Minggu, April 05, 2009


 


 



 


 


 


 


 


 

PENULISAN MODUL


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN

DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU

PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

2008

Kata Pengantar


 

    Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah berisi standar kualifikasi dan kompetensi pengawas sekolah. Standar kualifikasi menjelaskan persyaratan akademik dan nonakademik untuk diangkat menjadi pengawas sekolah. Standar kompetensi mememuat seperangkat kemampuan yang harus dimiliki dan dikuasai pengawas sekolah untuk dapat melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya.

Ada enam dimensi kompetensi yang harus dikuasai pengawas sekolah yakni: (a) kompetensi kepribadian, (b) kompetensi supervisi manajerial, (c) kompetensi supervisi akademik, (d) kompetensi evaluasi pendidikan, (e) kompetensi penelitian dan pengembangan, dan (f) kompetensi sosial. Dari hasil uji kompetensi di beberapa daerah menunjukkan kompetensi pengawas sekolah masih perlu ditingkatkan terutama dimensi kompetensi supervisi manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan dan kompetensi penelitian dan pengembangan. Untuk itu diperlukan adanya diklat pening- katan kompetensi pengawas sekolah baik bagi pengawas sekolah dalam jabatan terlebih lagi bagi para calon pengawas sekolah.

Materi dasar untuk semua dimensi kompetensi sengaja disiapkan agar dapat dijadikan rujukan oleh para pelatih dalam melaksanakan diklat pening- katan kompetensi pengawas sekolah di mana pun pelatihan tersebut dilaksa- nakan. Kepada tim penulis materi diklat kompetensi pengawas sekolah yang terdiri atas dosen LPTK dan widya iswara dari LPMP dan P4TK kami ucapkan terima kasih. Semoga tulisan ini ada manfaatnya.


 

Jakarta, Juni 2008

Direktur Tenaga Kependidikan

Ditjen PMPTK


 


 


 

Surya Dharma, MPA., Ph.D


 


 

DAFTAR ISI


 

KATA PENGANTAR        i

DAFTAR ISI        ii BAB I PENDAHULUAN        1

  • Latar Belakang         1
  • Dimensi Kompetensi         1
  • Kompetensi yang Hendak Dicapai         1
  • Indikator Pencapaian    .....    2
  • Alokasi Waktu        2
  • Skenario Pelatihan        2

BAB II PENGERTIAN, FUNGSI, DAN TUJUAN PENULISAN     MODUL    

A. Pengertian dan Karakteristik Modul . .... ........................         3

B. Fungsi dan Tujuan Penulisan Modul    ...... ..................................      5

C. Pembelajaran Menggunakan Modul    … ………………………..    6

BAB III PRINSIP DAN PROSEDUR PENULISAN MODUL        9

A. Prinsip Penulisan Modul .......................................        9

B. Prosedur Penulisan Modul     …………………………….    12

BAB IV TEKNIK PENULISAN MODUL         17

A. Karakteristik Pebelajar (Pengguna Modul)    ..... ..............    17

B. Maksud dan Tujuan Pembelajaran    .................. ........................    18

C. Identifikasi Isi Bahan Ajar    ............................. ..........................    19

D. Struktur Materi Pelajaran     ................................ ........................    20

E. Struktur Penulisan Modul    ............................... .....................    21

DAFTAR PUSTAKA    ..............................................................................    27


 


 


 

 

BAB I

PENDAHULUAN


 

A.     Latar Belakang.

Tugas utama pengawas satuan pendidikan adalah melakukan pembinaan kepada sekolah, terutama kepala sekolah dan guru. Banyak hal yang harus disampaikan oleh pengawas kepada mereka, misalnya : teori-teori baru tentang pengelolaan pendidikan dan pembelajaran, kebijakan-kebijakan pemerintah, serta hal-hal teknis berkaitan dengan administrasi sekolah. Materi-materi tersebut tidak selalu tersedia dalam bentuk yang ringkas dan mudah dipahami oleh para kepala sekolah dan guru. Dalam kondisi demikian, pengawas dituntut mampu menyusun buku pedoman, panduan atau modul yang dibutuhkan.

Mungkin tidak semua pengawas mampu dan terampil menulis hal tersebut. Meski pun mereka sudah menempuh jenjang Strata-2 dan menghasilkan karya ilmiah, namun menulis modul atau panduan memiliki karakteristik yang berbeda. Dengan latar belakang tersebut, maka materi ini dirancang untuk membekali pengawas dalam menulis buku panduan atau modul.


 

B. Dimensi Kompetensi

    Dimensi kompetensi yang diharapkan dibentuk pada akhir pendidikan dan pelatihan ini adalah dimensi penelitian dan pengembangan.

        

C. Kompetensi yang Hendak Dicapai

        Setelah menyelesaikan materi pelatihan ini Pengawas diharapkan mampu menyusun pedoman/panduan dan atau buku/modul yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pengawasan di sekolah.


 

D.     Indikator Pencapaian Hasil

    Setelah menyelesaikan materi pelatihan ini Pengawas diharapkan dapat:

1. Menjelaskan ketentuan-ketentuan dalam penulisan pedoman, panduan, dan modul.

2.     Menjelaskan perbedaan karakteristik antara modul dengan bentuk karya tulis lainnya.

3.     Menyusun panduan/modul untuk kepentingan tugas pengawasan.


 

E.      Alokasi Waktu

No. 

Materi Diklat 

Alokasi 

1. 

Pengertian, Fungsi dan Tujuan Penulisan Modul

1 jam

2. 

Prinsip dan Prosedur Penulisan Modul

2 jam

3. 

Teknik Penulisan Modul

4 jam


 

F. Skenario

  • Perkenalan
  • Penjelasan tentang dimensi kompetensi, indikator, alokasi waktu dan skenario pendidikan dan pelatihan buku panduan atau modul.
  • Pre-test
  • Eksplorasi pemahaman peserta berkenaan dengan kebutuhan akan adanya pedoman/panduan atau modul dalam tugas pengawasan melalui pendekatan andragogi.
  • Penyampaian Materi Diklat:

    a. Menggunakan pendekatan andragogi, yaitu lebih mengutamakan pengungkapan kembali pengalaman peserta pelatihan, menganalisis, menyimpulkan, dan mengeneralisasi dalam suasana diklat yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna. Peranan pelatih lebih sebagai fasilitator.

    b. Diskusi tentang indikator keberhasilan pelatihan penulisan buku pandu- an atau modul.

    c. Praktik penulisan kerangka buku panduan atau modul.

  • Post test.
  • Refleksi bersama antara peserta dengan pelatih mengenai jalannya pela- tihan.
  • Penutup


 


 


 

BAB II

PENGERTIAN, FUNGSI, DAN TUJUAN PENULISAN MODUL


 


 

A. Pengertian dan Karakteristik Modul

Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat dalam modul ini diatur sehingga ia seolah-olah merupakan "bahasa pengajar" atau bahasa guru yang sedang memberikan pengajaran kepada murid-muridnya. Maka dari itulah, media ini sering disebut bahan instruksional mandiri. Pengajar tidak secara langsung memberi pelajaran atau mengajarkan sesuatu kepada para murid-muridnya dengan tatap muka, tetapi cukup dengan modul-modul ini.

Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sis- tematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut.

  1. Self Instructional; yaitu melalui modul tersebut seseorang atau peserta belajar mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka dalam modul harus;
    1. berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas;
    2. berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil/ spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas;
    3. menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pema- paran materi pembelajaran;
    4. menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memung- kinkan pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasa- annya;
    5. kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya;
    6. menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif;
    7. terdapat rangkuman materi pembelajaran;
    8. terdapat instrumen penilaian/assessment, yang memungkinkan peng- gunaan diklat melakukan 'self assessment';
    9. terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi;
    10. terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya menge- tahui tingkat penguasaan materi; dan
    11. tersedia informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendu- kung materi pembelajaran dimaksud.
    1. Self Contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan pembelajar mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai.
  2. Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, pebelajar tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk mempe- lajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika masih menggunakan dan bergantung pada media lain selain modul yang digunakan, maka media tersebut tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri.
  3. Adaptive; modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan. Dengan memperhatikan percepatan perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan modul multimedia hendaknya tetap "up to date". Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.
  4. User Friendly; modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.


 

B. Fungsi dan Tujuan Penulisan Modul

Penggunaan modul sering dikaitkan dengan aktivitas pembelajaran mandiri (self-instruction). Karena fungsinya yang seperti tersebut di atas, maka konsekuensi lain yang harus dipenuhi oleh modul ini ialah adanya kelengkapan isi; artinya isi atau materi sajian dari suatu modul haruslah secara lengkap terbahas lewat sajian-sajian sehingga dengan begitu para pembaca merasa cukup memahami bidang kajian tertentu dari hasil belajar melalui modul ini. Kecuali apabila pembaca menginginkan pengembangan wawasan tentang bidang tersebut, bahkan dianjurkan untuk menelusurinya lebih lanjut melalui daftar pustaka (bibliografi) yang sering juga dilampirkan pada bagian akhir setiap modul. Isi suatu modul hendaknya lengkap, baik dilihat dari pola sajiannya, apalagi isinya.

Modul mempunyai banyak arti berkenaan dengan kegiatan belajar mandiri. Orang bisa belajar kapan saja dan di mana saja secara mandiri. Karena konsep belajarnya berciri demikian, maka kegiatan belajar itu sendiri juga tidak terbatas pada masalah tempat, dan bahkan orang yang berdiam di tempat yang jauh dari pusat penyelenggara pun bisa mengikuti pola belejar seperti ini. Terkait dengan hal tersebut, penulisan modul memiliki tujuan sebagai berikut.

  1. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.
  2. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta belajar maupun guru/ instruktur.
  3. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar; mengembangkan kemampuan dalam berin- teraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa atau pebelajar belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya.
  4. Memungkinkan siswa atau pebelajar dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.

Dengan memerhatikan tujuan-tujuan di atas, modul sebagai bahan ajar akan sama efektifnya dengan pembelajaran tatap muka. Hal ini tergantung pada proses penulisan modul. Penulis modul yang baik menulis seolah-olah sedang mengajarkan kepada seorang peserta mengenai suatu topik melalui tulisan. Segala sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis saat pembelajaran, dikemukakan dalam modul yang ditulisnya. Penggunaan modul dapat dikatakan sebagai kegiatan tutorial secara tertulis.


 

C. Pembelajaran Menggunakan Modul

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses komunikasi yang diwujudkan melalui kegiatan penyampaian informasi kepada peserta didik. Informasi yang disampikan dapat berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman, dan sebagainya. Informasi tersebut biasanya dikemas sebagai satu kesatuan yaitu bahan ajar (teaching material). Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya bahan ajar memungkinkan peserta didik mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Bahan ajar disusun dengan tujuan; (1) membantu peserta didik dalam mempelajari sesuatu; (2) menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar; (3) memudahkan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran; serta (4) agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.

Pembelajaran dengan modul adalah pendekatan pembelajaran mandiri yang berfokuskan penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang dipelajari peserta didik dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya. Sistem belajar mandiri adalah cara belajar yang lebih menitikberatkan pada peran otonomi belajar peserta didik. Belajar mandiri adalah suatu proses di mana individu mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk mendiagnosa kebutuhan belajarnya sendiri; merumuskan/menentukan tujuan belajarnya sendiri; mengidentifikasi sumber-sumber belajar; memilih dan melaksanakan strategi belajarnya; dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.

Belajar mandiri adalah cara belajar yang memberikan derajat kebe- basan, tanggung jawab dan kewenangan lebih besar kepada peserta didik. Peserta didik mendapatkan bantuan bimbingan dari guru/tutor atau orang lain, tapi bukan berarti harus bergantung kepada mereka. Belajar mandiri dapat dipandang sebagai proses atau produk. Sebagai proses, belajar mandiri mengandung makna sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan di mana peserta didik diberikan kemandirian yang relatif lebih besar dalam kegiatan pembelajaran. Belajar mandiri sebagai produk mengandung makna bahwa setelah mengikuti pembelajaran tertentu peserta didik menjadi seorang pebelajar mandiri.

Implikasi utama kegiatan belajar mandiri adalah perlunya mengopti- malkan sumber belajar dengan tetap memberikan peluang otonomi yang lebih besar kepada peserta didik dalam mengendalikan kegiatan belajarnya. Peran guru/tutor bergeser dari pemberi informasi menjadi fasilitator belajar dengan menyediakan berbagai sumber belajar yang dibutuhkan, merangsang sema- ngat belajar, memberi peluang untuk menguji/mempraktikkan hasil belajar- nya, memberikan umpan balik tentang perkembangan belajar, dan membantu bahwa apa yang telah dipelajari akan berguna dalam kehidupannya. Untuk itulah diperlukan modul sebagai sumber belajar utama dalam kegiatan belajar mandiri.

Pembelajaran menggunakan modul bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut: (1) meningkatkan efektivitas pembelajaran tanpa harus melalui tatap muka secara teratur karena kondisi geografis, sosial ekonomi, dan situasi masyarakat; (2) menentukan dan menetapkan waktu belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan belajar peserta didik; (3) secara tegas mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik secara bertahap melalui kriteria yang telah ditetapkan dalam modul; (4) mengetahui kelemahan atau kompetensi yang belum dicapai peserta didik berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam modul sehingga tutor dapat memutuskan dan membantu peserta didik untuk memperbaiki belajarnya serta melakukan remediasi.

Tujuan pembelajaran menggunakan modul untuk mengurangi keragaman kecepatan belajar peserta didik melalui kegiatan belajar mandiri. Pelaksanaan pembelajaran modul lebih banyak melibatkan peran peserta didik secara individual dibandingkan dengan tutor. Tutor sebagai fasilitator kegiatan belajar, hanya membantu peserta didik memahami tujuan pembelajaran, pengorganisasian materi pelajaran, melakukan evaluasi, serta menyiapkan dokumen.

Penggunaan modul didasarkan pada fakta bahwa jika peserta didik diberikan waktu dan kondisi belajar memadai maka akan menguasai suatu kompetensi secara tuntas. Bila peserta didik tidak memperoleh cukup waktu dan kondisi memadai, maka ketuntasan pelajaran akan dipengaruhi oleh derajat pembelajaran. Kesuksesan belajar menggunakan modul tergantung pada kriteria peserta didik didukung oleh pembelajaran tutorial. Kriteria tersebut meliputi ketekunan, waktu untuk belajar, kadar pembelajaran, mutu kegiatan pembelajaran, dan kemampuan memahami petunjuk dalam modul.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB III

Prinsip DAN PROSEDUR Penulisan Modul


 


 

A. Prinsip Penulisan Modul

Modul merupakan media pembelajaran yang dapat berfungsi sama dengan pengajar/pelatih pada pembelajaran tatap muka. Oleh karena itu, penulisan modul perlu didasarkan pada prinsip-prinsip belajar dan bagaimana pengajar/pelatih mengajar dan peserta didik menerima pelajaran. Berikut ini dijelaskan prinsip-prinsip penulisan modul atas dasar prinsip belajar.

Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang disebabkan oleh adanya rangsangan/stimulus dari lingkungan. Terkait hal tersebut, penulisan modul dilakukan menggunakan prinsip-prinsip antara lain sebagai berikut.

  1. Peserta belajar perlu diberikan secara jelas hasil belajar yang menjadi tujuan pembelajaran sehingga mereka dapat menyiapkan harapan dan dapat menimbang untuk diri sendiri apakah mereka telah mencapai tujuan tersebut atau belum mencapainya pada saat melakukan pembelajaran menggunakan modul.
  2. Peserta belajar perlu diuji untuk dapat menentukan apakah mereka telah mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu, pada penulisan modul, tes perlu dipadukan ke dalam pembelajaran supaya dapat memeriksa ketercapaian tujuan pembelajaran dan memberikan umpan balik yang sesuai.
  3. Bahan ajar perlu diurutkan sedemikian rupa sehingga memudahkan peserta didik untuk mempelajarinya. Urutan bahan ajar tersebut adalah dari mudah ke sulit, dari yang diketahui ke yang tidak diketahui, dari pengetahuan ke penerapan.
  4. Peserta didik perlu disediakan umpan balik sehingga mereka dapat memantau proses belajar dan mendapatkan perbaikan bilamana diperlukan. Misalnya dengan memberikan kriteria atas hasil tes yang dilakukan secara mandiri.

Belajar adalah proses yang melibatkan penggunaan memori, motivasi, dan berfikir. Banyaknya hal yang dapat dipelajari sesuai dengan kapasitas pemrosesan, kedalaman pemrosesan, banyaknya upaya yang dilakukan oleh peserta didik dalam menerima dan mengolah informasi. Terkait dengan hal tersebut, implikasi penting prinsip belajar terhadap penulisan modul antara lain sebagai berikut:

  1. Rancang strategi untuk menarik perhatian sehingga peserta didik dapat memahami informasi yang disajikan. Misalnya, dalam modul, informasi penting diberi ilustrasi yang menarik perhatian dengan memberikan warna, ukuran teks, atau jenis teks yang menarik.
  2. Supaya peserta didik memfokuskan perhatian pada hal-hal yang menjadi tujuan pembelajaran pada modul, tujuan tersebut perlu diinformasikan secara jelas dan tegas pada peserta didik. Informasikan pula pentingnya tujuan tersebut untuk memotivasi.
  3. Hubungkan bahan ajar yang merupakan informasi baru bagi peserta didik dengan pengetahuan yang telah dikuasai sebelumnya oleh peserta didik. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan advance organizer untuk mengaktifkan struktur kognitif. Gunakan juga pertanyaan-pertanyaan untuk mengaktifkan struktur koginitif yang relevan.
  4. Informasi perlu dipenggal-penggal untuk memudahkan pemrosesan dalam ingatan pengguna modul. Sajikan 5 sampai 9 butir informasi dalam satu kegiatan belajar. Jika terdapat banyak sekali butir informasi, sajikan informasi tersebut dalam bentuk peta informasi.
  5. Untuk memfasilitasi peserta didik memproses informasi secara mendalam, peserta didik perlu didorong supaya mengembangkan peta informasi pada saat pembelajaran atau sebagai kegiatan merangkum setelah pembela- jaran.
  6. Supaya peserta didik memproses informasi secara mendalam, peserta didik perlu disiapkan latihan yang memerlukan penerapan, analisis, sinte- sis, dan evaluasi. Kegiatan tersebut akan mentransfer secara efektif informasi kedalam memori jangka panjang.
  7. Penyajian modul harus dapat memberikan motivasi untuk belajar. Modul dikembangkan agar menarik perhatian penggunanya selama mempelajari-nya. Dalam modul harus tersedia informasi mengenai mafaat pelajaran bagi yang mempelajarinya. Hal ini dapat dilakukan dengan menjelaskan bagaimana materi pelajaran tersebut dapat digunakan dalam situasi nyata. Urutan materi diupayakan menjamin keberhasilan, misalnya dengan mengurutkan pelajaran dari mudah ke sulit, dari yang tidak diketahui ke yang diketahui, dan dari konkrit ke abstrak. Di samping itu, modul perlu menyediakan umpan balik terhadap hasil belajar. Peserta belajar ingin tahu bagaimana kinerja belajar mereka. Peserta didik juga didorong untuk menerapkan yang dipelajari kedalam situasi kehidupan nyata. Peserta didik menyukai keterkaitan antara yang dipelajari dengan menerapkan informasi kedalam masalah nyata yang dihadapi.

Prinsip lain yang perlu diperhatikan dalam penulisan modul adalah bahwa proses belajar berlangsung secara aktif dengan menafsirkan informasi atau bahan ajar dalam konteks penerapan langsung. Terkait dengan hal tersebut, penulisan modul dilakukan dengan prinsip berikut:

  1. Meminta peserta didik menerapkan yang dipelajari ke dalam situasi praktis merupakan proses aktif. Hal seperti ini akan memfasilitasi penafsiran peserta didik dan keterkaitan antara yang dipelajari dengan situasi nyata. Dalam modul, hal ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas berupa menerapkan yang dipelajari ke dalam pekerjaan atau situasi sehari-hari.
  2. Peserta didik difasilitasi untuk mengembangkan pengetahuan mereka sendiri bukan menerima pengetahuan saja. Hal ini difasilitasi oleh pembelajaran yang interaktif. Interaksi pembelajar dengan pembelajar lain serta interkasi dengan pengajar dapat dilakukan melalui startegi dan media lain, misalnya melalui jaringan internet, korespondensi, buletin cetak, atau pertemuan tatap muka sebagai pendukung belajar menggunakan modul.
  3. Peserta didik perlu didorong bekerja sama dalam mempelajari modul. Bekerja dengan peserta lain dalam suatu kelompok akan memberikan pengalaman nyata akan yang bermanfaat. Hal ini dapat dilaksanakan pada saat tutorial tatap muka yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Meskipun demikian, topik dan prosedur pelaksanaan kegiatan dapat saja dituliskan dalam modul.
  4. Peserta didik dibolehkan untuk memilih tujuan pembelajaran. Dalam penulisan modul, hal ini dapat diterapkan bilamana urutan tujuan pembelajaran seiring dengan urutan materi pembelajaran, sehingga penggunanya dapat memilah dan memilih materi pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
  5. Peserta didik perlu diberi kesempatan menuangkan pengalaman belajar- nya. Peserta didik dapat diminta untuk membuat semacam jurnal belajar. Pada modul perlu dicantumkan penugasan penulisan jurnal belajar, termasuk format dan tata cara penulisannya.
  6. Belajar perlu dibuat bermakna bagi peserta didik. Bahan ajar perlu mencakup contoh-contoh yang terkait dengan peserta didik sehingga mereka dapat memaknai informasi yang disajikan. Tugas-tugas perlu memungkinkan peserta didik memilih kegiatan yang bermakna bagi mereka.


 

B. Prosedur Penulisan Modul

Penulisan modul merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang dikemas secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh pebelajar untuk mencapai kompetensi atau sub kompetensi. Penyusunan modul belajar mengacu pada kompetensi yang terdapat di dalam tujuan yang ditetapkan. Terkait dengan hal tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Analisis Kebutuhan Modul

Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis kompetensi/ tujuan untuk menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan untuk mencapai suatu kompetensi tersebut. Penetapan judul modul didasarkan pada kompetensi yang terdapat pada garis-garis besar program yang ditetapkan. Analisis kebutuhan modul bertujuan untuk mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan judul modul yang harus dikembangkan. Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

  1. Tetapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar program pembelajaran yang akan disusun modulnya;
  2. Identifikasi dan tentukan ruang lingkup unit kompetensi tersebut;
  3. Identifikasi dan tentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan;
  4. Tentukan judul modul yang akan ditulis
  5. Kegiatan analisis kebutuhan modul dilaksanakan pada periode awal pengembangan modul


 

2. Penyusunan Draft

Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan pengor-ganisasian materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau sub kompetensi menjadi satu kesatuan yang sistematis. Penyusunan draft modul bertujuan menyediakan draft suatu modul sesuai dengan kompetensi atau sub kompe- tensi yang telah ditetapkan. Penulisan draft modul dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Tetapkan judul modul
  2. Tetapkan tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik setelah selesai mempelajari satu modul
  3. Tetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang menunjang tujuan akhir
  4. Tetapkan garis-garis besar atau outline modul
  5. Kembangkan materi pada garis-garis besar
  6. Periksa ulang draft yang telah dihasilkan

Kegiatan penyusunan draft modul hendaknya menghasilkan draft modul yang sekurang-kurangnya mencakup:

  1. Judul modul; menggambarkan materi yang akan dituangkan di dalam modul;
  2. Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah menyelesai- kan mempelajari modul;
  3. Tujuan terdiri atas tujuan akhir dan tujuan antara yang akan dicapai peser- ta didik setelah mempelajari modul;
  4. Materi pelatihan yang berisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik;
  5. Prosedur atau kegiatan pelatihan yang harus diikuti oleh peserta didik untuk mempelajari modul;
  6. Soal-soal, latihan, dan atau tugas yang harus dikerjakan atau diselesaikan oleh peserta didik;
  7. Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan peserta didik dalam menguasai modul;
  8. Kunci jawaban dari soal, latihan dan atau pengujian


 


 

3. Uji Coba

Uji coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul pada peserta terbatas, untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam pembelajaran sebelum modul tersebut digunakan secara umum. Uji coba draft modul bertujuan untuk;

  1. mengetahui kemampuan dan kemudahan peserta dalam memahami dan menggunakan modul;
  2. mengetahui efisiensi waktu belajar dengan menggunakan modul; dan
  3. mengetahui efektifitas modul dalam membantu peserta mempelajari dan menguasai materi pembelajaran.

Untuk melakukan uji coba draft modul dapat diikuti langkah-langkah sebagai berikut.

  1. Siapkan dan gandakan draft modul yang akan diuji cobakan sebanyak peserta yang akan diikutkan dalam uji coba.
  2. Susun instrumen pendukung uji coba.
  3. Distribusikan draft modul dan instrumen pendukung uji coba kepada peserta uji coba.
  4. Informasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba dan kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta uji coba.
  5. Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen uji coba.
  6. Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukan yang dijaring melalui instrumen uji coba.

Dari hasil uji coba diharapkan diperoleh masukan sebagai bahan penyempurnaan draft modul yang diuji cobakan. Terdapat dua macam uji coba yaitu uji coba dalam kelompok kecil dan uji coba lapangan. Uji coba kelompok kecil adalah uji coba yang dilakukan hanya kepada 2 - 4 peserta didik, sedangkan uji coba lapangan adalah uji coba yang dilakukan kepada peserta dengan jumlah 20 – 30 peserta didik.


 

4. Validasi

Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan penga- kuan kesesuaian tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan melibatkan pihak praktisi yang ahli sesuai dengan bidang-bidang terkait dalam modul. Validasi modul bertujuan untuk memperoleh pengakuan atau pengesahan kesesuaian modul dengan kebutuhan sehingga modul tersebut layak dan cocok digunakan dalam pembelajaran. Validasi modul meliputi: isi materi atau substansi modul; penggunaan bahasa; serta penggunaan metode instruksional.

Validasi dapat dimintakan dari beberapa pihak sesuai dengan keahliannya masing-masing antara lain;

  1. ahli substansi dari industri untuk isi atau materi modul;
  2. ahli bahasa untuk penggunaan bahasa; atau
  3. ahli metode instruksional untuk penggunaan instruksional guna mendapat- kan masukan yang komprehensif dan obyektif.

Untuk melakukan validasi draft modul dapat diikuti langkah-langkah

sebagai berikut.

  1. Siapkan dan gandakan draft modul yang akan divalidasi sesuai dengan banyaknya validator yang terlibat.
  2. Susun instrumen pendukung validasi.
  3. Distribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada peserta validator.
  4. Informasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan kegiatan yang harus dilakukan oleh validator.
  5. Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen validasi.
  6. Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukkan yang dijaring melalui instrumen validasi.

Dari kegiatan validasi draft modul akan dihasilkan draft modul yang mendapat masukkan dan persetujuan dari para validator, sesuai dengan bidangnya. Masukkan tersebut digunakan sebagai bahan penyempurnaan modul.


 

5. Revisi

Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul setelah memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan validasi. Kegiatan revisi draft modul bertujuan untuk melakukan finalisasi atau penyempurnaan akhir yang komprehensif terhadap modul, sehingga modul siap diproduksi sesuai dengan masukkan yang diperoleh dari kegiatan sebelumnya, maka perbaikan modul harus mencakup aspek-aspek penting penyusunan modul di antaranya yaitu;

  1. pengorganisasian materi pembelajaran;
  2. penggunaan metode instruksional;
  3. penggunaan bahasa; dan
  4. pengorganisasian tata tulis dan perwajahan.

Mengacu pada prinsip peningkatan mutu berkesinambungan, secara terus menerus modul dapat ditinjau ulang dan diperbaiki


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB IV

TEKNIK PENULISAN MODUL


 

Terdapat empat pertanyaan yang dapat mengarahkan penulisan modul, yaitu sebagai berikut.

  1. Apakah yang akan dicapai dengan pembelajaran melalui modul?
  2. Kegiatan apa yang akan dilakukan oleh pebelajar untuk mencapainya?
  3. Bagaimana hasil dan efektivitas pembelajaran melalui modul tersebut dievaluasi?
  4. Berdasarkan evaluasi tersebut, bagaimana pembelajaran melalui modul tersebut akan diperbaiki?

Keempat pertanyaan tersebut menjiwai langkah-langkah pengembangan modul. Dalam penulisan modul dijabarkan dalam tujuh pertanyaan penting sebagai berikut.

  1. Siapa pebelajar modul ini?
  2. Apa maksud dan tujuan modul?
  3. Apa materi pelajaran dalam modul?
  4. Bagaimana struktur materi pelajaran akan diurutkan dalam modul?
  5. Metoda dan media pengajaran apa yang akan digunakan?
  6. Bagaimana pembelajaran akan dinilai?
  7. Bagaimana pembelajaran akan dievaluasi dan diperbaiki?


 

A. Karakteristik Pebelajar (Pengguna Modul)

Karakteristik pebelajar yang akan mempelajari modul dapat dilihat berdasarkan empat karakteristik berikut.

  • Demografik. Karakteristik demografik meliputi banyaknya peserta yang akan mempelajari modul yang akan kita kembangkan. Rentang usia, status perkawinan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, dan tempat tinggal peserta merupakan karakteristik yang perlu diketahui untuk pengembangan modul.
  • Motivasi. Untuk mempelajari motivasi pembelajar perlu diketahui alasan mereka mengikuti pembelajaran, kaitan materi isi pelajaran dengan pekerjaan mereka, alasan memilih pembelajaran swaajar, harapan mereka setelah mengikuti pembelajaran, dan keinginan serta ketakutan mereka dalam pembelajaran.
  • Faktor yang terkait dengan kegiatan belajar. Adapun yang termasuk faktor ini ialah kecerdasan dan kemampuan belajar peserta pembelajaran. Selain itu, termasuk kedalam faktor ini ialah pengalaman belajar mandiri, tingkat pendidikan sebelumnya, dan ketersediaan waktu serta fasilitas untuk belajar.
  • Latar Belakang terkait isi pelajaran. Termasuk kedalam faktor ini ialah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah dikuasai yang terkait dengan isi pelajaran yang akan diikuti.


 

B. Maksud dan Tujuan Pembelajaran

Maksud merupakan pernyataan mengenai pembelajaran yang diha- rapkan meliputi apa yang akan dicapai, bagaimana mencapainya, dan bagaimana menilai ketercapaiannya. Tujuan pembelajaran ialah pernyataan mengenai kemampuan peserta belajar yang dapat dicapai setelah pembela- jaran. Tujuan pembelajaran berguna untuk (1) mengkomunikasikan yang akan dituju dari proses pembelajaran, terutama kepada peserta belajar, (2) membantu mengidentifikasi isi pelajaran dan bagaimana isi pelajaran tersebut diurutkan, (3) membantu memutuskan media apa yang cocok untuk menyampaikan isi pelajaran, (4) membantu merumuskan cara menilai keter-capaian tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran dapat dikategorikan dalam tiga ranah sebagai berikut:

  1. Pengetahuan. Tujuan pembelajaran jenis ini terkait dengan rumusan untuk memperlihatkan pengetahuan yang diperoleh peserta belajar dari pembelajaran yang diikuti. Misalnya: "Setelah mengikuti pelatihan ini kepala sekolah dapat menjelaskan langkah-langkah persiapan rapat".
  2. Keterampilan. Keterampilan dapat berupa intelektual, fisikal, atau sosial. Tujuan pembelajaran pada jenis ini merupakan rumusan untuk memperlihatkan bagaimana peserta belajar melaksanakan sesuatu yang menjadi tujuan pembelajaran. Misalnya: "Setelah mengikuti pelatihan ini kepala sekolah dapat menyelenggarakan rapat yang bertujuan untuk mensosialisasikan kebijakan Pemkab/ Kota mengenai sarana parasana sekolah kepada para guru".
  3. Sikap. Sikap terkait dengan perasaan dan kecenderungan perilaku. Tujuan pembelajaran pada jenis ini merupakan rumusan untuk memperlihatkan pembentukan sikap pada peserta belajar yang menjadi tujuan pembelajaran.


 

C. Identifikasi Isi Bahan Ajar

Isi bahan ajar meliputi uraian mengenai topik-topik utama, konsep, dan prinsip. Isi bahan ajar dapat diidentifikasi baik berdasarkan pendekatan yang berorientasi pada subyek pengajaran maupun pendekatan yang berorientasi pada peserta belajar. Berdasarkan pendekatan yang beorientasi pada subyek pengajaran, isi bahan ajar dapat diidentifikasi melalui cara-cara berikut.

  1. Mempelajari silabus yang relevan dengan pembelajaran yang akan dikembangkan.
  2. Me-review pengetahuan yang dikuasai mengenai topik yang akan ditulis- kan ke dalam modul.
  3. Mendiskusikan dengan pakar yang menguasai subyek materi yang akan dikembangkan ke dalam bentuk modul.
  4. Menganalisis topik yang serupa yang sudah ditawarkan pihak lain.
  5. Mempelajari buku teks yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan dituangkan dalam bentuk modul.
  6. Mengidentifikasi dan menganalisis konsep kunci pada subyek yang akan diajarkan melalui modul.

Berdasarkan pendekatan yang berorientasi kepada peserta belajar, isi bahan ajar dapat diidentifikasi melalui cara-cara berikut.

  1. Memantapkan dan menganalisis maksud dan tujuan pembelajaran.
  2. Menanyakan kepada calon peserta pembelajaran mengenai topik atau kompetensi yang mereka ingin pelajari.
  3. Mendiskusikan dengan calon peserta pembelajaran mengenai pengetahuan dan pengalaman dalam materi subyek yang akan dipelajari melalui modul.
  4. Memikirkan kegiatan belajar yang secara logis harus dilakukan oleh pebelajar untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dalam subyek yang akan diajarkan melalui modul.
  5. Menganalisis pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditunjukkan oleh seorang yang terkenal ahli dalam bidang yang terkait dengan materi subyek yang akan diajarkan melalui modul.
  6. Mendaftarkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi orang dalam mempera- gakan kompetensi yang terkait dengan tujuan kompetensi yang akan dicapai melalui modul.
  7. Mempelajari laporan kinerja peserta belajar yang terkait dengan kompe- tensi yang akan dicapai melalui pembelajaran mandiri dengan menggunakan modul.


 

D. Struktur Materi Pelajaran

Materi palajaran yang telah diidentifikasi baik melalui pendekatan yang berorientasi pada subyek pelajaran maupun pendekatan yang berorien- tasi pada peserta belajar, akan membantu bila disajikan dalam struktur dan urutan yang sistematis. Beberapa model pengurutan isi bahan yang dapat diterapkan untuk kepentingan penulisan modul adalah sebagai berikut:

  1. Urutan Berdasarkan Topik. Pengurutan isi bahan ajar berdasarkan urutan logis topik ke topik merupakan pilihan urutan isi bahan ajar yang paling biasa dilakukan oleh penulis modul.
  2. Urutan Kronologis. Mengurutkan bahan ajar berdasarkan kronologis waktu cocok untuk isi bahan ajar mengenai perkembangan dari waktu ke waktu.
  3. Urutan Tempat. Hampir sama dengan urutan kronologis, pada urutan tempat isi bahan ajar diurutkan berdasarkan tempat. Misalnya, untuk menyajikan isi bahan ajar yang membahas tubuh manusia, isi bahan ajar dapat diurutkan mulai dari kepala sampai ujung kaki.
  4. Lingkaran Sepusat. Pengurutan isi bahan ajar sedemikian sehingga isi bahan ajar yang pertama dibahas merupakan bagian dari isi bahan ajar yang dibahas berikutnya. Misalnya, isi bahan ajar mengenai peranan pengawas sekolah dimulai dari peranan pengawas di tingkat sekolah, kemudian dilanjutkan dengan peranan pengawas sekolah pada tingkat kecamatan, kemudian kabupaten/ kota, provinsi, dan seterusnya.
  5. Urutan Sebab-Akibat. Isi bahan ajar disajikan berdasarkan rantai sebab akibat sehingga bila peserta belajar sampai pada akhir isi bahan ajar, peserta belajar tersebut akan menguasai akibat akhir dari sebab-sebab yang mengakibatkannya.
  6. Struktur Logis. Isi bahan ajar disajikan berdasarkan struktur logis dari subyek keilmuan yang terkait dengan isi bahan ajar tersebut. Misalnya, dalam aritmetika, topik mengenai perkalian tidak akan disajikan bilamana belum dibahas mengenai topik penambahan.
  7. Urutan Berpusat Pada Masalah. Jika isi bahan ajar didasarkan pada penyelesaian terhadap suatu masalah maka urutan penyajian isi bahan ajar tersebut akan mengikuti kesesuaian dengan urutan langkah penyelesaian masalah tersebut.
  8. Urutan Spiral. Pada urutan ini peserta belajar akan mengulang dan mengulang sebuah topik meskipun makin lama makin rumit. Urutan seprti ini biasanya digunakan untuk mengajarkan suatu topik yang memerlukan pemahaman yang berjenjang dalam tingkat kesulitan.

Model urutan pembelajaran yang dipilih perlu mempertimbangkan karakteristik peserta belajar dan karakteristik subyek keilmuan dari isi bahan ajar tersebut.


 

E. Struktur Penulisan Modul

    Penstrukturan modul bertujuan untuk memudahkan peserta belajar mempelajari materi. Satu modul dibuat untuk mengajarkan suatu materi yang spesifik supaya peserta belajar mencapai kompetetensi tertentu. Struktur penulisan suatu modul sering dibagi menjadi tiga bagian, seperti terlihat pada bagan berikut.


 

BAGIAN PEMBUKA

  • Judul

    Judul modul perlu menarik dan memberi gambaran tentang materi yang dibahas. Misalnya, modul tentang "Rapat" dapat dibuat menarik dan mencerminkan isi materi dengan judul modul "Merencanakan dan Melaksanakan Rapat yang Efektif".


     

  • Daftar isi

    Daftar isi menyajikan topik-topik yang dibahas. Topik-topik tersebut diurutkan berdasarkan urutan kemunculan dalam modul. Pembelajar dapat melihat secara keseluruhan, topik-topik apa saja yang tersedia dalam modul. Daftar isi juga mencantumkan nomor halaman untuk memudahkan pembelajar menemukan topik.


     

  • Peta Informasi

    Modul perlu menyertakan peta Informasi. Pada daftar isi akan terlihat topik apa saja yang dipelajari, tetapi tidak terlihat kaitan antar topik tersebut. Pada peta informasi akan diperlihatkan kaitan antar topik-topik dalam modul. Peta informasi yang disajikan dalam modul dapat saja menggunakan diagram isi bahan ajar yang telah dipelajari sebelumnya. Misalkan modul mengenai penyelenggaraan rapat yang diperuntukkan bagi para kepala sekolah. Peta informasi yang muncul pada modul ialah sebagaimana gambar berikut.


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Gambar 4.1. Contoh Peta Informasi Penyelenggaraan Rapat


 

Penulis modul perlu memutuskan bentuk peta informasi seperti apa yang cocok menjelaskan keterkaitan materi topik dalam modul. Misalnya; linear, hierarkis, atau bentuk laba-laba.


 

  • Daftar Tujuan Kompetensi

Penulisan tujuan kompetensi membantu pembelajar untuk mengetahui pengetahuan, sikap, atau keterampilan apa yang dapat dikuasai setelah menyelesaikan pelajaran. Misalnya salah satu tujuan yang terdapat dalam modul "Merencanakan dan Melaksanakan Rapat yang Efektif" adalah agar: "Peserta belajar dapat menguasai pelaksanaan rapat untuk menghimpun pendapat dari peserta rapat".


 

  • Tes Awal

Pembelajar perlu diberi tahu keterampilan atau pengetahuan awal apa saja yang diperlukan untuk dapat menguasai materi dalam modul. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pre-tes. Pre-tes bertujuan untuk memeriksa apakah pembelajar telah menguasai materi prasyarat untuk mempelajari materi modul.

    

BAGIAN INTI

  • Pendahuluan/Tinjauan Umum Materi

    Pendahuluan pada suatu modul berfungsi untuk; (1) memberikan gambaran umum mengenai isi materi modul; (2) meyakinkan pembelajar bahwa materi yang akan dipelajari dapat bermanfaat bagi mereka; (3) meluruskan harapan pembelajar mengenai materi yang akan dipelajari; (4) mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari; (5) memberikan petunjuk bagaimana memelajari materi yang akan disajikan. Dalam pendahuluan dapat saja disajikan peta informasi mengenai materi yang akan dibahas dan daftar tujuan kompetensi yang akan dicapai setelah mempelajari modul.

  • Hubungan dengan materi atau pelajaran yang lain

    Materi pada modul sebaiknya lengkap, dalam arti semua materi yang perlu dipelajari tersedia dalam modul. Namun demikian, bila tujuan kompetensi menghendaki pebelajar mempelajari materi untuk memperluas wawasan berdasarkan materi di luar modul maka pembelajar perlu diberi arahan materi apa, dari mana, dan bagaimana mengkasesnya. Bila materi tersebut tersedia pada buku teks maka arahan tersebut dapat diberikan dengan menuliskan judul dan pengarang buku teks tersebut.

  • Uraian Materi

    Uraian materi merupakan penjelasan secara terperinci tentang materi pembelajaran yang disampaikan dalam modul. Organisasikan isi materi pembelajaran dengan urutan dan susunan yang sistematis, sehingga memudahkan pembelajar memahami materi pembelajaran. Apabila materi yang akan dituangkan cukup luas, maka dapat dikembangkan ke dalam beberapa Kegiatan Belajar (KB). Setiap KB memuat uraian materi, penugasan, dan rangkuman. Adapun sistematikanya misalnya sebagai berikut.


 

Kegiatan Belajar 1

Pengertian, Tujuan, dan Jenis-jenis Rapat


 

  1. Tujuan Kompetensi
  2. Uraian Materi
  3. Tes Formatif
  4. Tugas
  5. Rangkuman


 

Kegiatan Belajar 2

Perencanaan Rapat yang Efektif


 

  1. Tujuan Kompetensi
  2. Uraian Materi
  3. Tes Formatif
  4. Tugas
  5. Rangkuman

    dst.

    Di dalam uraian materi setian Kegiatan Belajar, baik susunan dan penempatan naskah, gambar, mapun ilustrasi diatur sedemikian rupa sehingga informasi mudah mengerti. Organisasikan antarbab, antarunit dan antarparagraf dengan susunan dan alur yang memudahkan pembelajar memahaminya. Organisasi antara judul, sub judul dan uraian yang mudah diikuti oleh pembelajar.


 

    Pemberian judul atau penjudulan merupakan alat bantu bagi pembaca modul untuk mempelajari materi yang disajikan dalam bentuk teks tertulis. Penjudulan membantu pembelajar untuk menemukan bagian dari teks yang ingin dipelajari, memberi tanda awal dan akhir suatu topik, memberi kesan bahwa topik-topik terkelompok dalam topik yang lebih besar, memberi ciri topik yang penting yang memerlukan pembahasan panjang dengan melihat banyak halaman untuk membahas topik tersebut.

    Struktur penjudulan mencerminkan struktur materi yang dikembangkan oleh penulis modul. Penjenjangan atau hierarki sebaiknya tidak lebih dari tiga jenjang. Lebih dari tiga jenjang akan menyulitkan pembaca untuk memahami penjenjangan tersebut. Penjudulan untuk setiap jenjang sebaiknya dituliskan dalam bentuk huruf berbeda. Misalnya:


 

A. JUDUL

  1. Sub Judul
  • Anak Judul (Sub dari sub judul)


 

  • Penugasan

        Penugasan dalam modul perlu untuk menegaskan kompetensi apa yang diharapkan setelah mempelajari modul. Jika pembelajar diharapkan untuk dapat menghafal sesuatu, dalam penugasan hal ini perlu dinyatakan secara tegas. Jika pembelajar diharapkan menghubungkan materi yang dipelajari pada modul dengan pekerjaan sehari-harinya maka hal ini perlu ditugaskan kepada pembelajar secara eksplisit. Penugasan juga menunjuk- kan kepada pebelajar bagian mana dalam modul yang merupakan bagian penting.


     

  • Rangkuman

        Rangkuman merupakan bagian dalam modul yang menelaah hal-hal pokok dalam modul yang telah dibahas. Rangkuman diletakkan pada bagan akhir modul.


 

    

BAGIAN PENUTUP:

  1. Glossary atau daftar isitilah

    Glossary berisikan definisi-definisi konsep yang dibahas dalam modul. Definisi tersebut dibuat ringkas dengan tujuan untuk mengingat kembali konsep yang telah dipelajari.

  2. Tes Akhir

    Tes-akhir merupakan latihan yang dapat pembelajar kerjakan setelah mempelajari suatu bagian dalam modul. Aturan umum untuk tes-akhir ialah bahwa tes tersebut dapat dikerjakan oleh pembelajar dalam waktu sekitar 20% dari waktu mempelajari modul. Jadi, jika suatu modul dapat diselesaikan dalam tiga jam maka tes-akhir harus dapat dikerjakan oleh peserta belajar dalam waktu sekitar setengah jam.

        

  3. Indeks

    Indeks memuat istilah-istilah penting dalam modul serta halaman di mana istilah tersebut ditemukan. Indeks perlu diberikan dalam modul supaya pembelajar mudah menemukan topik yang ingin dipelajari. Indeks perlu mengandung kata kunci yang kemungkinan pembelajar akan mencarinya.

    

DAFTAR PUSTAKA


 

Arafat, Yaserr dan Yusral Tahir. 2004. Acuan Bimbingan Keterampilan Bermata-pencaharian. Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat, Dirjen PLS dan Pemuda, Depdiknas.

Bloom, Benjamin S. 1976. Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals. London: David McKay Company, Inc.

Candy, Philip C. 2006. Independent Learning: Some Ideas from Literature. http://www.brookes.ac.uk/services/ocsd/2_learntch/independent. html.

Direktorat Dikmenum. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas, 2004.

Knowles, Malcolm S. 1984. Andragogy in Action: Applying Modern Principles Of Adult Education. San Francisco: Jossey Bass.

Sudjana, Djudju. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah.

Sudjana, Nana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Yulaelawati, Ella dkk. 2004. Acuan Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan Program Paket A B C. Jakarta: Direktorat Dikmas, Dirjen PLS, Depdiknas.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar