130074750 

R. SUHARJO 

L 

YOGYAKARTA 

10/10/1933 

S 

0 

51 

VALID 

303026201002 

992000012 

E. DJAMHARI 

L 

JAKARTA 

11/11/1936 

K 

1 

49 

VALID 

302026103020 

992000894 

H. ILYAS HASYIM

L 

BOGOR 

11/11/1936 

K 

2 

49 

VALID 

302026303014 

  

L.A.WALEAN,BA. 

P 

Manado 

18/05/1935 

  

  

49 

INVALID 

302026303014 

  

L.A.WALEAN,BA. 

P 

Manado 

18/05/1935 

  

  

49 

INVALID 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

 

Langkah-langkah yang harus dilakukan setelah form terisi adalah sebagai berikut:


 

a. Pemeriksaan Data

Data yang telah terkumpul melalui angket atau kuesioner dari lapangan perlu segera diperiksa apakah pengerjaannya sudah lengkap atau belum. Pe-meriksaan (editing) data dilakukan terhadap setiap kuesioner dan setiap butir jawaban yang tertulis dalam kuesioner. Apakah seluruh butir sudah terisi de-ngan baik, konsisiten, jelas, benar, dan sesuai dengan apa yang ditanyakan. Bila ada kesalahan, segera perbaiki. Bila kuesioner disebarkan dalam bentuk wawancara atau melalui tatap muka, pemeriksaan akan lebih mudah dan pe-meriksaaan data dapat dilakukan segera oleh petugas setelah responden sele-sai menjawab semua pertanyaan. Petugas atau peneliti dapat mengkonfirma-sikan atau menanyakan langsung jawaban-jawaban yang kurang jelas atau meminta responden melengkapi data isian yang tidak diisi secara lengkap.

Pemeriksaan data juga dilakukan pada saat data akan dikelompokkan dan diolah. Pada saat itu kuesioner biasanya dibaca lebih teliti baik tentang konsisitensinya maupun kelengkapan isinya. Bila ada data yang tidak konsis-ten atau tidak terisi biasanya butir tertentu yang kurang itu dinyatakan seba-gai data yang hilang (missing data). Jangan sekali-kali memanipulasi data atau mengisinya berdasarkan perkiraan saja, karena nanti akan membiaskan hasil penelitian. Kejujuran dan objektivitas sangat penting dalam penelitian untuk memperoleh hasil yang benar dan program yang tepat.

Untuk pertanyaan yang bersifat terbuka, tulisan responen yang tertera pada kuesioner harus memperhatikan hal-hal berikut ini.

1) Keterbacaan jawaban

Jawaban responden dari setiap butir kuesioner harus dapat dibaca. Hal ini untuk mencegah kesulitan dalam proses pengolahan data dan menghindari kesalahan penafsiran.

  1. Kejelasan makna jawaban

    Kejelasan makna jawaban ini terutama sangat penting untuk jenis perta-nyaan yang sifatnya terbuka, karena responden diberi keleluasaan untuk menjawab sesuai dengan persepsi atau pendapatnya. Overlaping, kejelas-an, dan kebermaknaan jawaban perlu diedit, baik per butir mau pun antar butir pertanyaan. Kalimat yang tidak tersusun secara sempurna dapat me-nyebabkan kesalahan tafsir dan mengganggu kelaikan data. Overlaping jawaban juga akan membiaskan hasil penelitian, sehingga maknanya pun menjadi tidak valid.

3) Keajegan dan kesesuaian jawaban satu sama lain

Keajegan dan kesesuaian jawaban antara satu jawaban dengan jawaban berikutnya perlu diperiksa oleh tim editor atau petugas lapangan sesaat kuesioner diserahkan oleh responden. Misalnya di butir yang satu menja-wab belum pernah nikah, tetapi jawaban butir berikutnya mengenai jum-lah anak, dijawab. Usia dijawab 39 tahun, pengalaman mengajar 25 tahun. Contoh di atas, jelas mencerminkan ketidakajegan dan ketidak sesuaian jawaban antara yang satu dengan lainnya. Bila hal itu dapat dikonfimasi-kan maka jawaban dapat dengan cepat diperbaiki, bila tidak, maka butir itu dikelompokkan ke dalam data yang hilang (missing data).

4) Relevansi jawaban

Relevansi jawaban akan banyak muncul terutama pada pertanyaan yang sifatnya terbuka atau wawancara. Kadang-kadang responden menjawab mengambang, tidak jelas dan tidak relevan dengan apa yang ditanyakan. Hal ini dapat disebabkan responden tidak mengerti apa yang ditanyakan, kalimat terlampau komplek, istilah terlampau tinggi atau memang tidak tahu. Data tersebut harus dikonfirmasi ulang atau dikategorikan sebagai missing data bila tidak sesuai.

5) Keseragaman satuan

Keseragaman satuan ini sangat penting kalau data yang dikumpulkan je-nis rasio, misalnya jarak antara tempat tinggal dengan sekolah diukur de-ngan meter atau kilometer, pendapatan dalam ribuan atau satuan, jumlah jam mengajar dalam menit atau jam, dan sebagainya. Karena itu bila ada pertanyaan jenis rasio harus disertai dengan keterangan yang jelas satuan apa yang dipergunakan.


 

b. Membuat Buku Kode (Codebook)

Buku kode diperlukan untuk memudahkan penanganan data dan menja-ga konsistensi pengkodean. Buku kode berisi informasi tentang variabel, je-nis variabel, lokasinya dalam instrumen atau letak kolomnya pada lembar ko-de (coding sheet). Buku kode digunakan sebagai pedoman bagi pemroses da-ta untuk memasukkan data dari instrumen ke lembaran kode (code sheet) atau ke komputer. Buku kode juga bermanfaat bagi peneliti sebagai pedoman un-tuk mengidentifikasi variabel penelitian yang akan dipakai dalam analisis atau menginterpretasikan hasil analisis.

Buku kode biasanya terdiri dari komponen-komponen berikut:

1) Identitas, yaitu kode yang diberikan untuk setiap responden/sekolah ber-sifat unik. Identitas yang dibuat dapat lebih dari satu agar kombinasi dari variabel-variabel identitas tersebut menjadi unik.

2) Nama variabel, yaitu singkatan nama variabel yang panjangnya pada umumnya tidak lebih dari 8 karakter. Nama variabel umumnya harus dia-wali dengan huruf. Setiap pertanyaan umumnya merupakan satu variabel, namun dapat juga lebih dari satu variabel. Penamaan variabel perlu diran-cang secara tersetruktur untuk memudahkan analisis terutama bila jumlah variabel banyak.

3) Label untuk variabel (variable labels), yaitu berisi keterangan atau pen-jelasan singkat tentang nama variabel.

4) Lokasi dalam kuesioner, yaitu petunjuk tentang letak variabel dalam ins-trumen, misalnya halaman dan nomor pertanyaan dan pencantuman hala-man ini dalam buku kode bukan suatu keharusan (bersifat optional), apa-lagi bila data dipindahkan ke suatu lembar kode (coding sheet).

5) Label kode/nilai jawaban (value label), yaitu penjelasan atau keterang-an tentang arti dari masing-masing kode jawaban. Untuk keperluan terten-tu sering juga dibedakan antara jawaban missing karena tidak menjawab dan missing karena tidak perlu dijawab (not available). Kode yang diberi-kan untuk missing data harus merupakan nilai (angka) di luar range (ling-kup) data tersebut, misalnya ditanyakan usia responden guru yang maksi-mumnya adalah 75 tahun maka kode missing nya dapat diberi 99. Sedang-kan kode 98 diberikan, misalnya untuk variabel usia orang tua siswa, tidak perlu diisi karena telah meninggal dunia. Selanjutnya apabila data dibiar-kan kosong maka secara otomatis komputer akan mengelompokkannya menjadi system missing.

6) Letak kolom, yaitu berisi informasi tentang letak dan jumlah kolom yang ditempati masing-masing variabel.

Format Penilaian Pelaksanaan

Membuka dan Menutup Pembelajaran
Guru di Sekolah X


 

No

Aktivitas Guru

Skors

Kegiatan Membuka Pembelajaran (A)

1. 

Memperhatikan sikap dan tempat duduk siswa 

1 

2 

3 

4 

2. 

Memulai pembelajaran setelah siswa siap untuk belajar 

1 

2 

3 

4 

3. 

Menjelaskan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari 

1 

2 

3 

4 

4. 

Melakukan Appersepsi (mengkaitkan materi yang disajikan dengan materi yang telah dipelajari sehingga terjadi kesinambungan)

1 

2 

3 

4 

5. 

Kejelasan hubungan antara pendahuluan dengan inti pelajaran dilakukan semenarik mungkin 

1 

2 

3 

4 

Kegiatan Menutup Pembelajaran (B)

1. 

Kemampuan menyimpulkan KBM dengan tepat 

1 

2 

3 

4 

2. 

Kemampuan menggunakan kata-kata yang memebesarkan hati siswa 

1 

2 

3 

4 

3. 

Kemampuan memberikan evaluasi lisan maupun tulisan 

1 

2 

3 

4 

4. 

Kemampuan memberikan tugas yang sifatnya memberikan pengayaan, dan pendalaman

1 

2 

3 

4 

  

Komentar/Saran

.......................................................................................... 

 

  

  

  

Total Skors 

  

  

  

  


 

Nama Sekolah            : .................................................................................

Status sekolah            : .................................................................................

Nama Guru             : .................................................................................

Pendidikan            : .................................................................................

Jenis Kelamin            : .................................................................................

Pengalaman mengajar        : .................................................................................

Mata Pelajaran            : .................................................................................

Pokok Materi            : .................................................................................

Kelas/Smt            : .................................................................................


 


 


 


 


 


 

Contoh buku kode untuk alat penelitian berikut ini.


 


 

Tabel 3 Contoh Buku Kode

No

Nama variable 

Label Variabel 

Lokasi

     

Kode Jawaban

Label nilai 

Letak Kolom 

1 

Identitas

Sekolah 

Nomor identitas 

Lembar sampul 

001-100

- 

1-3 

2 

Status sekolah 

Status sekolah  

Lembar sampul 

1

2

Negeri

Swasta

4 

3 

Kodeguru 

Kode responden  

Lembar sampul 

001-100 

- 

4-6 

4 

Pendidikan 

Pendidikan terakhir  

Hal. 1 No.1 

1

2

3

4 

D2

D3/Sarmud

S1

Missing 

7 

5 

Jenis kelamin 

Jenis kelamin  

Hal. 1 No ....

1

2

9 

Laki-laki

Perempuan

Missing 

8 

6 

Pengalaman mengajar 

Lamanya mengajar 

Hal 1 no. .. 

1

2

3 

< 5 tahun

5-10 tahun

>10 tahun 

9 

7 

Kode mata pelajaran 

Jenis mata ajar 

Hal 1 No.. 

1

2

3 

Geografi

Sejarah

Matematik 

10 

8 

Kode Materi  

Materi ajar 

Hal.. no... 

1

2

3

10... 

Peta

Hidrosfer

Atmosfer

Dst 

11 

9. 

Semester 

Semester 

Hal no 

1

2 

Ganjil

Genap 

12 

10 

Kelas 

  

01 - 06 

Tingkatan Kelas  

11-12 

11 

A1 

Sikap  

Hal.. no. 

1

2

3

4 

Tdk memperhatikan

Kurang

Sedang

Baik 

13 

12. 

A2 

Dst 

Dst 

 

Dst 

14 


 

2. Koding (Pemberian Kode)

Koding merupakan usaha memberikan identitas atau pengelompokkan pengklasifikasikan data dari respon-respon hasil penelitian ke dalam kelas-kelas tertentu. Setiap jenis data masuk dalam suatu kelas tertentu, diberi no-mor kode. Setiap data hanya masuk dalam satu kelas dan satu kode. Hal ini akan memudahkan data untuk diproses lebih lanjut terutama bila mengguna-kan komputer. Keuntungan lain dari pemberian kode ini adalah menghemat memori komputer dan mempercepat proses analisis.


 

a. Koding terhadap Jawaban Pertanyaan Terbuka

Coding atau mengkode terhadap kuesioner yang pertanyaannya terbuka sering disebut qualitative coding. Pertanyaan terbuka menghasilkan jawaban yang sangat bervariasi, karena memang tidak ditentukan berbagai alternatif jawaban oleh pembuat pertanyaan. Responden mempunyai kebebasan dalam mengemukakan jawabannya, paling dibatasi oleh ruang atau space jawaban. Contoh:

Pertanyaan: Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang keefektifan penilaian portofolio ?


 


 

Hal yang harus dilakukan untuk mengkode pertanyaan terbuka adalah:

1) Membuat kategori, kategori diperoleh dengan membaca terlebih dahulu setiap jawaban dari butir yang sama. Dari jawaban itu diketahui variasi jawaban. Kemudian variasi jawaban dikelompokkan ke dalam beberapa kategori. Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat kategori adalah: (1) kategori harus tegas, jangan tumpang tindih antara jawaban kategori yang satu dengan yang lainnya; (2) kata "lain-lain", "dan sebagainya", "dan seterusnya" harus dihindarkan, atau jumlahnya relatif kecil.

Membuat kode pada jawaban terbuka lebih lama bila dibandingkan de-ngan pertanyaan yang tertutup, karena variasinya mungkin akan sangat banyak

sesuai dengan banyaknya responden yang diambil.


 

b. Koding terhadap Jawaban Pertanyaan Tertutup

Koding data terhadap jawaban tertutup lebih mudah dibanding pengko-dean pada jawaban terbuka. Pengkodean dapat dilakukan dengan cara mem-beri nomor kode pada sejumlah option/pilihan jawaban yang telah ditentukan pada setiap butir pertanyaan. Pengkodean akan lebih mudah lagi apabila sejak awal ketika menyusun kuesioner setiap butir pertanyaan dan jawaban yang tersedia telah diberi nomor kode. Kegiatan untuk merancang pengkodean pa-da saat penyusunan kuesioner ini dikenal dengan istilah precoding.


 

c. Koding terhadap Pertanyaan Semi Terbuka

Pertanyaan semi terbuka merupakan kombinasi dari tertutup dan terbu-ka, jawaban dari setiap butir sudah ditentukan alternatif jawabannya, selain itu responden diberi kesempatan untuk memberi jawaban lain di luar alterna-tif jawaban yang telah ditentukan. Umumnya jawaban yang sudah ditentukan hasil kajian yang mendalam sehingga menjadi alternatif yang paling banyak kemungkinannya untuk dipilih. Jawaban-jawaban yang sifatnya terbuka me-rupakan pengecualian atau hal-hal yang diluar dugaan atau tidak dipredikasi sebelumnya atau adanya peristiwa khusus. Untuk itu setiap jawaban diberi kode baru sesuai dengan variasi jawaban.

Misalnya:

Pengetahuan tentang CTL

  1. penataran
  2. pelatihan
  3. kepala sekolah
  4. sesama guru
  5. buku
  6. .......... (terisi misalnya dari radio)
  7. ...........(terisi misalnya dari TV)

Pengkodean dapat dilakukan sesuai dengan alternatif jawaban misalnya:

Penataran kodenya         1

Pelatihan diberi kode        2

Kepala sekolah diberi kode    3    

Sesama guru diberi kode    4

Buku diberi kode            5

Radio diberi kode            6

TV diberi kode            7

dan seterusnya (bila ada alternatif lain)


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB III

ANALISIS, INTERPRETASI, DAN IMPLIKASI

DATA HASIL PENILAIAN


 


 

A.     Analisis Data

Untuk data yang diperoleh dari pertanyaan tertutup atau semi terbuka yang telah dilakukan pengkodean, data dapat langsung dimasukkan ke kom-puter.

Memasukkan data (Data Entry) ke komputer. Mengingat data tentang pendidikan sangat banyak, maka ada baiknya data diolah dengan memgguna-kan komputer agar lebih cermat, cepat, dan menghemat tenaga. Kecermatan dan hasil (output data) tentu saja sangat tergantung kepada kecermatan dalam memasukkan data (data entry). Peralatan yang perlu dipersiapkan sebelum memulai memasukkan data ke komputer: (1) perangkat lunak (software) apli-kasi data entry dan operation system, (2) dokumen yang telah diisi (data se-kolah dan guru) yang telah diperiksa ketelitiannya, dan (3) komputer.

Untuk memasukkan data ke komputer perlu dipersiapkan petugas yang

memiliki kemampuan minimal yaitu: (1) mampu mengoperasikan komputer, (2) telah mengikuti pelatihan pemakaian aplikasi input data, (3) memahami substansi dokumen yang diinput, dan (4) teliti serta tekun.

Setelah masuk komputer sebelum dianalisis data perlu diedit lebih du-lu. Pengeditan atau pemeriksaan ulang, dilakukan untuk mengoreksi kesalah-an-kesalahan yang ditemui, misalnya salah ketik atau salah memasukkan kode.

Jika seluruhnya sudah benar maka data dapat diolah menjadi: (a) tabel freku-ensi tunggal, (b) korelasional berupa tabulasi silang, (c) grafik, dan (d) peta.

Statitistik dapat dipergunakan untuk membantu analisis. Berdasarkan taraf kedalamannya statistik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial

Statistik deskriptif adalah teknik statistik yang digunakan untuk mendes-kripsikan atau menggambarkan data "apa adanya" dengan cara seperti: (1) pe-nyajian data melalui tabel, grafik, atau diagram; (2) meringkas (summary) da-lam bentuk ukuran pemusatan, seperti rata-rata, median, modus; (3) ukuran variasi seperti standar deviasi, range, kuartil, atau lainnya; dan (4) ukuran ke-eratan hubungan antar variabel (korelasi). Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menggeneralisai (menguji hipotesis) keadaan populasi berdasarkan informasi sampel. Contoh teknik uji-t, analisis varians untuk uji perbedaan mean, analisis regresi untuk peramalan atau melihat pe-ngaruh variabel-variabel terhadap variabel tertentu, dan multivariate untuk menjelaskan besarnya pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya.


 

1. Tabel Frekuensi

Tabel frekuensi merupakan analisis sederhana yang berguna untuk me-nyajikan data berupa frekuensi dan/atau proporsinya. Dengan tabel frekuensi kita dapat mengetahui distribusi data. Tabel frekuensi dapat dibuat secara ma-nual atau menggunakan komputer. Dengan cara manual maka setiap kasus ja-waban dimasukkan ke dalam kategori masing-masing. Pemasukan dilakukan secara simbolik yaitu dengan jalan mencoretkan garis miring (tully) pada ko-lom yang telah disediakan untuk kategori yang dipilih, setiap hitungan ke li-ma coretannya dibuat miring yang brlawanan, supaya memudahkan menghi-tungnya. Setelah semua kuesioner di-tully, yang baru kemudian dihitung fre-kuensinya. Jumlah total harus mencerminkan seluruh jumlah kuesioner, bila berbeda berarti ada yang salah.

Cara ini merupakan cara yanga paling sederhana, namun bila jumlah sampel atau respondennya banyak (misalnya lebih dari 100) akan dibutuhkan kolom tully yang lebih panjang, demikian pula kalau ada kekeliruan men-tully (tidak sesuai antara jumlah total yang di-tully dengan responden) akibat tidak konsentrasi atau lupa ketika melakukan tabulasi, sulit untuk dilacak.

Contoh mengolah data dengan manual.

No. 

Pendidikan guru SD 

Tully

Jumlah 

1 

D1  

//\// //\// /\/// //\// //\// 

20 

2 

D2 

//\// //\// /// 

12 

3 

D3 

//\// //\// //// 

14 

4 

S1 

//\// /// 

8 

5 

S2 

//// 

4 

6 

S3 

// 

2 

Jumlah 

60 


 

Cara lain dengan manual, adalah mengelompokkan kuesioner berdasar-

kan kategori yang sama, misalnya untuk pendidikan guru SD, jawaban D1 dikelompokkan secara terpisah dari pendidikan lainnya, D2, D3, S1, S2 dan S3 secara terpisah, baru kemudian dihitung jumlahnya berdasarkan kelompok kategori. Cara ini akan meminimalkan kekeliruan dalam menjumlah, tapi sangat lama apalagi kalau butir dalam kuesioner dan respondennya banyak.

Perhatikan tabel di bawah ini. Informasi apa yang dapat kita ambil dari tabel tersebut. Jumlah guru dengan usia 59 tahun.


 

No 

Tingkat 

Jumlah Sekolah 

1 

TK 

10 

2 

MAN 

5 

3 

MI 

6 

4 

MTS

18 

5 

SD 

29 

6 

SLB 

21 

7 

SLTP 

22 

8 

SLTP TERBUKA 

21 

9 

SMA 

33 

10 

SMK

92 

 

Total 

257 


 

Dengan olahan data yang berbentuk frekuensi dapat diketahui beberapa informasi antara lain: (a) proporsi usia guru di tiap jenjang pendidikan; (b) banyaknya guru yang pensiun tahun depan (kalau batasnya adalah 60 tahun); dan (c) banyaknya guru yang harus diangkat di berbagai jenjang pendidikan tahun berikutnya.

Tabel frekuensi merupakan dasar untuk melakukan pengolahan data le-bih lanjut misalnya tabulasi silang, korelasi bahkan regresi. Melalui tabulasi silang dapat digunakan untuk:

Tabulasi frekuensi biasanya dilanjutkan dengan pengolahan persentase untuk tiap kategori. Melalui persentase juga dapat diperoleh perbandingan relatif antarkategori. Persentase dilakukan dengan mempergunakan rumus se-bagai berikut.


 

Pi =

Pi = persentase untuk data i

Ji = jumlah i

Jt = jumlah total

Perhatikan tabel berikut ini!

Penyebaran Jumlah Guru di Beberapa Kabupaten di Jawa Timur

No. 

Kabupaten 

Jumlah

Persentase 

1 

KAB. GRESIK 

11.233 

24,72 

2 

KAB. SIDOARJO 

13.114 

28,85 

3 

KAB. MOJOKERTO 

7.039 

15,49 

4 

KAB. JOMBANG 

11.599 

25,52 

5 

KAB. BOJONEGORO 

2.470 

5,43

Jumlah 

45.455 

100,00 


 

Dengan persentase dapat membandingkan relatif penyebaran jumlah gu-ru di tiap Kabupaten, di mana terjadinya akumulasi angka paling banyak dan di mana pula paling sedikit, sehingga dalam mengembangkan program untuk mengatasi masalah tersebut menjadi lebih terarah .

Pengolahan data dengan komputer akan lebih mudah dan cepat. Melalui program SPSS, dalam file analysis, dapat dipilih frecuency maka dalam wak-tu yang tidak sampai satu menit data sudah tertabulasikan lengkap dengan per-sentasenya, seperti tabel yang tercantum di bawah ini. Tentu saja setelah me-lalui editing.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Rekap Hasil Pendataan Jumlah Sekolah Berdasarkan Sekolah di Jawa Barat


 

No

Tingkat

Sekolah 

Guru 

Murid 

Jumlah 

Persentase  

Jumlah 

Persentase  

Jumlah  

Persentase 

1 

MAN 

66 

0,30% 

66 

0,30% 

0,30% 

0,30% 

2 

MI 

340 

1,54% 

340 

1,54% 

1,54% 

1,54% 

3 

MTS 

205 

0,93%

205 

0,93% 

0,93% 

0,93% 

4 

SD 

15.347 

69,73% 

15.347 

69,73% 

69,73% 

69,73% 

5 

SLB 

75 

0,34% 

75 

0,34% 

0,34% 

0,34% 

6 

SLTP 

2.158 

9,81% 

2.158 

9,81% 

9,81% 

9,81% 

7 

SLTP TERBUKA 

56 

0,25% 

56 

0,25% 

0,25% 

0,25% 

8 

SMA 

786 

3,57% 

786 

3,57% 

3,57% 

3,57% 

9 

SMK 

171 

0,78% 

171 

0,78% 

0,78% 

0,78% 

10 

SMK (SMEA) 

245 

1,11% 

245 

1,11% 

1,11% 

1,11% 

11 

SMK (SMKK) 

14 

0,06% 

14 

0,06% 

0,06% 

0,06% 

12 

SMK (STM) 

215 

0,98% 

215 

0,98% 

0,98% 

0,98% 

13 

TK 

2.330 

10,59% 

2.330 

10,59% 

10,59% 

10,59% 

 

Total 

22.028 

100 % 

22.028 

100 % 

100 % 

100 % 


 

Dengan dilengkapi persentase informasi yang tergali dapat lebih banyak, misalnya dapat terlihat proporsi distribusi tiap kategori. Dari tabel di atas da-pat dilihat jumlah SD mendominasi jenjang sekolah yang ada di Jawa Barat, demikian pula dengan jumlah guru dan muridnya. Perbandingan proporsi se-kolah pun dapat dilakukan misalnya seberapa besar kesenjangan sekolah SD dengan SMP, atau SMP dengan SMA dan seterusnya.

Data yang bersifat ordinal dapat pula ditabulasikan, misalnya kategori sesuai dan tidak sesuai. Kategori sesuai diperoleh bila ada relevansi antara la-tar pendidikan guru dengan mata ajar di sekolah tempat guru tersebut bertugas, misalnya pendidikan formal guru jurusan Sejarah mengajar mata ajar Sejarah. Tidak sesuai bila pendidikan guru tidak sama dengan mata ajar, misalnya la-tar belakang pendidikan PKK mengajar Geografi, dan seterusnya.


 


 


 


 


 


 

Tabel Kesesuaian Pendikan Guru dengan Bidang Studi yang Diajar di Kabupaten X


 

No 

Tingkat 

Status 

Sesuai 

Tidak Sesuai 

% Tidak Sesuai 

1 

MAN 

S 

3 

9 

75 

2 

SLTP

N 

147 

302 

67 

3 

MTS 

S 

6 

11 

65 

4 

SLTP 

S 

111 

176 

61 

6 

SD 

N 

16 

21 

57 

7 

SD 

S 

5 

6 

55 

9 

SMK (SMEA) 

N 

6 

6 

50 

10 

SMA 

S 

34 

33 

49 

11 

SMK (STM) 

S 

18 

17 

49 

12 

SMK (SMEA) 

S 

29 

25 

46 

13 

SMA 

N 

37 

28 

43 

14 

SMK 

S 

18 

13 

42 

16 

SMK (STM) 

N 

14 

3 

18 

17 

SMK 

N 

7 

1 

13%


 

Dengan data di atas dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kompe-tensi guru yang tidak sesuai dan membandingkannya dengan persentase ter-besar yang tidak sesuai, serta terapi apa untuk menyongsong sertifikasi guru.

Data tabulasi seringkali tidak tunggal tapi dipadukan dengan variabel la-in sehingga lebih banyak informasi yang dapat digali. Seperti tabel di bawah ini.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Kab_Nama 

Jumlah Penduduk 

Tingkat 

Jumlah 

Ratio 

Usia Sekolah 

Sekolah 

Guru 

Guru-Murid 

Kab. Bandung 

500.000  

MAN 

1  

2  

1: 30

MTS 

2  

2  

1: 50 

SD 

2687  

16535  

1: 37 

SLTP 

131  

3489  

1: 20 

SMA 

47  

1288  

1: 26 

SMK (STM) 

13  

155  

1: 29 

TK 

49  

66  

1: 20 


 


 


 

Kota Bandung 

300.000  

MAN 

5  

20  

1: 15 

MTS 

2  

2  

1: 17 

SD 

2687  

16535  

1: 20

SLTP 

131  

3489  

1: 23 

SMA 

47  

1288  

1: 30 

SMK (STM) 

13  

155  

1: 40 

TK 

49  

66  

1: 20 

Kab. Sukabumi

450.000  

MAN 

14  

15  

1: 25 

MTS 

15  

15  

1: 30 

SD 

2.700  

16.548  

1: 50 

SLTP 

144  

3.502  

1: 37 

SMA 

60  

1.301

1: 20 

SMK (STM) 

26  

168  

1: 50 

TK 

62  

79  

1: 20 


 

2. Tabulasi Silang

Tabulasi silang merupakan bentuk tabel frekuensi dua arah yang meng-gambarkan frekuensi dan proporsi dari variabel-variabel menurut kategori-nya. Tabulasi silang sangat bermanfaat untuk melihat gambaran dari variabel berupa kategori.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Contoh Tabulasi Silang.

Tabel : Tabulasi antara Jurusan dengan Tingkat Kesukaran Ujian Sekolah 


 

Jurusan

 

Tkt Kesukaran Ujian Sekolah 

Total 

 

Mudah 

Sedang 

Sukar 

IPA 

Jumlah  

63 

398. 

201 

662 

 

% dari Jurusan 

9.52 

60.12 

30.36 

100 

 

% dari Tingkat Kesukaran  

46.67 

45.23 

46.74 

45.81 

 

% dari Total 

4.3.06 

27.54 

13.91 

45.81 

IPS 

Jumlah  

56 

399 

196 

651 

 

% dari Jurusan 

8.60 

61.29 

30.11 

100 

 

% dari Tingkat Kesukaran  

41.48 

45.34 

45.58 

45.05

 

% dari Total 

3.88 

27.61 

13.56 

45.05 

Bahasa 

Jumlah  

16 

83 

33 

132 

 

% dari Jurusan 

12.12 

62.88 

25 

100 

 

% dari Tingkat Kesukaran  

11.85 

9.43 

7.67 

9.138 

 

% dari Total 

1.11 

5.743 

2.28 

9.13 

Total 

Jumlah  

135 

880 

430 

1445 

 

% dari Jurusan 

9.34 

60.90 

29.76

100 

 

% dari Tingkat Kesukaran  

100 

100 

100 

100 

 

% dari Total 

9.34 

60.90 

29.76 

100 


 

3. Korelasi

Teknik korelasi digunakan untuk melihat keeratan hubungan antar vari-abel yang dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi, nilai korelasi menye-bar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati satu semakin erat hubungan dua variabel, sebaliknya semakin menjauhi satu semakin kecil keeratan hubung-annya.


 


 


 


 


 


 

Contoh:


Pengalaman guru mengajarNilai UAN SiswaPengalaman guru mengajarPearson Correlation1.000.74**Nilai UAN siswaPearson Correlation0.74**1.00N21442144**Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Pada contoh di atas terlihat adanya hubungan positif dan signifikan (ber-beda dengan nol) sebesar 0,74 antara pengalaman guru mengajar dengan pe-rolehan nilai UAS siswa. Artinya semakin lama guru mengajar semakin ting-gi nilai UAN siswa, sebaliknya semakin sedikit pengelaman guru semakin kecil nilai UAN siswa.
Teknik statistik lainnya yang banyak digunakan adalah melihat titik pusat sebaran data serta variasinya. Ukuran pusat sebaran yang paling banyak digu-nakan adalah rata-rata dan variasinya dinyatakan dengan simpangan baku atau varians (ragam).

Descriptive Statistics
NMinimumMaximumMeanStd. Deviation Jenis kelamin3261.002.001.4663.49963 Valid N326
Angka atau nilai hasil analisis berupa statitistik perlu dimaknai. Adapun cara yang ditempuh untuk memaknai statistik adalah dengan perbandingan relatif atau perbandingan kriteria. Perbandingan relatif adalah membanding-kan suatu nilai statistik dengan nilai statistik lainnya dalam kelompok norma yang diteliti. Perbandingan kriteria adalah membandingkan suatu nilai statis-tik dengan kriteria tertentu yang ditentukan.
Secara garis besar teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data adalah sebagai berikut.




Ringkasan Beberapa Teknik Statistik untuk Empat Skala Pengukuran
Skala Pengu-kuran
Bentuk HipotesisDeskriptif
(1 variabel)Komparatif (dua sampel)Komparatif (lebih dari 2 sampel)Asosiatif (hubungan)RelatedIndependenRelatedIndependenNominalBinomial
χ2 satu sampelMc NemarFisher Exact
χ 2 dua sampel

Cochran Q
χ 2 k sampel
Contingency coeficientOrdinalRun testSign test
Wilcoxon matched pairsMedian test
Man Whitney U test
Kolmogorov
Friedman Two-way Anova
Kruskal WallisSpearman rank correlation
Kendall TauInterval/Rasiot test t test of relatedt test independenOne-Way Anova
Two-way AnovaOne-way Anova
Two-way anovaKorelasi product moment
Korelasi parsial/ganda
regresi
B .     Interpretasi Data
Interpretasi artinya menjelaskan atau menaksir data, sedangkan hasil analisis adalah data yang telah diedit, diolah dan dianalisis dengan metode tertentu sehingga lebih informatif. Dengan demikian, interpretasi hasil anali-sis data merupakan usaha untuk memaknai, menaksir, menjelaskan hasil olah-an data sehingga dapat diambil suatu kesimpulan yang lebih jelas, bermakna dan sesuai dengan tujuan pengambilan data.
Dalam interpretasi data terdapat suatu proses perubahan simbol seperti dari angka ke dalam bentuk kata-kata atau kalimat, tapi tidak merubah makna yang terkandung dalam simbol tersebut. Karena itu, dalam interpretasi harus ada standarisasi simbol supaya tidak menimbulkan perbedaan penafsiran.

1. Persiapan Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan langkah yang sangat kritis dalam suatu pe-ngamatan atau penelitian. Interpretasi dapat dilakukan dengan dua cara: (1) interpretasi secara terbatas, yaitu interpretasi data yang ada saja dan analisis serta interpretasi dilakukan pada saat yang bersamaan; (2) interpretasi secara luas, yaitu dengan cara membandingkan, menghubungkan, beberapa data, sumber pengamatan/penelitian, dan teori-teori yang sudah ada.
Interpretasi data membutuhkan kemampuan yang terintegratif antara: (1) tujuan pengambilan data, (2) perumusan variabel, (3) analisis data, dan (4) wawasan/pengetahuan tentang standar pelayanan minimum lembaga pendi-dikan dari berbagai jenjang, jenis, dan jalur pendidikan.
Perbedaan standar penilaian akan menimbulkan perbedaan interpretasi. Selain itu kondisi internal interpreter sangat berpengaruh seperti: (1) pengala-man, (2) pendidikan, (3) kepentingan baik secara pribadi maupun lembaga, serta (4) pengalaman menentukan keakuratan interpretasi data.
Interpretasi yang baik akan menghasilkan informasi yang sangat bergu-na, tidak saja memberikan gambaran yang akurat tentang suatu fakta, tapi ju-ga dapat mengidentifikasi permasalahan, dan pengembangan program. Program yang dikembangkan dengan berbasis data akan lebih efektif, efisien dan pro-
duktif.
Persiapan yang harus dilakukan dalam interpretasi data sebagai berikut.
Memahami tujuan dari mengumpulkan data (lihat Tupoksi)
Menentukan kelengkapan dan konsistensi data (dalam satu seri data dan wilayah liputan data /time series dan cross section)
 

Dengan mengetahui standar pelayanan minimal maka dapat diidentifikasi kelemahan dan keunggulan suatu lembaga pendidikan.

  1. Identifikasi kebutuhan program sesuai dengan permasalahan yang ada.

Mengingat interpretasi data sangat erat kaitannya dengan variabel pene-litian dan hasil olahan data, ada baiknya sedikit mengulang tentang pengolah-

an data, yang secara otomatis akan mencerminkan variabel pengamatan.


 

2. Interpretasi Data Tabel Tunggal

Ada dua jenis tabel yaitu: (1) tabel teks, yaitu tabel hasil dari analisis dan disusun untuk menceritrakan sesuatu dalam laporan; dan (2) tabel reference, mengandung keterangan tambahan atau data dasar atau data rujukan. Jenis ini sering tidak dianalisis, hanya dilampirkan dan menambah atau memperkuat analisis data saja.

Di dalam menginterpretasi tabel harus diperhatikan hal-hal sebagai be-rikut:

a. Tujuan.

Setiap tabel mempunyai tujuan tertentu yang spesifik, tabel hanya mene-rangkan satu atau dua aspek (bila menunjukkan hubungan). Tujuan ini dapat terlihat dari judul.

Misalnya:

Tabel 1: Jumlah Guru SD di Kabupaten Bandung Tahun 2006

Tabel 2: Hubungan antara Pengalaman Guru Honda dan Pendapatan di Jawa Barat Tahun 2006.


 

b. Isi Tabel.

Isi tabel
jangan terlampau banyak kolom, lebih baik banyak baris dari pada banyak kolom. Karena itu apa yang akan ditabelkan benar-benar harus dicermati mana yang akan dijadikan kolom dan baris, dan buat kategori de-ngan baik sehingga data dapat lebih disederhanakan. Angka dalam tabel bia-sanya hanya dua desimal misalnya 10, 50 %, atau Rp 5 000,00,-.

c. Sumber dan Catatan Kaki.

Tiap tabel dilengkapi dengan sumber dan tahun pengambilan data, ditu-lis di sebelah bawah.

Perhatikan tabel di bawah ini!

Tabel 1 Jumlah Guru di Kabupaten Jawa Timur

No. 

Kabupaten 

Jumlah 

1 

KAB. GRESIK

11.233 

2 

KAB. SIDOARJO 

13.114 

3 

KAB. MOJOKERTO 

7.039 

4 

KAB. JOMBANG 

11.599 

5 

KAB. BOJONEGORO 

2.470 

Jumlah 

45.455 

Sumber: SIM Guru, Tahun 2005

Tabel di atas adalah tabel tunggal, hanya menginformasikan persebaran jumlah guru di beberapa kabupaten Jawa Timur.

kan persentase melalui hitungan sebagai berikut.


 

Pi =

Pi = persentase untuk data i

Ji = jumlah i

Jt = jumlah total


 

Tabel 2 Jumlah Guru di Kabupaten Jawa Timur

No. 

Kabupaten 

Jumlah 

Persentase

1 

KAB. GRESIK 

11.233 

24,72 

2 

KAB. SIDOARJO 

13.114 

28,85 

3 

KAB. MOJOKERTO 

7.039 

15,49 

4 

KAB. JOMBANG 

11.599 

25,52 

5 

KAB. BOJONEGORO 

2.470 

5,43

Jumlah 

45.455 

100,00 


 

Untuk membaca data persentase dapat dipergunakan acuan umum dan acuan khusus.

Pertama, acuan umum, seperti berikut ini:

No. 

Persentase

Interpretasi/Penafsiran 

1 

0 

Tidak ada sama sekali 

2 

1 – 9 

Sedikit sekali 

3 

10 – 39 

Sebagian kecil 

4 

40 – 49 

Hampir setengahnya

5 

50 

Setengahnya 

6 

51 – 59 

Lebih dari setengahnya 

7 

60 – 89 

Sebagian besar 

8 

90 – 99 

Hampir seluruhnya 

9 

100 

Seluruhnya 


 

Kedua, acuan khusus, berpedoman pada standar nasional, ketetapan yang berlaku/sudah ditentukan, atau acuan tingkat yang lebih atas misalnya untuk kabupaten acuannya propinsi, untuk propinsi acuannya nasional, dan untuk nasional acuannya internasional.

Contoh 1:

IPM standar nasional adalah 90. Bila Kabupaten Bojonegoro memiliki IPM 80 berarti masih lebih rendah dari standar nasional yang telah dite-tapkan, dan bila memiliki nilai lebih dari 90, berarti sudah tinggi.

Contoh 2:

Jawa Barat memiliki Angka Melek Huruf 90 %, sedangkan secara nasio-nal AMH adalah 75 %, berarti Jawa Barat sudah termasuk tinggi. Bila ada kabupaten yang angkanya lebih kecil dari 75 %, berarti termasuk rendah. Berarti itu yang harus ditingkatkan, dan diidenifikasi program apa yang dapat mendongkak peningkatan AMH.

Sekarang kita perhatikan kembali tabel 2.     

Jenis data nominal dan kategori dapat langsung diolah melalui tabel, ke-cuali yang kategorinya terlampau banyak harus disederhanakan terlebih dahu-lu supaya mudah dibaca. Contoh yang dapat langsung ditabelkan jenis kela-min, status marital, pendidikan, golongan, status guru, dan sebagainya.

Data yang bersifat interval dan rasio harus dikategorikan lebih dulu, su-paya lebih sederhana. Misalnya data pengalaman guru mengajar akan sangat bervariasi menyebar dari mulai angka 1 tahun sampai 40 tahun. Interval yang dapat dipergunakan misalnya:

Pengkategorian interval dapat disesuaikan dengan kebutuhan atau guna-kan rumus statistik berikut ini.

1 + 3, 3 Log n

Contoh:

Seluruh data ada 80, maka 1 + 3,3 log 80 = 7,28, dibulatkan jadi 7. Ber-

arti dari 80 data tersebut kita dapat buat kelas kartagori sebanyak 7. Rentang nilai tiap kelas diambil dari skor tertinggi dikurangi skor terendah dibagi ba-nyak kelas.

Contoh: rentang nilai terendah 35 tertinggi 99

99 – 35 = 64

P = Rentang/banyaknya kelas

P = 64 : 7 = 9,14 . Rentang nilai dalam kelas/kategori adalah 9 atau 10

31 sampai 40

41 sampai 50 dan seterusnya.

Harus pula diperhatikan dalam pengkategorian tidak boleh ada angka yang dobel atau terlewat, misalnya:

1 - 5

5 – 6

6 – 10 dst.

atau

1 – 5

7 – 10 dst.

Interval tiap kategori harus konsisten dan angkanya harus berkesinambungan.

Untuk lebih memberikan makna yang lebih luas dari suatu data atau va-riabel dapat dilakukan tabulasi silang, misalnya:


 

3. Interpretasi Data Tabel Silang

Perhatikan tabel tabulasi silang di bawah ini!

Tabel 3 Hubungan Antara Status Guru dengan Frekuensi Pelatihan

No. 

 

Status guru 

Jumlah 


 

% 

 

Keikutsertaan dalam pelatihan  

PNS

% 

NON PNS 

% 

1 

< 2 kali 

47 

28,49 

60 

36,36 

107 

64,85 

2 

2 – 4 kali 

25 

15,15 

15 

9,10 

40 

24,24 

3 

> 4 kali 

15 

9,10 

3 

1,8 

18 

10,91 

 

Jumlah 

87 

52,72 

78 

42,27 

165 

100,00 


 


 

Contoh:

Perhatikan tabel berikut ini!

Tabel 4 Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Guru SLTP di Jawa Timur Tahun 2006


 

TINGKAT PENDIDIKAN

LAKI-LAKI 

PEREMPUAN 

Total 

F 

% 

F 

% 

F 

% 

<= SLTA 

35 

1,47 

14 

0,59 

49 

2,05 

D1 

99 

4,16 

65 

2,72 

164 

6,88 

D2 

51 

2,14 

46 

1,93 

97 

4,08 

D3 

182 

7,64 

161 

6,76 

343 

14,40 

S1 

858 

36,02 

845 

35,47 

1.703 

71,49 

S2 

22 

0,92 

4 

0,17 

26 

1,10 

JUMLAH

1.247 

53,35 

1.135 

47,64 

2.382 

100,00 


 


 


 


 


 


 

Tabel 5 Kebutuhan Guru SMP di Jawa Timur Tahun 2004-2010

TAHUN 

2004 

2005 

2006 

2007 

2008 

2009 

2010 

Guru Ideal  

211.816

213.111  

214.119  

214.868  

215.390  

215.700  

215.816  

Guru yang Ada  

166.370  

165.255  

164.130  

162.616  

160.717  

158.224  

155.332  

Guru Pensiun  

893  

1.115  

1.125  

1.514  

1.899  

2.493  

2.892  

Kebutuhan Guru 

44.553  

46.741  

48.864

50.738  

52.774  

54.983  

57.592  


 

Keterangan:


 

Interpretasi dan Implikasi:

pat dilihat dari selisih angka berdasarkan tahun.


 

Tabel 6 Perolehan Nilai UN SMA di Indonesia

Nilai 

SMA Negeri 

SMA Swasta 

Bhs Ind 

Bhs Igs 

Mat 

Bhs Ind 

Bhs Igs 

Mat 

Rata-rata 

6,71 

6,16 

6,64 

6,45 

6,14 

6,37 

Terendah 

0,50 

0,60 

0,20 

1,56 

0,83 

0,70 

Tertinggi 

10 

10 

10 

10 

10 

10 


 

Interpretasi dan Implikasi

Tabulasi silang, dapat diolah lebih lanjut dengan mempergunakan kore-lasi, untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara dua variabel. Dengan syarat kaidah uji stantistiknya harus diperhatikan, misalnya sampel harus le-bih dari 30 orang, distribusi data harus normal, jenis korelasinya harus dise-suaikan dengan jenis data (data nominal dengan nominal, nominal - ordinal korelasinya kai kuadrat, keeratan korelasinya dengan koefisien kontingensi; data ratio atau interval dengan Pearson ).

Bila data diolah dengan mempergunakan statistik korelasi maka inter-pretasi umumnya mempergunakan patokan:


 

No. 

Hubungan 

Interpretasi/Penafasiran 

1 

Kurang dari 0,20 

hubungan rendah sekali 

2 

0,21 – 0,40 

hubungan rendah 

3 

0,41 – 0,70     

hubungan sedang atau cukup berarti 

4 

0,71 – 0,90 

hubungan tinggi 

5 

> 0,91     

hubungan sangat tinggi


 


 


 


 


 


 


 


 


 

4.     Interpretasi Data Grafik


Gambar 1 Grafik Jumlah Guru Pensiun di Jawa Timurdari Tahun 2004 sam-pai 2014


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

5. Interpretasi Grafik Batang


 


Gambar 2 Tingkat Pendidikan Orangtua Murid Sekolah X di Jawa Barat


 

Gambar 2 menunjukkan gambaran mengenai pendidikan orang tua mu-rid di sekolah X yang bertaraf internasional. Garis horisontal menunjukkan jumlah orang tua murid, sedangkan vertikal menunjukkan tempat asal orang tua.


 

Interpretasi dan Implikasi :

memiliki penduduk dengan pendidikan relatif tinggi.


 

6. Interpretasi Grafik Pie

Perhatikan gambar di bawah ini!


 


Gambar 3 Grafik Guru SMP Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Ja-wa Timur tahun 2005


 

nya atau jumlah dari tiap kategori.


 

7.     Interpretasi Data Peta

Peta gambaran permukaan bumi di atas bidang datar. Peta dapat mem-bantu kita untuk mengetahui distribusi data secara keruangan, menghubung-kan kategori baik secara kualitas maupun kuantitas dengan lokasi di mana fakta itu berada. Data yang dipadukan dengan peta menghasilkan peta tema-tik, misalnya peta penyebaran sekolah, peta jumlah siswa dan sebagainya.

Data yang tergambar dalam peta dalam berupa:


 


 

Rawa     Hutan    Sawah


 


 

Rendah     Sedang     Tinggi

                    


 

Data yang telah diolah dalam bentuk grafik (garis, batang atau pie) da-pat langsung ditempatkan pada peta sesuai dengan lokasinya.


 


 


 


 

8. Interpretasi Peta        

Contoh 1

Perhatikan peta di bawah ini!



 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Contoh 2 :

Peta tersebut tidak mempunyai skala, mata angin, bingkai peta, tahun pembuatan peta. Peta ini tentu saja bukan termasuk peta yang baik. Namun peta sudah dapat memberikan informasi mengenai:

Peta di atas, termasuk peta tematik, berarti sudah ada data tertentu yang ditampilkan dengan mempergunakan standar Jawa Barat. Penilaian dan peng-golongan kabupaten berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Dari tampil-an peta tersebut, dapat terlihat dengan jelas, kabupaten mana yang masih di bawah dan di atas standar, distribusi keruangannya pun dapat lebih tampak.

Peta berikut ini akan menampilkan distribusi keruangan kabupaten di Jawa Barat berdasarkan banyaknya penduduk yang masih buta aksara. Peta tersebut sudah dipadukan dengan angka, sehingga di samping kita bisa meli-hat kategori variabel, juga tampilan angka abasolutnya. Semakin banyak in-formasi yang ingin ditampilkan, semakin padat kenampakan peta. Oleh kare-na itu supaya tidak membingungkan hendaknya informasi diseleksi supaya fokus dan menarik.

Perhatikan peta di halaman berikut!


 




 


 


 


 

DAFTAR PUSTAKA


 

Depatemen Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Data dan Informasi Pendidikan. 2005. Analisis Tenaga Kependidikan persekolahan, Tahun 2003/2004.


 

Mantra, Ida Bagoes. 2000. Langkah-Langkah Penelitian Survai Usulan Pene-litian dan Laporan Penelitian. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM.


 

Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi (ed). 1986. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.


 

Nana Sudjana. 1987. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Makalah-Skripsi-Tesis-Disertasi. Jakarta: Sinar baru Algesindo.


 

Sutrisno Hadi. 1987. Statistik. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psi-kologi Universitas Gadjahmada.


 

Thomas, Murray. 2003. Qualitative and Quantitative. Research Methods in Thesis and Dissertation. California: Corwin Press, Inc.


 

Winarno Surakhmad. 1980. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, Teknik. Bandung: Transito.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar